tag:blogger.com,1999:blog-83873764071372315202024-03-20T03:12:33.745-07:00WARUNG TANI MANDIRIBACK TO ORGANICWARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.comBlogger80125tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-62076212567895970142010-02-27T15:16:00.000-08:002010-02-27T15:23:22.977-08:00PEMBUATAN KOMPOS SKALA KECIL & SEDERHANAPembuatan Kompos Yang Sederhana dan Praktis<br />Metoda pembuatan kompos yang akan dijabarkan disini adalah metoda pembuatan kompos yang paling sederhana dan paling murah, yaitu metoda Windrow. Metoda windrow ini dalam pelaksanaannya mengadopsi konsep yang dikembangkan oleh Departemen of Agriculture & Biological Engineering, New York State College of Agriculture and Life Sciences, Cornell University, Amerika Serikat, dikombinasikan dengan metoda pembuatan kompos dari Jepang (Bokashi), dengan mempergunakan aktivator EM-4. <br />Dalam pelaksanaan pembuatannya, telah dilakukan beberapa penyesuaian dan perubahan yang disesuaikan dengan keadaan setempat di beberapa lokasi pengolahan (di Indonesia). <br />Penyiapan Bahan<br />1. Bahan Hijauan, bahan yang berwarna hijau biasanya banyak mengandung Nitrogen (N) tinggi, diantaranya Kotoran Ternak (sapi, kerbau, ayam, kambing atau babi), daun kacang-kacangan, daun jagung, limbah pertanian segar, potongan rumput segar dan lain-lain.<br />2. Bahan Coklatan, bahan yang berwarna coklat biasanya banyak mengandung Carbon (C) tinggi, diantaranya Jerami padi, serbuk gergaji, coco peat, dedak, sekam, potongan kayu, potongan kertas, dan lain-lain.<br />3. Bahan lain, Limbah Rumah Tangga, Abu dapur.<br />Untuk bahan tertentu yang berukuran besar atau panjang seperti jerami, batang jagung, belukar, agar bahan kompos mudah terdekomposisi, maka bahan sebaiknya harus dihaluskan dengan cara dicincang dengan ukuran 4 – 10 cm. <br />Penyiapan Alat<br />Alat-alat yang diperlukan antara lain : <br />1. Tempat pembuatan kompos, sebaiknya ada naungan.<br />2. Sekop,<br />3. Cangkul garpu<br />4. Gembor/embrat<br />5. Drum air<br />6. Ember<br />7. Lembaran plastik penutup<br />8. Termometer<br />9. Alat timbang<br />Penyusunan Bahan Baku<br />1. Susun kompos berdasarkan ketersediaan bahan baku. Sebaiknya bahan yang mangandung karbon tinggi terlebih dahulu disimpan paling bawah sebagai alas. Misalnya Jerami, serbuk gegaji, sekam atau coco peat.<br />2. Selanjutnya di atas bahan tadi susun kotoran ternak seperti kotoran sapi, kambing, ayam<br />Susunan bahan baku yang biasa dilakukan adalah:<br />• Jerami (paling bawah)<br />• Kotoran Sapi<br />• Serbuk gergaji<br />• Kotoran Kambing<br />• Kotoran ayam, dll<br />Proses penyusunan bahan kompos ini dapat dilakukan sampai ketinggian 1 m.<br />Mencampur Kompos<br />Setelah bahan disusun lengkap, kemudian setahap demi setahap bahan dicampur sampai rata, sambil dilhat kelembabannya, apabila kurang lembab, tambahkan air, sambil ditambahkan bahan aktivator atau fermentor. <br />Setelah bahan dicampur rata dengan kelembaban yang cukup dan lengkap dengan penambahan fermentornya, lalu ditumpuk kembali seperti semula, sampai ketinggian 1 m, membentuk bedengan memanjang. Lebar antara 2 s/d 5 m dan panjang bisa sampai 50 m. Tumpukan kompos kemudian ditutup terpal plastik, supaya jangan kena sinar matahari langsung atau kehujanan. Pada waktu menutup perhatikan supaya tetap ada jalan untuk sirkulasi udara.<br />Mengukur Temperatur <br />Pengukuran temperatur dilakukan setiap hari pada beberapa titik kemudian dicatat. Hasil pemetaan pengukuran dapat memberikan indikasi tentang proses pembuatan kompos, apakah pencampuran sudah baik dan benar, apakah komposisi seimbang, apakah kelembaban memadai dan seterusnya.<br /> <br /> Setelah secara berkala dilakukan pengukuran, hasil pengukuran dapat dicatatkan pada tabel dibawah ini untuk memudahkan analisa dan pengembangan lebih lanjut.<br /> <br />Membalik Kompos<br />Pada hari ke 4 komposting, saat pembalikan kompos yang pertama, perhatikan pada titik titik no 2, 7, 8, 9, 14, amati kelembabannya, campuran bahan dan siklus oksigennya. Apabila kurang lembab, atau campuran kurang rata, atau siklus oksigen tidak lancar, maka pada saat membalik harus sambil dilakukan pencampuran ulang dengan kompos dari tempat yang mempunyai temperatur tinggi, yang kelembaban atau campuran atau siklus oksigennya baik.<br />Lakukan pengamatan temperatur pada hari berikutnya, petakan, kemudian amati. Apabila masih ada yang kurang rata, lakukan seperti tindakan di atas. Apabila tindakan dilakukan dengan benar, maka pada pembalikan berikutnya perbedaan temperatur sangat kecil dan relatif rata.<br />Pembalikan kompos selain dengan mempergunakan peta temperatur, juga harus dilakukan dengan cara : <br />1. Membalik, mencampur dan menyimpan tumpukan di atas ke bawah<br />2. Membalik, mencampur dan minyimpan tumpukan tengah ke luar, kiri kanan<br />3. Membalik, mencampur dan menyimpan tumpukan samping, kiri dan kanan ke tengah<br />4. Membalik, mencampur dan menyusun tumpukan tengah bawah ke atas<br />Apabila proses pembalikkan kompos sudah 4 kali, amati perubahan warna, aroma dan temperatur. <br />Apabila warnanya sudah berubah menjadi coklat kehitaman, kemudian aroma kompos menyerupai aroma tanah, maka proses komposting sudah selesai. Tinggal menunggu penurunan temperatur.<br />Penyaringan <br />Setelah proses pengomposan selesai, kemdian dilakukan stabilisasi temperatur, maka tahap berikutnya adalah dilakukan penyringan untuk memperoleh ukuran yng seragam dan penampilannya menjadi lebih baik. Disamping itu apabila telah diayak, maka pada waktu penerapan di lapangan akan jauh lebih mudahWARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-16733983824598314422010-01-23T05:36:00.001-08:002010-01-23T06:36:27.045-08:00POC WARUNG TANI MANDIRII. URINE KELINCI<br /><br />Kandungan :<br />Di dalam pupuk tersebut, terdapat kandungan 2,20% Nitrogen, 87% Fosfor , 2,30% Potassium, 36 Sulfur%, 1,26% Kalsium, 40% Magnesium.<br />Kandungan unsur-unsur dalam feses dan urin kelinci berbanding ternak lainnya sebagai berikut.<br />Jenis ternak Unsur Hara<br /> N (%) P (%) K (%) H2O (%)<br />Kuda (padat) 0,55 0,30 0,40 75<br />Kerbau (padat) 0,60 0,30 0,34 85<br />Sapi (padat) 0,40 0,20 0,10 85<br />Domba (padat) 0,75 0,50 0,45 60<br />Babi (padat) 0,90 0,35 0,40 80<br />Ayam 0,40 0,10 0,45 97<br />Kelinci muda* 1,6-2,0 0,43-1,3 0,4-1,0 44,7-32,5<br />Kelinci dewasa**2,72 1,1 0,5 55,3<br /><br />Pupuk cair organik yang dihasilkan dari urine kelinci memiliki kandungan unsur hara paling bagus. Kelinci dewasa memiliki kandungan N 2,72 persen, kandungan P 1,1 persen, kandungan K 0,5 persen, dan kandungan H2O 55,3 persen. Lebih istimewanya , dalam urine kelinci memiliki kandungan zat asam amino esensial, urine juga mengandung delapan unsur mikro lain, seperti Ca, Mg, K, Na, Cu, Zn, Mn, dan Fe. Pupuk ini lebih bagus dari pada pupuk kimia karena mengandung banyak unsur mikro.<br /> <br />II. AIR KELAPA<br /><br />Kandungan:<br /> <br />Komposisi Konsentrasi<br /><br />Folate Acid 0,003 mg/l<br />Nicotinate Acid 0,64 mg/l<br />Panthotenate Acid 0,52 mg/l<br />Biotin 0,02 mg/l<br />Pyridoxine Very little<br />Hyboflavine 0,01 mg/l<br />Tyamin Very little<br />Giberelat Acid Very little<br />Auxins Very little<br />1.3-difenilurea 5,8000 mg/l<br />M-inositol 0,01 mg/l<br />Silo-inositol 0,05 mg/l<br />Sorbitol 15 mg/l<br />C1 183 mg/100 gram<br />Cu 0,040 mg/100 gram<br />Fe 0,1 mg/100 gram<br />K 312 mg/100 gram<br />Mg 30 mg/100 gram<br />Na 105 mg/100 gram<br />P 37 mg/100 gram <br />S 15 mg/100 gram <br /> <br /> <br />Dilihat dari komposisi yang terkandung didalamnya, terutama adanya zat tumbuh, maka penambahan air kelapa dalam media kultur dapat membantu mendorong pertumbuhan. Air kelapa adalah salah satu bahah alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan. Penggunaan air kelapa sampai 250 ml/l dapat mempercepat perkecambahan biji. Munculnya plb lebih cepat pada perlakuan<br />kombinasi giberelin air kelapa yaitu pada kombinasi giberelin 2 ppm + air kelapa 250 ml/l dan giberelin 3 ppm + air kelapa 150 ml/l dengan rentang waktu 14-15 hari.<br />Pada perlakuan tunggal air kelapa munculnya daun lebih cepat pada konsentrasi 250 ml/l dengan rentang waktu 31-48 hari. Hal ini diduga pada konsentrasi tersebut rasio sitokinin lebih tinggi daripada auksin dan juga disebabkan karena plb yang muncul lebih cepat sehingga munculnya daun juga akan cepat. <br />Saat munculnya daun lebih cepat pada kombinasi giberelin 2 ppm + air kelapa 250 ml/l dengan rentang waktu 31-33 hari, diduga karena hormon sebagai bahan dasar untuk pembentukan daun lebih tinggi sehingga akan mempercepat munculnya daun. <br />Saat munculnya akar lebih cepat pada perlakuan tunggal giberelin konsentrasi 2 ppm dengan rentang waktu 49-58 hari setelah pengkulturan. Munculnya akar lebih cepat pada perlakuan ini ada hubungannya dengan saat munculnya daun yang cepat. Setelah daun terbentuk maka bagian radikula akan berdiferensiasi membentuk akar dengan bantuan hormon auksin yang disintesis oleh daun. Saat munculnya akar lebih cepat pada perlakuan tunggal air kelapa konsentrasi 250 ml/l dengan rentang waktu 49-58 hari. Hal ini disebabkan karena dalam air kelapa disamping mengandung auksin dan giberelin juga mengandung zeatin yang merupakan kelompok sitokinin. Sitokinin mempunyai kemampuan dalam merangsang pembelahan sel dan diferensiasi terutama dalam hal pembentukan pucuk daun auksin merangsang pembentukan akar. <br />Pada kombinasi perlakuan giberelin dan air kelapa, munculnya akar lebih cepat pada kombinasi giberelin 2 ppm + air kelapa 250 ml/l dengan rentang waktu 49-53 hari. Cepatnya akar yang terbentuk karena pada perlakuan ini plb dan daun yang terbentuk lebih cepat dari perlakuan lain sehingga mendorong untuk terbentuknya akar lebih cepat.<br /> <br />III. FORMULA<br /><br />Kandungan :<br /><br />Hara.<br />Kandungan unsur hara dalam formula antara lain adalah 1.96-5.30 (%)N, 0.16-1.59 (%) P dan 0.31-5.97 (%) K. Kandungan mikronya berupa 0.22-0.73 (%)Ca, 0.16-3.35 (%) Mg, 0.16-1.31 (%) S, 0.62-0.90 (%) Si, 0.04-0.59 (%)Na dan 0.04-0.59 (%)Cl.<br />Formula ini merupakan bahan dasar yang dapat digunakan sebagai pupuk organik cair dan membantu dalam memperbaiki keadaan fisik, kimia, dan biologi tanah. Keadaan fisik tanah yang diperbaiki antara lain stabilitas agregat, struktur, dan porositas tanah karena kerapatan massa tanah menjadi berkurang. Ditinjau dari segi kimia, dapat memperkaya unsur hara makro dan mikro dalam tanah. Sedangkan dari segi biologi tanah, dapat meningkatkan aktifitas mikrobia tanah dan menghambat pertumbuhan gulma. Juga dapat dijadikan filter (penyaring) air dari pencemaran logam berat. Selain itu, mampu menekan pengembang biakan nyamuk, terutama di air tenang dan tergenang.<br /><br />N- aktif.<br /><br />Fermentasi dari salah satu bahan yang dikandung mempunyai kadar N-Aktif yang mampu mengikat semua kandungan mineral kimia organik. Hal ini yang menjadikan POC dapat dengan mudah terserap oleh tanaman, dan tidak mudah terlarut oleh udara & dan air. <br />Bentuk atau komponen N di atmosfir dapat berbentuk ammonia (NH3), molekul nitrogen (N2), dinitrit oksida (N2O), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), asam nitrit (HNO2), asam nitrat (HNO3), basa amino (R3-N) dan lain-lain dalam bentuk proksisilnitri. Proses pengubahan nitrogen dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu mineralisasi senyawa nitrogen komplek, amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi, dan volatilisasi ammonium . <br />Organisme yang terkandung dalam POC mampu melakukan fiksasi N dan N-bebas akan berasosiasi dengan tumbuhan. Senyawa N-amonium dan N-nitrat yang dimanfaatkan oleh tumbuhan akan diteruskan ke hewan dan manusia dan kembali memasuki sistem lingkungan melalui sisa-sisa jasad renik. Proses fiksasi memerlukan energi yang besar, dan enzim (nitrogenase) bekerja dan didukung oleh oksigen yang cukup. Kedua faktor ini sangat penting dalam memindahkan N-bebas dan sedikit simbiosis oleh organisme. <br />Nitrogenase mengandung protein besi-belerang dan besi-molibdenum, dan mereduksi nitrogen dengan koordinasi dan transfer elektron dan proton secara kooperatif. Karena pentingnya reaksi ini, usaha-usaha untuk mengklarifikasi struktur nitrogenase dan mengembangkan katalis artifisial untuk fiksasi nitrogen telah dilakukan secara kontinyu selama beberapa tahun. Baru-baru ini, struktur pusat aktif nitrogenase yang disebut dengan kofaktor besi-molibdenum telah ditentukan dengan analisis kristal tunggal dengan sinar ultra violet yang diperoleh dari penyinaran matahari. <br />Nitrogen organik diubah menjadi mineral N-amonium oleh mikroorganisasi dan beberapa hewan yang dapat memproduksi mineral tersebut seperti : protozoa, nematoda, dan cacing tanah. Serangga tanah, cacing tanah, jamur, bakteri dan aktinbimesetes merupakan biang penting tahap pertama penguraian senyawa N-organik dalam bahan organik dan senyawa N-kompleks lainnya. <br />Semua mikroorganisme mampu melakukan fiksasi nitrogen, dan berasosiasi dengan N-bebas yang berasal dari tumbuhan. Nitrogen dari proses fiksasi merupakan sesuatu yang penting dan ekonomis yang dilakukan oleh bakteri genus Rhizobium dengan tumbuhan Leguminosa termasuk Trifollum spp, Gylicene max (soybean), Viciafaba (brand bean), Vigna sinensis (cow-pea), Piscera sativam (chick-pea), dan Medicago sativa (lucerna). <br />Bakteri dalam genus Rhizobium merupakan bakteri gram negatif, yang secara normal mampu memfiksasi nitrogen dari atmosfer. Proses alamiah yang di maksud adalah fiksasi atau penambahan N ke dalam tanah secara biologis Penambatan N dari udara pada tanah secara alamiah dihasilkan dari hasil fermentasi tanaman paku air, yaitu Azolla. Tumbuhan yang berasosiasi simbiotik dengan ganggang hijau biru (Anabaena azollae), misalnya, mampu menimbun 25 kg -30 kg N per hektar dalam 30 hari.<br />Bahan organik diperlukan sebagai sumber karbon yang merupakan “pakan” dan energi bagi metabolisme dan perkembangbiakan jasad renik penghuni tanah. Penambatan N biologis juga dapat mengoreksi minimnya kadar bahan organik sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah “memegang” air. Selain itu, bertambahnya kandungan bahan organik tanah juga meningkatkan aktivitas biologis jasad renik, proses pendauran, dan transformaasi unsur hara dalam tanah.<br /><br /><br />Zat Pengatur Tumbuh<br /> Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik komplek alami yang disintesis oleh tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ada tiga golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin,giberilin, dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah perkembangan dan pertumbuhan suatu tanaman. Penambahan auksin, giberilin, atau sitokinin eksogen, mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh endogen ini kemudian merupakan trigerring factor untuk proses-proses yang tumbuh dan morfogenesis.<br /> <br />Auksin ( IAA : asam indol- 3 asetat )<br /> <br />adalah zat hormon tumbuhan yang di temukan pada ujung batang , akar , dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan . Level auksin dalam eksplan, tergantung dari bagian tanaman yang diambil dan jenis tanamannya. Selain itu juga dipengaruhi oleh musim dan umur tanamannya. Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman. Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut.<br />IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya. IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar.<br />Kadar IAA pada embrio, endosperma, dan integumen benih Sechium edule (labu Siam) pada umur 23, 27, 33, dan 37 hari setelah anthesis adalah sebagai berikut: 1) jumlah IAA pada embrio pada umur tersebut berturut-turut 1.67%, 2.08%, 3.40 % dan 3.29 %, 2) Jumlah IAA pada endosperma berturut-turut 20.45%, 25.72%, 30,40%, dan 52.22% dari total IAA,<br />3) Jumlah IAA pada integumen adalah 8.44%, 9.32%, 8.76% dan 8.04%,<br />4) Jumlah IAA total ( IAA terikat maupun IAA bebas) cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya kemasakan benih labu siam. <br />Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui dua cara :<br />1. Menginduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar.<br />2. Mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti metabolisme protein, mungkin melalui transkripsi molekul RNA.<br />3. Memacu terjadinya dominansi apikal.<br />4. Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar.<br />Beberapa proses bekerjanya auxin pada tumbuhan adalah sebagai berikut :<br />1. Auxin turut serta dalam reaksi molekuler. Auxin bekerja sepertinya bekerjanya koenzim dalam pertumbuhan tanaman.Auxin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak mau berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auxin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen.<br />2. Auxin mempengaruhi enzim. Auxin bekerja sebagai zat pelindung bagi enzim dari inaktivasi. Auxin mempengaruhi DNA sehingga aktif dalam sintesis protein.<br />3. Auxin mempengaruhi tekanan osmotic tumbuhan. Auxin akan menaikkan tekanan osmotic tumbuhan sehingga akan menaikkan. Proses penyerapan air oleh tumbuhan.<br />4. Auxin akan memperpanjang/mengembangkan ukuran sel. Penjelasan secara sederhana adalah bahwa auxin akan melunakkan dinding sel sehingga terjadi kenaikkan penyerapan air oleh sel yang akan berakibat sel mengembang.<br />5. Auxin menaikkan penyerapan H20.<br />6. Pembentukkan akar.Auxin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik<br />7. Pembungaan dan pembuahan. Auxin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.<br />8. Mendorong Partenokarpi. Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan .<br />9. Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.<br />10. Mematahkan dominansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang.<br /><br />Sitokinin,<br /> <br />hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya tunas pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa. Sitokinin alami terdapat pada air kelapa. Golongan sitokinin adalah turunan dari adenine. Golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Fungsi sitokinin terhadap tanaman antara lain adalah:<br />1. Memacu terbentuknya organogenesis ( penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet ) dan morfogenesis ( pembentukkan tunas-tunas baru ). 2. Memacu terjadinya pembelahan sel.<br />3. Kombinasi antara auxin dan sitokinin akan memacu pertumbuhan kalus. 4. Sitokinin terutama bekerja pada proses cytokinesis (proses pembelahan sel) pada berbagai organ tanaman, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi (tidak mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman..<br />5. Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.<br />6. Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin<br /><br />Giberelin atau asam giberelat (GA), <br /><br />merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3 yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas). Giberalin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah. Penggunaan giberilin dalam membantu morfogenesis. <br />Pengaruh positif giberelin ditemukan dalam kultur bit gula, dimana GA3 merangsang pembentukan pucuk dari potongan inflorescence Pertumbuhan pucuk juga baik bila 0.10-0.10 mg/l GA3 dikombinasikan dengan 0.5-5.0 mg/l kinetin. Berat molekul GA3 346.38.Giberelin bekerja pada gen dengan menyebabkan aktivasi gen-gen tertentu. Gen-gen yang diaktifkan akan membentuk enzim-enzim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetik (penampilan/kenampakan tanaman) .<br />Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :<br />1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel..<br />2. Meningkatkan pembungaan.<br />3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah<br />4. Berperan pada pemanjangan sel.<br />Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :<br />A. Peningkatan kadar auxin :<br />- giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin) sehingga kadar auxin meningkat.<br />- giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak Auxin.<br />B. giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.<br />5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi. . <br />Hormon ABA (Asam absisat)Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA). Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut. ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat. Reaksi awal ABA sama dengan reaksi isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid. Biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.<br /><br />MEKANISME SEDERHANA PENGARUH HORMON/ ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) HORMONIK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF<br /><br />Secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan seperti Auxin, giberelin dan Sitokin yang diistilahkan dengan hormon endogen. Kebanyakan hormon endogen di tanaman berada pada jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh seperti ujung-ujung tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena pola budidaya yang intensif yang disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen tersebut menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain kekurangan zat lainnya seperti unsur hara). Oleh karena itu penambahan hormon dari luar (hormon eksogen) mutlak diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang optimal.<br />Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja Auxin, giberelin dan Sitokinin pada tanaman, berikut diuraikan secara global dan sederhana.<br />Pemberian Auxin eksogen akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil yang sangat diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan auxin akan bergerak ke akar untuk memacu pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan perkembangan akar . Penambahan kandungan Auxin eksogen di akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/ bagian tajuk tanaman.<br />Dengan penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi peningkatan kandungan Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel (oleh hormon Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang bersama-sama dengan hasil fotosintat yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman (termasuk pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan tanaman.<br />Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan perbandingan C/N yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif dengan terbentuknya kuncup bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau buah, jika kandungan auxin rendah maka sel-sel antara tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati yaitu jaringan gabus sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auxin Eksogen akan menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga kerontokkan dapat dicegah/dikurangi.<br />Di fase generatif ini penambahan Hormon Sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar. Penambahan Hormon Auxin, Sitokinin dan giberelin Eksogen akan berpengaruh terhadap :<br />1. akar : akan menaikkan kapasitas penyerapan air dan unsur hara<br />2. Daun : mempertinggi laju fotosintesis sehingga hasil fotosintesa lebih banyak<br />3. Ditambah dengan penambahan unsur – unsur hara yang akan mencukupi kebutuhan tanaman secara jumlah dan jenis unsur hara. Sehingga semua faktor di atas akan membuat tanaman tercukupi kebutuhannya yang akan berpengaruh pada umur produktif tanaman (umur dimana tanaman masih dapat berproduksi dengan cukup baik) dapat diperpanjang baik untuk tanaman semusim atau tahunan.<br />Keterangan :<br />- Permeabilitas : Kemampuan dinding sel untuk dilewati suatu senyawa<br />(biasanya bentuknya cairan )<br />- C/N : Perbandingan antara Carbon dan Nitrogen dimana semakin<br />besar perbandingan C/N maka tanaman akan terpacu menuju ke pertumbuhan generatif tanamanWARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-61771921243746397202010-01-15T00:28:00.000-08:002010-01-15T00:35:23.704-08:00PEDOMAN BERAGRIKULTUREGAP ( Good Agriculture Practise ) <br />Penerapan cara bercocok tanam yang baik dan benar atau GAP ( Good Agriculture Practise ) dalam setiap tahapan proses produksi sangat diharapkan untuk memperoleh produk pertanian yang aman dan bermutu sesuai dengan standar kesehatan makanan HACCP. Karena dengan penerapan GAP akan menghilangkan resiko selama proses budidaya, menekan polusi lingkungan yang sangat berguna untuk mendukung para pelaku produksi dan pemasaran .<br /><br />GAP mempunyai beberapa persyaratan yang harus diikuti dan harus dijalankan oleh produsen pertanian dalam setiap proses tahapannya untuk menghasilkan serta mengembangkan pertanian modern dengan produk yang bermutu dan aman sehingga para konsumen dapat menyantap setiap makanan dengan aman dan tenang. <br /><br />Penggunaan GAP kini sudah menjadi trend internasional. Pada tahun 1997 usaha eceran di eropa mengusulkan dibentuknya Eurep GAP. Pada tahun 2000 secara resmi sistemnya telah terbentuk. Dan pada tahun 2003 Codex secara resmi menerima standar kesehatan untuk pengelolaan buah dan sayur segar. Dan ternyata mulai tahun 2005 usaha eceran di Masyarakat Ekonomi Eropa berpedoman pada Eurep GAP dengan tidak lagi membeli atau mengekspor hasil pertanian dari produsen yang belum bersertifikat dari Eurep GAP. Tahun 2004 kalangan pertanian, kehutanan dan perikanan Jepang tertarik dan mengikuti dengan membentuk jepang GAP ( JGAP). Mereka membuat sistem kerja yang terpadu untuk memproduksi buah dan sayur dan menekan segala resiko yang ditimbulkan. <br /><br />Berikut adalah standar prosedur pemeriksaan dalam proses persiapan, produksi hingga produksi barang.<br /><br />HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMERIKSAAN DAN PROSES PRODUKSI<br />I. Hal-hal umum<br />1. Kondisi lahan pertanian dan lingkungan sekitar <br />- Apakah bisa di pastikan bahwa kondisi lingkungan sudah sesuai untuk <br />pembudidayaan. <br />- Apakah bisa dipastikan tidak ada benda-benda berbahaya yang dapat <br />menyebabkan <br />polusi dilingkungan sekitar. <br />- Apakah sudah dilakukan pemeriksaan dan penganalisaan sampel tanah serta <br />menyimpan data hasil analisa tersebut dengan baik. <br />- Apakah tanah yang akan dipakai tidak melebihi standar logam berat yang diijinkan untuk pembuidayaan sayuran organik.<br />- Apakah ada tindakan pencegahan seperti pagar hidup dan jarak lokasi<br />- Apakah tanah yang sudah diistirahatkan selama 2 tahun (bera) sebelum diadakan tes organik.<br /><br />2. Penanganan sumber air <br />- Apakah air yang digunakan sudah jelas darimana sumbernya (air bawah tanah, selokan, saluran air, dsb) <br />- Apakah air yang digunakan tidak melebihi standar kadar logam yang diijinkan untuk pengairan organik.<br />- Apakah sudah memeriksa dan menganalisi sampel air dan menyimpan data analisi tersebut dengan baik. <br />- Apakah fasilitas pensuplai air yang digunakan berjalan dengan nornal. Dan apakah ada perbaikan secara berkala.<br />3. Penanganan bahan yang tidak terpakai <br />- Apakah sudah melakukan pemilahan sesuai dengan golongannya, pemeliharaan dan daur ulang di lokasi yang sama dan apakah setelah daur ulang telah dilakukan pemeliharaan dan pembersihan lokasi.<br />4. Petugas pelaksana dan penyimpanan data.<br />- Untuk melaksanakan penanganan pengelolaan kesehatan, apakah petugas sudah mengikuti studi dan pelatihan. Dan apakah menerapkan hasil pembelajaran itu dalam tugasnya. <br />- Apakah sudah menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk penyimpanan data dan informasi <br />II. Penanganan Pengolahan Tanah, Penyemaian, Pemeliharaan Bibit pembudidayaan.<br />1.Peralatan pemeliharaan bibit.<br />- Apakah telah dilakukan penataan, pembenahan dan pembersihan pada peralatan pemeliharaan bibit. Pemeriksaan ulang pada peralatan dan perkakas. <br />- Apakah sudah dilakukan pemilahan sesuai dengan golongannya, pemeliharaan dan daur ulang pada material yang tidak terpakai di tempat yang sama. Dan apakah telah dilakukan pembersihan pada lokasi tersebut.<br />- Apakah ada tanda-tanda adanya hewan kecil atau serangga yang muncul, menyerang atau pernah ada disana. <br />2. Biji<br />- Apakah sertifikat (surat keterangan ) dan nota pembelian biji telah disimpan dengan baik dan benar. <br />3. Media tanam untuk pembibitan<br />- Apakah material yang digunakan sudah benar-benar jelas ( nama material, kandungannya, dll ). Apakah nota pembelian material tersebut telah disimpan dengan baik dan benar. <br />- Apakah telah dilakukan penggolongan pada material yang berbeda, dan apakah telah dilakukan penataan, pembenahan dan pembersihan. <br />4. Air<br />- Apakah fasilitas pensuplai air berjalan dengan normal, dan apakah telah dilakukan perbaikan secara berkala.<br />5. Material untuk menambah kesuburan tanah, pupuk organik dan pupuk alami. <br />- Apakah material yang digunakan telah benar-benar jelas (nama material, kandungannya, dll). Apakah nota pembelian material telah disimpan dengan baik. <br />- Apakah telah dilakukan pemilahan pada material yang berbeda, dan apakah telah dilakukan penataan, pembenahan dan pembersihan. <br />- Apakah ada pengelolaan data keluar masuk material dari gudang. <br />- Apakah sudah digunakan sesuai dengan peraturan dan tercatat untuk pupuk dan sarana produksi yang lain apakah petugas pelaksana telah mengikuti studi secara berkala.<br />6. Material pencegah hama penyakit dan rumput. <br />- Apakah bahan material pencegah hama penyakit dan rumput telah benar-benar jelas (nama material, kandungannya, dll). Apakah nota pembeliannya telah disimpan dengan baik. <br />- Apakah telah dilakukan pemilahan pada material pencegah hama penyakit dan rumput berbeda, dan apakah telah dilakukan penataan, pebenahan dan pembersihan.<br />- Apakah ada pengelolaan data keluar masuk gudang untuk material pencegah hama dan penyakit ini.<br />- Material pencegah hama penyakit dan rumput telah digunakan sesuai dengan peraturan dan tercatat. Apakah petugas pelaksana telah mengikuti studi secara berkala. <br />7. Peralatan dan bahan <br />- Apakah ada perbaikan secara berkala ntuk pembersihan pada peralatan dan mesin yang digunakan. <br />8. Material Penutup ( Plastik lembaran yang dibuat dari bahan oliestinera, polipropilena <br />dan olycarbonate )<br />- Apakah sudah menggunakan material penutup yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.<br />- Material penutup yang sudah digunakan apakah telah dipindah dari lahan kemudian dibakar. <br />III. Panen.<br />1. Petugas Pelaksana <br />- Apakah sudah memastikan kondisi kesehatan petugas sebelum panen dimulai. Apakah kebiasaan kebersihan petugas sehari-hari sudah diperiksa. <br />2. Peralatan yang digunakan, mesin dan mobil pengangkut.<br />- Apakah telah dilakukan penataan, pembenahan dan pembersihan pada peralatan yang digunakan. <br />- Apakah telah dilakukan perbaikan secara berkala pada mesin-mesin dan mobil pengangkut. <br />- Apakah telah diupayakan menghindari adanya sisa tanah atau polusi pada wadah yang digunakan untuk panen dan peralatan lainnya. <br />- Apakah data mengenai hari panen, kuantitas, petugas pelaksana dan data lainnya telah dicatat dan disimpan dengan baik. <br /><br />HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGELUARAN BARANG <br />1. Petugas pelaksana<br />- Sebelum melaksanakan tugasnya, apakah kondisi kesehatan petugas yang bersangkutan telah diperiksa. <br />- Pada kondisi yang apakah telah mencuci tangan dengan cara yang benar.<br />- Apakah minum dan merokok telah dibatasi pada area tertentu saja.<br />- Terhadap pengunjung apakah telah diperlakukan yang sama terhadap petugas, harus mematuhi tindakan yang sama.<br />- Apakah telah dilakukan pemeriksaan terhadap kebersihan sehari-hari.<br />- Untuk meningkatkan penanganan kesehatan, apakah telah dilakukan studi dan pelatihan secara berkala.<br />- Apakah telah dilakukan pembersihan dengan mencuci tangan dan mencuci peralatan secara keseluruhan serta menempatkannya sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu. <br />- Penanganan kebersihan peralatan apakah sudah dilaksanakan pada tempat yang tetap, dan telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu.<br />2. Peralatan Pengemasan <br />- Apakah material pengemasan telah dikelola secara berkala, apakah label pada pengemasan telah sesuai dengan peraturan. <br />- Apakah telah dilakukan penataan, pembenahan dan pembersihan pada fasilitas pendingin.<br />- Apakah telah dilakukan pemeriksaan dan perbaikan berkala pada fasilitas pendingin.<br />- Apakah setelah panen dilakukan penggolongan pada hari yang lain. <br />- Apakah telah dilakukan penggolongan, pemeliharaan dan daur ulang terhadap material pengemasan yang tidak terpakai. Dan apakah telah dilakukan pembersihan lokasi setelah daur ulang. <br />- Apakah ada tanda-tanda adanya hewan kecil atau serangga yang muncul, menyerang dan pernah ada dilokasi penataan dan pengemasan. Dan apakah telah dilakukan langkah-langkah pencegahannya atau penyelesaiannya.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-52825079823091301392010-01-09T01:23:00.000-08:002010-01-09T01:25:47.601-08:00ANALISIS KEGIATAN WARUNG TANI MANDIRI DI KAB BLORAMelihat dan menimbang fakta di lapangan bahwa masyarakat pertanian selalu terkotak dalam masyarakat dengan strata ekonomi bawah. Perlu dikembangkan sistem yang bisa memacu masyarakat petani untuk membentuk, menciptakan, dan mengembangkan profesi bidang pertanian sebagai lahan yang dapat menopang hidup masyarakat petani.<br />Wacana itu harus mengedepankan petani sebagai subyek investasi di bidang pertanian dan bukan semata-mata sebagai obyek pemilik modal dan pengusaha, sehingga petani hanya dijadikan pasar dari produk-produk investasi pertanian yang notabene dikuasai dan dimonopoli oleh pengusaha besar.<br />Pada tahap awal perlu dibentuk solidaritas dan kebersamaan diantara para petani untuk membentuk dan mengembangkan investasi dan tehnologi pertanian.<br />Bahwa sebenarnya biaya investasi bidang pertanian tidaklah sebesar dan semahal seperti yang diperkirakan.<br />Untuk menggapai suatu bentuk investasi mandiri dibutuhkan suatu wadah seperti “WARUNG TANI MANDIRI”, ini dibutuhkan untuk berbagi pengalaman dan ilmu, serta mengembangkannya secara bersama-sama.<br /><br />A. MAKSUD DAN TUJUAN <br />1. Memberikan wadah bagi para petani untuk berkumpul dan berkomunikasi membahas perkembangan dan pengembangan tehnologi pertanian.<br />2. Membentuk unit usaha mandiri yang memproduksi barang-barang yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan lahan pertanian, seperti pupuk, insectisida, dan lain-lain.<br />3. Membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga pertanian yang mempunyai pendapatan minimal.<br />4. Mengurangi ketergantungan petani terhadap produk-produk pupuk kimia yang jelas-jelas dapat merusak lahan petanian.<br />5. Pada tahap akhir wadah ini bisa mengangkat harkat dan martabat para petani karena monopoli industri pertanian dibuat dan diciptakan petani sendiri.<br /><br />B. KONSEP <br />WARUNG TANI MANDIRI bukanlah unit usaha profit murni, tetapi merupakan perkumpulan di antara para petani yang mempunyai tujuan sama yaitu mengembangkan ekonomi hidup dan tehnologi di bidang pertanian.<br />Untuk menjaga efisiensi dan efetivitas sebaiknya per kelompok dibatasi maksimal 40 petani saja.<br />Jadi dalam satu desa atau kelurahan bisa terbentuk beberapa kelompok Warung Tani Mandiri.<br />Dalam satu kelompok ditunjuk pengurus harian yang terdiri dari : satu ketua yang menkoordinasikan semua aktivitas baik perkumpulan maupun unit usaha, satu sekertaris yang bertugas membantu segala kebutuhan administrasi kelompok, bendahara yang mengurusi keuangan dan administrasi keuangan kelompok.<br /><br />C. TARGET YANG AKAN DICAPAI<br />1. JANGKA PENDEK<br />Membuat dan memproduksi pupuk cair organik untuk kepentingan anggota kelompok.<br />Dengan penggunaan pupuk organik cair, diharapkan selain untuk meningkatkan hasil dan kualitas panen, juga memperbaiki dan membangun struktur tanah yang rusak akibat pemakaian pupuk kimia sintetis secara terus-menerus.<br />Meskipun diproduksi sendiri oleh masing-masing kelompok, diharapkan anggota kelompok untuk membeli produk sendiri sehingga akan memberikan keuntungan kepada kelompoknya, diharapkan keuntungan/laba dapat digunakan untuk modal pencapaian tujuan jangka panjang.<br />Tetapi harus diingat bahwa harga jual kepada anggota kelompok haruslah tetap dibuat semurah mungkin dan dapat dijangkau oleh semua anggota kelompok. Karena usaha ini tidaklah semata-mata untuk mencari keuntungan belaka, tetapi juga untuk meringankan beban produksi dalam mengolah lahan pertanian.<br />Dengan keadaan seperti sekarang ini dimana pupuk kimia semakin sulit diperoleh dan harganya melambung tinggi. Diharapkan dengan adanya pupuk organik cair ini akan mengurangi ketergantungan masyarakat petani terhadap pupuk kimia. Karena dengan pupuk organik cair, ketergantungan petani terhadap pemakaian pupuk kimia dapat dihilangkan karena dengan pemakaian system organik kualitas hasil panen yang akan dicapai lebih bagus, disamping manfaat adanya perbaikan struktur tanah.<br /><br />2. JANGKA PANJANG<br />Hasil keuntungan kelompok dalam jangka panjang dapat dialihkan untuk usaha peternakan sapi, kelinci, atau jenis usaha lain.<br />Setelah penanaman secara organik selama 2 - 3 tahun, diharapkan di tahun-tahun berikutnya mulai diterapkan sistem pertanian organik, dengan perluasan wilayah pertanian yang maksimal.<br />Tujuan jangka panjang ini harus dicapai karena apapun alasannya sistem pertanian organik mempunyai banyak kelebihan. Disamping terbentuk stabilitas hasil panen, harga jual hasil juga lebih mahal, karena hasil panen dari segi kuantitas dan kualitasnya lebih baik.<br />Setelah muncul sentra-sentra pertanian organik, dalam kelompok-kelompok WARUNG TANI MANDIRI secara otomatis akan mengembangkan hasil produksi baru seperti insectisida organik, pestisida organik, dan lain-lain.<br />Serta modal untuk memproduksi hal tersebut diatas sudah dipersiapkan secara mandiri dari hasil laba penjualan pupuk organik cair.<br /><br />D. KONSEP PUPUK ORGANIK CAIR<br />Pembuatan pupuk organik cair dilakukan oleh masing-masing kelompok dan dijual kepada masing-masing anggota kelompok atau kepada petani lain dengan harga terjangkau.<br />Atas dasar keprihatinan kita terhadap kerusakan lahan pertanian karena pemakaian pupuk kimia secara berlebihan yang meninggalkan residu logam yang membuat efek negatif di bidang pertanian, seperti :<br />- Kerusakan tekstur tanah dan ketidakseimbangan pH tanah.<br />- Munculnya hama tanaman baru akibat mutasi hama tanaman baik munculnya mutasi insect jenis baru maupun mutasi bakteri jenis baru ( sundep ) yang dapat merusak bahkan menghancurkan hasil panen.<br />Diharapkan dengan metode pertanian organik hal itu dapat dihindari.<br />1. Pupuk organik cair yang akan diproduksi sangat berbeda dengan pupuk organik lain, pada produk-produk yang sudah beredar di pasaran, rata-rata harganya sangat mahal, sehingga jika petani hendak menerapkan sistem pertanian organik menyebabkan biaya pengolahan yang sangat mahal pula.<br />2. Produk-produk yang sudah beredar di pasaran pada umumnya setiap produk hanya mempunyai satu fungsi pada sistem pertanian, bisa hanya mengandung mikrobiologi saja, sebagai fertilizer saja maupun sebagai stabilizer saja tanpa ada kandungan zat perangsang tumbuh maupun unsur haranya.<br />Bahkan apabila ada, diberi zat perangsang tumbuh dan hara yang berasal dari bahan kimia sintetis dan mikrobilogi yang digunakan juga tidak diketahui jenisnya, sehingga manfaat yang diperoleh tidak maksimal.<br />3. Pupuk organik cair yang akan diproduksi menggunakan mikrobiologi EM 4 yang sudah terbukti kualitasnya karena selain sebagai penghancur yang bisa melapukkan bahan padat, EM juga berfungsi sebagai pengurai sekaligus pengikat zat-zat kimia organik yang akan digunakan.<br />4. Pupuk organik cair akan diproduksi sedemikian rupa supaya mempunyai fungsi ganda sebagai pabrik pupuk di dalam tanah, karena dalam satu paket produksi sudah tersedia EM sebagai mesin pelapuk, pengurai dan pengikat hara tanah sehingga fungsi pupuk sebagai fertilizer akan terbentuk secara maksimal. Mikrobiologi secara berkala akan mengikis residu logam yang ditingalkan oleh pemakaian pupuk kimia sintetis sehingga secara berkala struktur dan pH tanah akan membaik atau terbentuk struktur tanah yang sempurna dan pH normal.<br />5. Dengan adanya tambahan zat perangsang tumbuh dan unsur hara, fungsi stabilizer akan bekerja dengan sempurna karena secara alamiah akan terbentuk pabrik pupuk di dalam tanah yang akan membuat kesuburan tanah menjadi normal dan abadi.<br />6. Terbentuknya pabrik pupuk di dalam tanah maka secara otomatis pemakaian pupuk kimia sintetis bisa dihemat pemakaiannya sampai 60%.<br /><br />E. ANALISA USAHA<br /> PEMBUATAN 200 LITER PUPUK CAIR ORGANIK<br />Produksi I :<br />• Modal produksi : <br />a. 10 lt EM @ Rp.10.000 Rp. 100.000,-<br />b. 10 lt Zat perangsang tumbuh@ Rp.60.000 Rp. 600.000,-<br />c. 40 lt Urine kelinci @ Rp. 4.000 Rp. 160.000,-<br />d. 20 lt Molase @ Rp. 6.000 Rp. 120.000,-<br />e. 120 lt Air kelapa Rp. 60.000,-<br /> Rp.1.040.000,-<br />• Modal tetap :<br />a. 2 tong plastik kapasitas 100 lt@ Rp. 150.000 Rp. 300.000,-<br />b. 10 derigen 20 lt @ Rp. 35.000,- Rp. 350.000,-<br /> Rp. 650.000,-<br /><br /> Rp.1.690.000,-<br />Biaya produksi : Rp. 1.040.000,- = Rp. 5.200,-/liter<br /> 200 lt <br /> <br />Dari modal produksi Rp. 5.200/liter apabila dijual kepada anggota kelompok Rp. 10.000,- atau seharga yang telah disepakati, maka kelompok akan mempunyai laba usaha dan harga <br />tersebut diatas jauh dibawah harga pupuk sejenis di pasaran yang berkisar antara Rp. 25.000,- sampai Rp 80.000,-.<br />Dari hasil laba usaha bisa dikembangkan untuk usaha-usaha lain yang masih berkaitan dengan bidang pertanian.<br />Pada tahap pengembangan produksi pupuk cair organik bisa dijual kepada pihak lain yang bukan anggota kelompok.<br />Harga yang ditetapkan harus diatas harga anggota kelompok, sebagai contoh apabila pada anggota kelompok dijual Rp. 10.000,-, maka diluar anggota kelompok harga yang dipatok Rp. 15.000,-.<br />Sistem ini harus dibentuk supaya jumlah produksi pupuk organik meningkat secara maksimal. Karena secara tidak langsung setiap anggota kelompok menjadi sales marketing bagi WARUNG TANI MANDIRI dan mereka juga mendapat tambahan penghasilan dari selisih harga jual sebesar Rp. 5.000,- per liter.<br />Diharapkan dengan sistem seperti ini selain akan memperkuat WARUNG TANI MANDIRI, masing-masing anggota kelompok akan memperoleh pendapatan tambahan dari hasil menjual pupuk organik cair.<br /> PEMBUATAN INSECTISIDA ORGANIK<br />BIAYA PRODUKSI<br />Dengan asumsi per kelompok mengelola lahan 10 ha, setiap kelompok membutuhkan insectisida :<br /> - Per ha dibutuhkan 2 lt insectisida organik.<br /> - dalam satu kelompok membutuhkan insectisida organik 2 lt x 10 ha : 20 lt.<br />Modal Produksi / kelompok :<br /> - Formula : 2 lt @Rp60.000,- Rp 120.000,.<br /> - Alkohol 70% : 18 lt @Rp10.000,- Rp 180.000,-<br /> Rp 300.000,-<br />Harga Rp 300.000 diperoleh insectisida organik 20lt<br />Beaya produksi per liter : Rp 300.000 : 20 lt : Rp 15.000,-<br />Harga pasaran untuk insectisida 0rganik per 200ml di pasaran : Rp 25.000,-<br />Harga jual, untuk anggota kelompok dipatok Rp 20.000,- /liter, sehingga kelompok akan memperoleh laba kotor Rp 5.000,- / liter.<br />Harga jual diluar kelompok dipatok Rp 30.000,- / liter, sehingga anggota kelompok akan memperoleh laba Rp 10.000,- / liter.<br /> PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK<br />BIAYA PRODUKSI<br />Dengan asumsi per kelompok mengelola 10 ha lahan, setiap kelompok membutuhkan pestisida :<br /> - Per ha dibutuhkan 2 lt pestisida organik.<br /> - Dalam satu kelompok membutuhkan pestisida : 2 lt x 10 ha : 20 lt.<br />Modal produksi per kelompok :<br /> - Formula : 2lt @Rp 60.000,- = Rp 120.000,-<br /> - Alkohol : 18 lt @Rp 10.000.- = Rp 180.000,-<br /> Rp 300.000,-<br />Beaya produksi per lt : Rp 15.000,-<br />Harga jual per lt pada anggota kelompok dipatok Rp 20.000,- sehingga kelompok mempunyai laba Rp 5.000,-/lt.<br />Harga jual per lt pada luar kelompok dipatok Rp 30.000,-. Sehingga anggota kelompok bisa memperoleh laba Rp 10.000,-<br /> PEMBUATAN BAKTERISIDA ORGANIK<br />BIAYA PRODUKSI<br />Dengan asumsi per kelompok mengelola 10 ha lahan, setiap kelompok membutuhkan bakterisida :<br /> - Per ha dibutuhkan 5 lt bakterisida organik.<br /> - Dalam satu kelompok membutuhkan bakterisida : 2lt x 10 ha : 20 lt.<br />Modal produksi per kelompok :<br /> - Formula : 2lt @Rp 60.000,- = Rp 120.000,-<br /> - Alkohol : 18 lt @Rp 10.000.- = Rp 180.000,-<br /> Rp 300.000,-<br />Beaya produksi per lt : Rp 15.000,-<br />Harga jual per lt pada anggota kelompok dipatok : Rp 20.000,- sehingga kelompok mempunyai laba Rp 5.000,-/lt.<br />Harga jual per lt pada luar kelompok dipatok Rp 30.000,-. Sehingga anggota kelompok bisa memperoleh laba Rp 10.000,-<br /><br />F. KEBUTUHAN MODAL PER KELOMPOK DAN SEMUA KELOMPOK BINAAN YANG SUDAH BERJALAN.<br /> Satu kelompok dibatasi maksimal 40 anggota<br /> Per anggota diasumsikan mengelola lahan 2500 m2 , jadi total pengelolaan lahan per kelompok 40 x 2500= 10 ha.<br /> Kebutuhan pupuk cair per ha 16 lt pupuk cair organik<br /> Kebutuhan pupuk per kelompok 16 lt x 10 ha = 160 lt pupuk organik cair.<br /> Jumlah kelompok yang sudah terbentuk saat ini 213 kelompok dengan jumlah anggota sekitar 8400 orang<br /> Asumsi kebutuhan modal saat ini<br /> Jumlah Kelompok = 213<br />PUPUK ORGANIK CAIR<br />- Kebutuhan modal per kelompok = Rp 1.690.000,-<br />- Total kebutuhan modal 213 x Rp 1.690.000,- = Rp.361.070.000,-<br />INSECTISIDA ORGANIK<br />- Kebutuhan modal per kelompok = Rp 300.000,-<br />- Total Kebutuhan modal 213 x Rp 300.000,- = Rp 63.900.000,-<br />PESTISIDA ORGANIK<br />- Kebutuhan modal per kelompok = Rp 300.000,-<br />- Total Kebutuhan modal 213 x Rp 300.000,- = Rp 63.900.000,-<br />BAKTERISIDA ORGANIK<br />- Kebutuhan modal per kelompok = Rp 300.000,-<br />- Total Kebutuhan modal 213 x Rp 300.000,- = Rp 63.900.000,-<br />TOTAL KEBUTUHAN MODAL :<br />- Rp 2.590.000,- x 213 kelompok = Rp 552.770.000,- <br /><br />G. JUMLAH KELOMPOK YANG DIHARAPKAN<br />TAHAP I<br /> Pembentukan kelompok sudah dimulai pada pertengahan 2008.<br /> Pada saat ini sudah terbentuk 213 kelompok dengan anggota 9012 anggota, dan 340 kelompok baru yang siap untuk dibina.<br /> Pembiayaan untuk memproduksi POC Rp 552.770.000,-<br /> Sumber pembiayaan diharapkan bersumber dari Instansi terkait, sponsor, atau yang lainnya.<br /> Sumber dana dari investor tidak kami terima, dengan alasan bahwa kami ingin membentuk monopoli investasi adalahhak para petani itu sendiri, dan bukan hak investor.<br />TAHAP II<br /> Dalam satu kabupaten terdapat 295 Desa/ Kelurahan<br /> Dalam satu Desa/ Kelurahan diharapkan terbentuk minimal 5 kelompok, yang merupakan kelompok awal/ embrio dalam pengembangan kelompok-kelompok berikutnya..<br /> Sehingga target yang diharapkan tercapai dalam tahapan ini terbentuk 1475 kelompok demgan jumlah anggota 59.000 orang.<br /> Perkiraan Total kebutuhan biaya untuk membentuk dan membangun sistem untuk jangka panjang 1475 x Rp. 2.590.000 (kebutuhan biaya satu kelompok) = Rp. 3.820.250.000,-<br /> Perhitungan ini diharapkan untuk pencapaian dan pengembangan dari modal awal senilai Rp 552.770.000,- seperti yang dirinci diatas.<br /> Untuk membentuk 1475 kelompok dengan modal awal Rp 552.770.000,-. Dibutuhkan waktu selama 2 tahun, yaitu pada periode akhir tahun 2012.<br />TAHAP III<br /> Pencapaian target 10 kelompok dalam satu desa, sehingga dalam tahapan ini diharapkan terbentuk 2950 kelompok dengan jumlah anggota 118.000 orang.<br /> Perkiraan kebutuhan beaya 2950 x 2.590.000,- = Rp 7.640.500.000,-<br /> Kebutuhan waktu untuk tahap ini 2 tahun yaitu sampai pada akhir tahun 2014.<br /><br />Harapan, perencanaan seperti yang diuraikan seperti diatas bukanlah hal yang mustahil, karena modal awal hanya dipinjamkan ke masing masing kelompok dengan jangka waktu 2 kali produksi POC, dengan asumsi :<br /> Mengingat bahwa Kabupaten Blora tergolong alam wilayah pertanian tadah hujan, maka dianggap petani hanya menggarap lahan 2 kali selama musim penghujan.<br /> Periode waktu pinjaman dana adalah 6 bulan dengan penyesuain jadwal produksi POC dibulan Juli – Agustus untuk awal musim tanam dan bulan Pebrari – Maret untuk akhir musim tanam.<br /> Satu kali periode produksi bisa dua kali pembuatan POC, karena proses pembuatan POC hanya membutuhkan waktu 2 minggu.<br /><br />H. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN<br /> Tahap I<br /> Pembentukan dan pengenalan sistem pertanian. <br />Dalam tahap ini pekerjaan sudah mulai dikerjakan dari bulan Oktober 2008 dan sudah terbentuk 213 kelompok yang sudah mantap dan yakin untuk bertani secara organik murni. Sampai saat ini sudah terbentuk 34 demplot untuk uji coba dan hasilnya sangat memuaskan sesuai dengan yang diharapkan.<br />Dari situ mulai muncul harapan baru dan keyakinan baru bahwa system pertanian organik dapat diandalkan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki taraf hidup petani. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya kelompok kelompok baru yang mengharapkan untuk dibina. Sampai saat ini yang sudah masuk daftar kami sudah ada 340 kelompok baru yang siap untuk masuk sebagai anggota dalam kegiatan WARUNG TANI MANDIRI.<br />Untuk tahapan ini ada 213 kelompok yang sudah melaksanakannya, dan 340 kelompok siap untuk memulainya.<br /> Tahap II<br />Pelatihan pembuatan pupuk organik cair, pestisida organik, insectisida organik, dan bakterisida organik.<br />Tahapan ini baru akan dimulai dengan grup pertama dari 213 kelompok yang sudah membuat demplot.<br />Kami masih kesulitan untuk memulainya, sehubungan dengan keterbatasan dana Warung Tani Mandiri.<br /> Tahap III<br />Pelatihan untuk pengembangan kelompok, seperti pembuatan pupuk organik padat (granul), bidang peternakan, perikanan, maupun peningkatan kapasitas lainnya seperti bidang kerajinan dll.<br />Untuk pengembangan pada tahapan ini kami serahkan kepada masing masing kelompok untuk meneruskan, tetapi masih dalam bimbingan, pengawasan dan binaan kami.<br />Karena dalam tahapan ini tujuan pokoknya adalah meninggkatkan kesejahteraan petani, jadi arah pengembangannya tergantung dari kondisi dan keadaan di masing masing wilayah dimana kelompok itu berada.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-72930082494484628062010-01-08T02:12:00.000-08:002010-01-08T02:15:30.015-08:00PENINGKATAN KUALITAS TANAHPeningkatan Kualitas Tanah<br />Tanaman yang sehat membutuhkan semua nutrisi untuk dapat tumbuh dan berproduksi; semua ini didapatkan dari tanah.<br />Oleh karenanya, tanah yang sehat dan hidup adalah faktor yang paling penting dalam kesuksesan pertanian dan perkebunan. Jika dimanfaatkan dengan teknik dan pengelolaan yang baik maka kesuburan tanah akan semakin meningkat dari tahun ke tahun.<br />Tanah yang sehat dan hidup haruslah:<br />Diberi nutrisi alami setiap musimnya<br />Dijaga dari erosi, untuk membentuk lapisan atas tanah yang berkualitas<br />Dilindungi dari matahari dan angin untuk menjaga kelembabannya Biota tanah dapat hidup di dalamnya<br />Beberapa manfaat tanah yang sehat dan hidup<br />Kualitas tanah yang lebih baik tidak hanya meningkatkan jumlah produksi, akan<br />tetapi juga meningkatkan kualitas produksi. Hal ini berhubungan langsung kepada<br />gizi yang baik – Kualitas tanah yang lebih baik berarti kualitas produksi yang lebih<br />baik dengan gizi yang lebih banyak. Dan rasanya juga semakin enak! Ini merupakan<br />salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesehatan. Semakin sehat berarti<br />mengurangi kunjungan ke dokter, kemampuan berpikir dan berkonsentrasi akan<br />meningkat, lebih kuat dan berenergi, serta berumur panjang. Kualitas sayuran yang<br />baik juga membuat orang lebih cepat merasa kenyang ketika mereka memakannya<br />dan kenyangnya bertahan lebih lama<br />Tanaman akan terhindar dari kekeringan, penyakit dan hama karena mereka<br />mendapatkan banyak air dan unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan<br />tanaman yang kuat dan sehat<br />Membutuhkan pengairan yang lebih sedikit karena tanah dapat menahan dan<br />menampung air lebih banyak dan tanah lebih mudah menyerap air ketika musim<br />hujan<br />Tanah mempunyai jutaan “penggarap tanah” yang mengatur keberadaan dan<br />penyimpanan unsur hara, serta meningkatkan jumlah udara di dalam tanah. Cacing<br />adalah pekerja keras<br />Tanah lebih mudah untuk diolah dan digarap karena gembur dan mengandung<br />berbagai macam material<br />Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk tanah yang sehat dan hidup biasanya didapat<br />dari sekitarnya dan organik, hal ini bisa menghemat uang<br />Apakah tanah yang sehat dan hidup?<br />Tanah yang sehat dan hidup mengandung humus, yang biasanya:<br />Menyediakan makanan untuk biota tanah, yang berguna sebagai pengurai tanah<br />dan mengubahnya menjadi makanan untuk tanaman<br />Menyimpan unsur hara bagi tanaman, seperti pupuk cair<br />Membantu menyatukan partikel tanah – Meningkatkan kualitas struktur tanah<br />Menyerap dan menyimpan air seperti spon<br />Humus terbuat dari:<br />Bahan-bahan organik yang hancur dan terurai =<br />Kompos<br />Mulsa<br />Kotoran hewan<br />Pengomposan akar tanaman<br />Pengomposan bagian-bagian tanaman<br />Tanah yang sehat itu hidup - Mengandung jutaan biota tanah yang mengubah bahan bahan organik dan unsur hara menjadi makanan untuk tanaman. Biota tanah meliputi bakteri, mikro-organisme, semut, cacing tanah dan banyak organisme kecil, serangga, dan binatang kecil lainnya.<br />Mengandung campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang – Tanah liat mengikat mineral sedangkan pasir memungkinkan drainase / penyaluran air.<br />Ketika tanah ditekan seharusnya bersifat padat – Tidak berhamburan seperti pasir dan lengket seperti tanah liat.<br />Tersusun dari 50% tanah liat, pasir, humus dan bahan organik & 50% kantung udara<br />– Kantung-kantung udara sangatlah penting karena:<br />Menyediakan ruang bagi tanah untuk menyimpan air yang banyak<br />Udara memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh akar tanaman untuk memproses<br />unsur hara<br />Pertumbuhan akar menjadi lebih mudah, cepat dan tumbuh lebih dalam ke tanah<br />– Sehingga akar tanaman bisa menyerap air dan unsur hara lebih banyak, dan<br />tanaman pun akan tumbuh lebih besar dan sehat<br />Tanah yang sehat berperan sebagai bank nutrisi dengan menyimpan unsur hara yang siap untuk digunakan oleh tanaman – Unsur hara tidak akan terlepas keluar dari tanah.<br />Tanah yang sehat mempunyai tingkat pH yang seimbang - Artinya, tidak terlalu asam (seperti cuka) dan tidak terlalu basa (seperti garam).<br />Teknik yang digunakan untuk mendapatkan tanah yang sehat dan hidup<br />Sebagian besar teknik tersebut sangatlah sederhana, mudah pengerjaannya, dan<br />menggunakan bahan-bahan dari sekitar tempat tinggal.<br />Menggunakan kompos organik dan kompos cair – Kedua jenis kompos ini<br />mengandung bermacam-macam unsur hara, murah pembuatannya, meningkatkan<br />jumlah biota, dan memperbaiki kualitas struktur tanah. Gunakanlah secara rutin<br />untuk meningkatkan kualitas tanah secara berkesinambungan<br />Memperbanyak jumlah biota tanah seperti mikro-organisme, bakteri, dan jamur<br />di dalam tanah - Hal ini bisa diwujudkan dengan penggunaan pupuk alami, mulsa<br />dan EM (Effective Micro-organism). Manfaatnya, kualitas tanah, segala bentuk<br />pertanian, dan produksi hewan akan meningkat<br />Menggunakan mulsa – Untuk melindungi tanah dari matahari, menghemat air dan<br />meningkatkan jumlah humus dalam tanah<br />Mendaur ulang bahan-bahan organik – Daur ulang tanaman dan kotoran binatang<br />untuk kembali ke sistem<br />Menggunakan legum / tanaman polong - Ada berbagai macam jenis legum yang<br />dapat menyediakan nitrogen, mulsa, dan bahan organik bagi tanah, makanan untuk<br />manusia dan ternak, sebagai penahan angin dan tanah, menjaga habitat binatang,<br />keanekaragaman, dan masih banyak lagi<br />Rotasi tanaman – Tiap-tiap tanaman membutuhkan unsur hara yang berbeda-beda<br />untuk tumbuh. Rotasi tanaman dan penanaman secara tumpang sari berguna untuk<br />menyeimbangkan unsur hara dan mudah untuk ditanam ulang<br />Metode Sederhana Pengujian Tanah<br />Dengan menggunakan uji coba sederhana berikut, Anda bisa mengidentifikasi jenis-jenis tanah.<br />Ambillah 3 atau lebih contoh tanah yang berbeda dan letakkan ke dalam toples<br />bening, kantong plastik atau botol secara terpisah<br />Isilah masing-masing wadah dengan 2/3 tanah dan kemudian tambahkan air<br />hingga penuh<br />Tutuplah wadah dengan rapat, kemudian kocoklah<br />Setelah tanah didiamkan beberapa saat, maka Anda akan melihat komponen komponen dari tanah Anda tadi:<br />Tanah liat akan berada paling atas<br />Lumpur (sedimen di antara tanah liat dan pasir) di bawahnya<br />Kemudian pasir halus<br />Pasir kasar yang mengendap paling bawah<br />Dari pengamatan isi wadah-wadah tersebut dan perbandingan dari komponen-komponen yang berbeda pada tanah, Anda akan mengetahui berapa kandungan pasir atau tanah liat tanah tersebut, yang kemudian akan membantu Anda memilih metode yang cocok untuk meningkatkan kualitas tanah.<br />Untuk penjelasan yang lebih jelas mengenai teknik meningkatkan kualitas tanah, baik tanah pasir maupun tanah liat, bacalah bagian jenis-jenis tanah pada Buku PK MOD 4<br />– Tanah yang Sehat.<br />Ciri2 kekurangan unsure hara :<br />Nitrogen<br />Daun dan pertumbuhan baru menguning dan pucat; Matang lebih cepat, ukuran buah dan bunganya kecil Legum, ikan, gula merah dan kelapa<br />Potasium<br />Daunnya kecil, berwarna lebih gelap; Daun yang tua berwarna biru / ungu dengan pinggiran kuning;<br />Pertumbuhannya lambat<br />Abu dari sisa pembakaran dapur<br />Fosfor<br />Ukuran buahnya kecil dan berwarna tidak cerah<br />Pinggiran daun mengering dan daun tua yang menguning<br />Bubuk tulang hewan dengan cuka<br />Magnesium<br />Pinggiran daun menguning, ada bercak kuning, urat daun hijau; Sering ada bercak coklat pada daun; Daun yang tua gugur lebih cepat<br />Bayam, biji-bijian, kacang-kacangan (khususnya almond)<br />Sulfur / Belerang Semua daun warnanya memudar Bisa diperoleh dekat mata air<br />panas dan dekat gunung berapi<br />Kalsium Daun baru serta tunas tumbuh dan berkembang tidak baik; Pertumbuhan buahnya tidak biasa Tulang hewan, kulit kerang<br />Dalam hutan alami, daun, pepohonan dan batang-batang yang membusuk,<br />kotoran binatang, dan bahkan bangkai binatang semuanya akan terurai<br />menjadi mulsa yang menyelimuti tanah, seperti kulit.<br />Kulit ini terus-menerus bertambah dan secara berkelanjutan mengalami pembusukan.<br />Mulsa (kulit) bermanfaat untuk:<br />Unsur hara dan bahan-bahan organik untuk tanah yang berguna bagi tanaman dan<br />pepohonan<br />Suplai makanan yang tidak habis-habisnya bagi tanaman dan biota (binatang) tanah<br />di kebun Anda<br />Dapat mengurangi populasi gulma yang tumbuh di sekitar daerah Anda<br />Menyesuaikan suhu tanah, sehingga menghasilkan lingkungan yang lebih sehat<br />untuk tanaman<br />Menyeimbangkan pH tanah<br />Meningkatkan kualitas struktur tanah dan membuat tanah lebih mudah diolah<br />Penahan air di dalam tanah<br />Pelindung alami bagi tanah dari kekeringan yang disebabkan oleh matahari<br />Pelindung alami dari hujan yang bisa menimbulkan erosi<br />Pelindung alami dari kekeringan dan erosi yang disebabkan oleh angin<br />Dengan belajar dari alam, pertumbuhan, pembuatan dan penggunaan mulsa,<br />manusia dapat meningkatkan kualitas tanah dengan pesat<br />Berbagai metode dan tips untuk pemulsaan<br />Sebelum pembuatan mulsa:<br />Gunakanlah batu, dahan yang besar dan bahan apapun yang dapat digunakan untuk<br />membuat batas kebun. Ini akan membantu untuk menahan mulsa, memberikan<br />ruang bagi tanah untuk berkembang dan mencegah erosi<br />Jika Anda menaruh kompos di bawah mulsa, ini akan memaksimalkan manfaat<br />kompos<br />Kapan / dimana menggunakan mulsa:<br />Untuk pembibitan dan persemaian, mulsa terlebih dahulu baru kemudian tanaman<br />Untuk tanaman, di bawah tajuk daun terluar adalah daerah terpenting untuk diberikan mulsa – Pemberian mulsa secara terus-menerus akan membantu meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman<br />Untuk sayur-sayuran, tanaman dan pepohonan, JANGAN SAMPAI mulsa menyentuh<br />batang atau pangkal tanaman. Ini sangat penting untuk mencegah jamur dan<br />pembusukan, terutama di musim hujan<br />Pematang mulsa akan membantu menyimpan air<br />Jenis-jenis mulsa yang digunakan:<br />Gunakan mulsa halus (mulsa yang teksturnya lebih kecil) untuk lahan sayuran dan<br />mulsa kasar (mulsa yang ukurannya lebih besar) untuk tanaman dan pepohonan<br />yang lebih besar<br />Bila Anda menggunakan gulma sebagai mulsa, pisahkan benih gulma dan berikan<br />pada hewan atau masukkan ke kompos cair – Ini akan mengurangi pertumbuhan<br />gulma di kemudian hari<br />Legum, rerumputan, dan tanaman serta pepohonan lainnya dapat ditanam untuk<br />memproduksi mulsa<br />Sekam padi dan kopi harus dikomposkan terlebih dahulu atau dikeringkan sebelum<br />digunakan sebagai mulsa – Tumpuk terlebih dahulu selama 1 bulan sebelum<br />digunakan<br />Berapa banyak mulsa yang dibutuhkan:<br />Pastikan selalu tersedia lapisan mulsa yang cukup di permukaan bedeng kebun<br />Lapisan mulsa sebaiknya setebal kurang lebih 5-10 cm, atau 20 cm untuk tanaman<br />buah-buahan<br />Kacang-kacangan Untuk sayuran, memberi nitrogen ke<br />tanah Dimana saja<br />Kelor Untuk sayuran, memberi nitrogen ke tanah, pengendali hama (semut) Tanah yang kering<br />Bunga merak Tanaman penghias, memberi nitrogen ke tanah Tanah yang kering<br />Pohon turi Memberi nitrogen ke tanah, tanaman peneduh Sawah, pinggiran jalan<br />Pohon gamal Pakan ternak, tanaman peneduh, memberi nitrogen ke tanah Kebun, sawah, lading Lamtoro<br />Pakan ternak, tanaman peneduh, memberi nitrogen ke tanah, untuk sayuran<br />Kebun, sawah, lading Pete Tanaman peneduh, member nitrogen ke tanah, untuk sayuran Kebun, sawah, ladang<br />Jengkol Tanaman peneduh, member nitrogen ke tanah, untuk sayuran Kebun, sawah, lading Nitrogen adalah salah satu unsur yang paling penting untuk kesehatan batang, sel, dan pertumbuhan daun. Nitrogen juga bermanfaat untuk meningkatkan produksi buah.<br />Legum merupakan tanaman yang memberikan nitrogen dalam tanah. Ada berbagai jenis legum di Indonesia, diantaranya legum musiman (perputaran hidupnya selesai dalam 1 tahun) dan legum tahunan (perputaran hidupnya selesai dalam 2 tahun atau lebih).<br />Bagaimana tanaman legum memberikan nitrogen ke dalam tanah<br />Bakteri di dalam tanah disebut Rhizobium, hidup menempel pada akar tanaman legum, yang “mengikat” nitrogen dari udara ke dalam tanah melalui bintilan yang sangat kecil yang disebut “nodules”. Nodules-nodules ini:<br />Melekat pada akar tanaman<br />Berukuran sebesar ujung korek api atau bisa lebih kecil<br />Menyediakan nitrogen untuk tanaman legum<br />Jika legum mati atau akar mereka melepaskan kelebihan nitrogennya melalui nodules, kelebihan nitrogen yang tidak terpakai lagi oleh tanaman legum ini akan masuk ke dalam tanah dan kemudian bisa dimanfaatkan oleh tanaman lain. <br />Sebagaimana halnya dapat “mengikat” nitrogen, legum dapat menghasilkan<br />berbagai macam produk dan fungsi lainnya:<br />Produk – Bahan pangan, pakan ternak, mulsa, bahan kompos, kayu gelondongan,<br />kayu bakar, dan obat-obatan<br />Fungsi – Sebagai penahan angin, pagar hidup, tanaman peneduh, dan teralis<br />Legum musiman dapat tumbuh bersama dengan sayuran, tanaman musiman dan<br />pepohonan. <br />Teknik-teknik untuk memanfaatkan legum musiman:<br />Rotasi tanaman • Tanaman pupuk hijau • Tumpangsari tanaman musiman<br />Legum tahunan dapat tumbuh bersama dengan tanaman musiman, pohon buah-buahan dan pohon lainnya. <br />Teknik-teknik untuk memanfaatkan legum tahunan:<br />Pagar hidup • Terasering tanaman legume Tumpangsari tanaman tahunan • Tanaman perintis<br />3 macam metode pemanfaatan legum dalam kegiatan ini meliputi:<br />Menanam tanaman pupuk hijau dari tanaman musiman<br />Menanam bibit atau stek legum tahunan pada terasering atau sengkedan, jika memungkinkan<br />Memangkas legum yang sudah besar untuk pakan ternak, bahan kompos atau mulsa<br /><br />Persiapan<br />Bibit-bibit legum musiman untuk ditanam sebagai tanaman pupuk hijau<br />Bedeng kebun atau lahan yang telah siap untuk tanaman pupuk hijau<br />Bibit-bibit atau stek legum tahunan untuk ditanam<br />Jika memungkinkan, sengkedan atau terasering yang telah siap ditanami legum<br />Tanaman legum yang besar yang bisa dipangkas kembali<br />Catatan: penanaman legum tahunan akanmendapat hasil yang lebih baik (dan juga menunjukkan integrasi teknik-teknik) jika legumdapat ditanam di tempat yang sudah berbentuk sengkedan atau terasering pada konturlahan yang menggunakan bingkai-A. Jika terasering / sengkedan saling berdekatan,tanamlah legum di setiap dua tingkat terasering / sengkedan. Terasering / sengkedanyang tidak ditanami legum dapat ditanami nanas, sereh atau tanaman sejenis lainnya.Hal ini dapat mengurangi masalah yang ditimbulkan akibat terlalu banyak naungan. Jikatidak memungkinkan, tanamlah legum sebagai pagar hidup di sekeliling kebun.<br />Kompos adalah bahan-bahan organik yang terurai berasal dari biota tanah (binatang) yang<br />menguraikan bahan-bahan organik tersebut menjadi sumber unsur hara yang kaya dan terkonsentrasi.<br />Komponen utama kompos adalah karbon dan nitrogen – Bahan-bahan tanaman<br />mengandung lebih banyak karbon dan sedikit nitrogen, pupuk kandang mengandung<br />lebih banyak nitrogen dan sedikit karbon. Bahan ini juga mengandung unsur hara lainnya berupa mineral, bahan-bahan sisa dan biota tanah.<br />Kompos dapat ditambahkan pada akar tanaman buah-buahan atau di antara tanaman sayuran untuk memberikan unsur hara tambahan. Kompos tidak hanya menyediakan unsur hara bagi tanaman sayuran dan buah-buahan tapi juga dapat meningkatkan kualitas tanah. Hal ini sangatlah penting bagi pertumbuhan tanaman.<br />Ada berbagai macam cara untuk membuat kompos – Dari campuran yang sederhana<br />seperti sekam padi dan kotoran sapi, hingga berbagai campuran dari bahan yang<br />berbeda-beda. Gunakanlah bahan-bahan yang sudah tersedia di sekitar Anda.<br />Manfaat-manfaat utama kompos bagi tanaman dan tanah<br />Pupuk cair adalah unsur hara yang sangat bagus, kaya kandungan pupuk alaminya,<br />yang dapat dibuat dari sedikit pupuk kandang dan bahan-bahan organik lainnya. Sangat mudah untuk disiapkan dan bermanfaat untuk pembenihan, perkebunan, persawahan, tanaman kecil, tanaman buah-buahan dan tanaman besar lainnya. Juga sangat mudah untuk disiramkan pada lahan-lahan yang luas. Pupuk cair dapat dibuat dalam wadah ukuran apapun, dari ember hingga drum – Semakin besar, semakin baik. Dapat dibuat dan disimpan dimana saja pada areal pertanian yang memerlukannya. Pupuk cair sangatlah kuat sehingga perlu dicampur dengan air dalam pemakaiannya. Oleh karena itu, pupuk ini akan bertahan lama, tapi juga berarti sebaiknya disimpan dekat dengan sumber air.<br />Ada 6 metode berbeda tentang pengomposan, <br /><br />Metode-metode ini, antara lain:<br />1. Membuat tumpukan kompos cepat – Dibuat sekaligus dari berbagai macam<br />bahan, terurai setelah 2 minggu dan siap pakai dalam 1 bulan. Sangat baik untuk<br />kebun keluarga dan agrikultur yang intensif<br />2. Membuat kompos lambat – Terus-menerus dibuat dalam kurun waktu tertentu dan<br />biasanya dibuat lebih banyak daripada kompos cepat. Sangat baik untuk pertanian<br />dan pohon-pohon besar<br />3. Parit dan keranjang kompos – Merupakan bagian dari bedeng kebun atau<br />ditempatkan di sebelah pohon buah-buahan, dapat ditempatkan di dalam tanah dan<br />juga di atas tanah, terus-menerus menyediakan pasokan unsur hara bagi tanaman<br />melalui tanah, sebagaimana layaknya kompos yang diletakkan di atas bedeng<br />4. Lubang pisang / lubang kompos – Sebuah lubang besar untuk membuat kompos lambat. Kompos akan terus-menerus memberi unsur hara kepada pohon pisang atau pohon apapun yang ditanam di sekitar lubang, dan jika telah siap kompos dapat dipindahkan untuk dimanfaatkan di tempat lain<br />5. Pengomposan langsung - Kompos cepat ditempatkan pada lahan dimana bedeng kebun akan dibuat atau tanaman buah-buahan akan ditanam. Tanah dan tanaman yang baru akan memperoleh cukup persediaan makanan bagi tanaman dan biota tanah dari kompos<br />6. Pupuk cair – Makanan bagi tanaman dan bakteri yang baik dalam bentuk cair.<br />Sangat baik untuk hasil yang cepat dan lahan yang luas<br />>>Memperbaiki struktur tanah, memelihara cacing tanah, memperbaiki suhu tanah, media kompos<br />Tempatkan di bawah pohon<br />>>Pupuk organik N Mengatur daun yang kuning dan pucat, serta pertumbuhan baru; Tumbuh sehat dan menghasilkan buah dan bunga 1 cc ekstrak dicampur dengan 1 liter air, semprotkan<br />>>Pupuk organik P/Ca Buah yang baik dan warna terang; Memupuki tepi daun 1 cc ekstrak dicampur dengan 1 liter air, semprotkan<br />>>Pupuk organik K Daun tumbuh baik, berwarna hijau; Pertumbuhan tanaman biasa 1 cc ekstrak dicampur dengan 1 liter air, semprotkan<br />>>Pengendali hama Serangga 1 cc ekstrak dicampur dengan 1 liter air, semprotkan (tergantung pada kekuatan hama)<br />Catatan: Jika pupuk cair tidak cukup encer maka daun dan akar pada tanaman dapat terbakar karena terlalu banyaknya unsur hara sekaligus – Tanaman muda lebih sensitive dibanding yang tua, yang lebih kuat.<br />menggunakan pupuk cair secara langsung, siramlah tanaman pada pagi-pagi sekali<br />atau petang menjelang malam, dengan menggunakan alat penyiram atau kaleng<br />dengan lubang. Jika tidak, sinar matahari akan membakar daun-daun tersebut<br />Siramkan pupuk cair yang sudah diencerkan pada tanah di sekitar tanaman<br />10 liter ukuran ember seharusnya cukup untuk menyirami kebun dengan kira-kira<br />10 pembibitan atau 3-5 tanaman yang sudah besar<br />Untuk tanaman muda yang berusia hingga 3 tahun membutuhkan sebuah ember<br />besar berukuran 20 liter, untuk tiap pohon<br />Untuk pohon yang lebih tua gunakanlah hingga 3 ember besar, untuk tiap pohonnya<br />Bila terdapat pipa penyiraman ke dalam tanah, siramkan setengah pupuk cair ke<br />dalam pipa penyiraman dan setengahnya lagi langsung siramkan ke tanah<br />Pentingnya cacing pada kesehatan tanah<br />Cacing tanah merupakan “kebenaran di lahan kebun” – Banyaknya cacing di dalam<br />tanah Anda menunjukkan bahwa tanah Anda merupakan lingkungan hidup yang sehat.<br />Bagaimana cacing membantu menciptakan dan merawat tanah yang sehat:<br />Cacing memakan dan memuntahkan tanah – Ketika tanah berada di dalam tubuh<br />cacing, humus pada tanah berubah menjadi unsur hara dan kualitas tanah meningkat<br />Cacing secara terus-menerus akan:<br />Mengubah humus menjadi unsur hara yang berguna bagi tanaman<br />Menggali dan menambah udara dalam tanah<br />Meningkatkan struktur tanah dan drainase air<br />Membawa unsur hara dari dalam tanah untuk menyalurkan makanan ke akar<br />tanaman<br />Cacing sangatlah ekonomis:<br />Dalam 1 tahun setiap cacing mampu memakan dan memuntahkan berton-ton<br />tanah<br />Setiap tahun, setiap cacing melahirkan 150 anakan cacingWARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-30428248168114240272010-01-06T19:44:00.000-08:002010-01-06T19:45:22.523-08:00MENGUBAH ASAP MENJADI PESTISIDAAsap hasil pembakaran batu bata menjadi salah satu sumber polusi udara. Asap ini bisa membuat orang sesak napas. Baunya juga bertahan sampai beberapa hari, baik di baju maupun badan, Namun, di sisi lain, asap tersebut ternyata bisa bermanfaat sebagai pestisida dan pengawet organik.<br /><br />Total keperluan sekam untuk sekali proses pembakaran 3,5 ton, dengan menyisakan abu sekitar 2,800 kilogram.<br />Gudang Uji Coba<br />Gudang ini berukuran 2,5m x 1,7m dengan tinggi 2,5m, berkapasitas 2.000 buah batu bata.<br />Gudang yang salah satu sisinya terbuka atau mirip garasi itu ber-dinding permanen, beratap daun kelapa yang melapis terpal plastik di bawahnya guna menahan asap keluar lewat sela-sela daun kelapa itu.<br />Asap pembakaran batu bata dialirkan melalui pipa kondensi berbentuk spiral sepanjang 12 meter berisi air agar fase asap yang ber-bentuk gas akan mencair. Asap cair yang dihasilkan masih pekat dan mengandung banyak ter. Asap cair itu kemudian dimurnikan memakai alat lain berupa bejana tertutup, dengan cara dimasak selama tiga jam dalam suhu 100 – 150 derajat Celsius. Dari proses ini dihasilkan asap cair yang bening.<br />Bejana itu berkapasitas 30 liter. Dengan sekam 800 kg untuk pem-bakaran 2.000 batu bata, dihasilkan 60 liter asap cair pekat. Lalu, setelah melalui proses penyulingan dalam bejana tertutup, diperoleh 24 liter asap cair bening yang berguna untuk pestisida organik, seperti untuk mengusir hama tanaman dan mencegah gigitan nyamuk pada ternak.<br />Adapun sisa asap cair yang masih berwarna hitam pekat sebanyak sekitar 5 liter digunakan, antara lain, untuk mengawetkan kayu. Caranya, kayu direndam dalam air asap cair pekat atau dioleskan dengan kuas pada kayu agar kayu tidak dimakan rayap.<br />Dari telusur pustaka diketahui, asap cair mengandung fenolat, sen-yawa asam dan karbonil yang berguna untuk mengawetkan makanan. “Komponen asap khususnya berfungsi memberi cita rasa dan warna yang diinginkan pada produk asapan karena berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-10960459421199160082010-01-06T19:41:00.000-08:002010-01-06T19:42:51.762-08:00PLUS MINUS PESTISIDADampak Negatif dari Penggunaan Pestisida Kimia<br />Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah: <br />1. Hama menjadi kebal (resisten) <br />2. Peledakan hama baru (resurjensi) <br />3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen <br />4. Terbunuhnya musuh alami <br />5. Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia <br />6. Kecelakaan bagi pengguna <br />Kira-kira sudah berapa lama petani menggunakan pestisida kimia ini? Jadi bisa dibayangkan sendiri akibatnya bagi tanah pertanian di Indonesia. Aku pernah melihat sendiri bagaimana petani awam menggunakan pestisida kimia ini. Sungguh sangat berlebihan. Ketika aku tanyakan padanya mengapa dia menggunakannya dengan dosis sangat tinggi, jawabnya:”kalau tidak banyak ngak manjur”. Nah..lho…!!!! <br />Keunggulan dan Kekurangan Pestisida Nabati<br />Alam sebenarnya telah menyediakan bahan-bahan alami yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman. Memang ada kelebihan dan kekurangannya. Kira-kira ini kelebihan dan kekurangan pestisida nabati. <br />Kelebihan: <br />1. Degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari <br />2. Memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian <br />3. Toksisitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relative lebih aman pada manusia dan lingkungan <br />4. Memiliki spectrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif <br />5. Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia <br />6. Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman <br />7. Murah dan mudah dibuat oleh petani <br />Kelemahannya: <br />1. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering <br />2. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga) <br />3. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan bahan baku <br />4. Kurang praktis <br />5. Tidak tahan disimpan <br />Fungsi dari Pestisida Nabati<br />Pestisida Nabati memiliki beberapa fungsi, antara lain: <br />1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat <br />2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot. Rasanya ngak enak kali…. <br />3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa <br />4. Menghambat reproduksi serangga betina <br />5. Racun syaraf <br />6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga <br />7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga <br />8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteriWARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-5326589818513507892010-01-05T18:47:00.000-08:002010-01-05T18:49:20.643-08:00ROSSELLA ORGANIKSudah banyak orang menulis tentang ROSELLA. Mulai dari manfaatnya, isi kandungannya hingga cara pembudi-dayaannya.<br /> <br />ROSELLA dulu dikenal dengan nama FRAMBOZEN, ditemukan sebagai tanaman pagar dan masih kerabat “bunga sepatu”, dengan nama latin ” Hibiscus Sabdariffa “ dan sekarang orang mengenalnya dengan nama Rosella. Biasanya dimanfaatkan sebagai minuman seperti halnya bila membuat atau menyeduh teh. Nah…jadilah sebutannya populer dengan nama TEH ROSELLLA.<br /> <br />MANFAAT dari ROSELLA banyak yaitu : sebagai antioksidan, antibakteri, antiradang, antiseptik juga dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi kekentalan darah, menstimulasi gerak peristaltik usus, melancarkan air seni (uretik), membasmi cacing (ontelmintic), menurunkan panas dan meluruhkan dahak.<br /><br /> <br />ROSELLA adalah tanaman semusim, hanya mengalami 1 kali masa produktif. Batang ROSELLA akan tumbh dari 1 titik tumbuh dan tumbuhnya relatif tinggi bisa mencapai 1-3 m, sedang lebarnya bisa mencapai 2 m. Dapat tumbuh disegala tempat baik dataran tinggi maupun dataran rendah dan akan optimal tumbuh dikisaran 20-34 derajat celcius. Karena tanaman semusim, maka bila masa kembang telah berakhir harus diganti dengan tanaman ROSELLA yang baru agar dapat berproduksi kembali.<br />CARA MENANAM :<br />- Siapkan lahan persemaian 1m x 1m , kemudian bila tanaman sudah berumur 1 bulan (15-20 cm)dapat di pindahkan ke lahan terbuka, bisa juga polibag atau pot dipakai sebagai penyiapan benih sampai umur 1 bulan.<br />- Siapkan media tanam di lahan terbuka dengan membuat alur/bedengan setinggi 15-20 cm, kemudian di beri pupuk kompos (pupuk kandang) 2 kg/10 m2 dan terakhir buat jarak tanam 1×1 m. Benih yang sudah berumur 1 bulan (15-20cm) siap dipindahkan dimedia tanam yang sudah dipersiapkan tadi.<br />PERAWATAN:<br />- Tanaman ROSELLA yang sudah berusia 1-2 bulan mulai di beri pupuk organik cair WT Zpt & WT Organik cair dosis masing2 1cc/lt air yang disemprotkan ke batang dan daunnya saja setiap 2 minggu sekali.<br />- Serangan hama dapat diatasi denganWT Insect 1 & 2, <br />- Tanaman ROSELLA usia 3-4 bulan yaitu saat tanaman berbunga, hanya memerlukan air sedikit akan tetapi membutuhkan sinar matahari yang cukup, ini berfungsi agar bisa mendapatkan kualitas dan kuantitas bunga yang maksimum.<br /><br /><br />PANEN DAN PASCA PANEN.<br />- ROSELLA ( kelopak bunga ROSELLA ) dapat mulai di panen bila biji telah tua (3-4 bulan) yaitu pada saat kulit pembungkus biji majemuk berwarna coklat dan sedikit terbuka/membelah.<br />- Pemetikan dilakukan dengan gunting karena kelopak sulit di petik dengan tangan dan agar batang juga tidak rusak. Batangnya dapat di manfaatkan sebagai tali rami.<br /> <br />- Panen dilakukan 3-4 kali atau selang 1-2 minggu.<br />- Kelopak yang telah terkumpul dicuci dengan air bersih lalu dijemur selama 2-3 hari.<br />- Kelopak yang berkualitas akan memiliki aroma sitrus yang khas saat kering dan saat direndam dengan air mendidih 100 derajat celcius warna merah dan rasa asamnya cepat larut.<br /> <br />Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ROSELLA mempunyai kandungan yang kaya anti-oksidan, dimana zat aktif yang paling berperan di dalamnya adalah :Gossypetin, Antosianin, Glucoside hibiscin. Antosianin inilah yang memberikan warna merah (pigmen alami) pada seduhan kelopak bunga ROSELLA. Sedangkan fungsi dari antioksidan sendiri adalah dapat menangkal kerusakan ginjal, diabetes , jantung korener sampai kanker. Jadi memang manfaat ROSELLA sangat banyak…WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-17938003019045786432010-01-05T18:45:00.000-08:002010-01-05T18:47:44.961-08:00STROBERRY ORGANIK1. SEJARAH SINGKAT<br />Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. <br /><br />2. JENIS TANAMAN<br />Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut :<br />Divisi : Spermatophyta<br />Sub divisi : Angiospermae<br />Kelas : Dicotyledonae<br />Keluarga : Rosaceae<br />Genus : Fragaria<br />Spesies : Fragaria spp.<br />Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne.<br />Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. Di Cianjur ditanam varitas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jam.<br /><br />3. MANFAAT TANAMAN<br />Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup (compote) stroberi.<br /><br />4. SENTRA PENANAMAN<br />Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi.<br /><br />5. SYARAT PERTUMBUHAN<br />5.1. Iklim<br />1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun.<br />2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya.<br />3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 derajat C.<br />4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.<br />5.2. Media Tanam<br />1) Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.<br />2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5–7,0.<br />3) Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia.<br />5.3. Ketinggian Tempat<br />Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl.<br /><br />6. PEDOMAN BUDIDAYA<br />6.1. Pembibitan<br />Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.<br />1) Perbanyakan dengan biji<br />1. Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam larutan WT Zpt selama 15 menit lalu keringanginkan.<br />2. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur<br />18-20 derajat C.<br />3. Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindahtanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit disemprot dengan WT Zpt dosis 1cc/lt setiap 3 hari sekali. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.<br />2) Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun<br />Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:<br />1. Bibit anakan<br />Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang fermentasi WT Effektif Organism (1:1:1), simpan di bedeng persemaian beratap plastik.<br />2. Bibit stolon<br />Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang terfermentasi WT Effektif Organism(1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun.<br />3) Bibit untuk budidaya stroberi di polibag<br />Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang yag sudah disemprot dengan WT ZPt(2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm<br />berisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.<br />6.2. Pengolahan Media Tanam<br />1) Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik<br />a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.<br />b) Keringanginkan selama 15-30 hari.<br />c) Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40x 60 cm.<br />d) Taburkan 5 – 10 ton/ha pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism secara merata di permukaan bedengan/ guludan.Semprotkan larutan WT Zpt dengan dosis 2cc/lt merata diseluruh permukaan bedengan.<br />e) Biarkan bedengan/guludan selama 5 hari.<br />f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm,semprot lubang dengan larutan WT Zpt 2cc/lt.<br />2) Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.<br />a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.<br />b) Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm.<br />c) Keringanginkan 15 hari.<br />d) Taburkan 5 – 10 ton/ha pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan <br />e) Siram hingga merata larutan WT Zpt dosis 1cc/lt.<br />f) Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.<br />g) Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.<br />h) Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.<br />3) Pengapuran<br />Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan/guludan selesai dibuat.<br />6.3. Teknik Penanaman<br />1) Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati-hati.<br />2) Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.<br />3) Untuk tanaman tanpa mulsa, Semprotkan larutan WT Zpt dosis 3cc/lt. Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.<br />4) Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.<br />6.4. Pemeliharaan Tanaman<br />1) Penyulaman<br />Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.<br />2) Penyiangan<br />Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma.<br />3) Perempelan/Pemangkasan<br />Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.<br />4) Pemupukan<br />a) Pertanaman tanpa mulsa: Larutan WT Zpt & WT Organik cair dicampur dengan perbandingan 40% WT Zpt : 60% WT Organik Cair, disemprotkan secara periodik 7 hr sekali dengan dosis 3cc/lt<br />b) Pertanaman dengan mulsa: Larutan WT Zpt & WT Organik Cair dicampur dengan perbandingan 40% WT Zpt : 60% WT Organik Cair, desemprotkan secara periodic 7 hr sekali dengan dosis 1cc/lt.<br />5) Pengairan dan Penyiraman<br />Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa dengan disiram atau menjanuhi parit antar bedengan dengan air.<br />6) Pemasangan Mulsa Kering<br />Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan/ guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering setebal 3–5 cm dihamparkan di permukaan bedengan/guludan dan antara barisan tanaman.<br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Hama<br />1) Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)<br />Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat. Pengendalian: dengan WT Insect 1 dosis 2cc/lt.<br />2) Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)<br />Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur kemerah-merahan. Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan gugur. Pengendalian: dengan WT Pesti dosis 2cc/lt.<br />3) Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus). Gejala : di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian: dengan WT Pesti dosis 2cc/lt pada waktu menjelang fase berbunga.<br />4) Kutu putih (Pseudococcus sp.)<br />Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal. Pengendalian : dengan WT Insect 1 dosis 2cc/lt.<br />5) Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi)<br />Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman. Gejala : tanaman tumbuh kerdil, tangkai daun kurus dan kurang berbulu. Pengendalian: dengan WT Pesti dosis 2cc/lt.<br />7.2. Penyakit<br />1) Kapang kelabu (Botrytis cinerea)<br />Gejala : bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering. Pengendalian: dengan WT Pesti dosis 2cc/lt.<br />2) Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)<br />Gejala : buah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian: dengan WT Pesti dosis 2cc/lt.<br />3) Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).<br />Gejala: (1) buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh; (2) di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam. Pengendalian : membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik dan budidaya dengan mulsa plastik.<br />4) Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman)<br />Gejala : jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar, kadang-kadang layu terutama siang hari.<br />5) Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).<br />Gejala : bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti tepung, bunga akan mengering dan gugur. Pengendalian: dengan WT Pesti dosis 1cc/lt.<br />6) Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae)<br />Gejala : Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungu tua. Pengendalian dengan WT Pesti dosis 2cc/lt.<br />7) Bercak daun<br />Penyebab : (1) Ramularia tulasnii atau Mycosphaerella fragariae, Gejala: bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna coklat yang akan berubah menjadi putih; (2) Pestalotiopsis disseminata, Gejala : bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna coklat fua dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau kekuningan, daun mudah gugur; (3) Rhizoctonia solani, Gejala : bercak coklat-hitam besar pada daun. Pengendalian dengan WT Pesti dosis 2cc/lt.<br />8) Busuk daun (Phomopsis obscurans).<br />Gejala : noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudian noda membentuk luka mirip huruf V. Pengendalian dengan WT Pesti dosis 2cc/lt.<br />9) Layu vertisillium (Verticillium dahliae)<br />Gejala : daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat, layu dan tanaman mati. Pengendalian dengan pencabutan tanaman yang sudah terserang dan kubur atau bakar.<br />10) Virus<br />Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau. Gejala : terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun atau totol-totol (motle), daun jadi keriput, kaku, tanaman kerdil. Pengendalian : menggunakan bibit bebas virus, menghancurkan tanaman terserang, menyemprot pestisida<br />untuk mengendalikan serangga pembawa virus. Pencegahan hama dan penyakit umumnya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun/tanaman, menanam secara serempak (untuk memutus siklus hidup), menanam bibit yang sehat, memberikan pupuk sesuai anjuran sehingga tanaman tumbuh sehat, melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga Rosaceae dan memangkas bagian tanaman/mencabut tanaman yang sakit. Membudidayakan stroberi dengan mulsa plastik juga akan menekan pertumbuhan<br />hama/penyakit. Khusus untuk penyakit, perbaikan drainase biasanya dapat menurunkan serangan.<br /><br />8. PANEN<br />Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbung ketika berumur 2 bulan setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman berumur 4 bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama 2 tahun tanpa henti.<br />8.1. Ciri dan Umur Panen<br />1) Buah sudah agak kenyal dan agak empuk.<br />2) Kulit buah didominasi warna merah: hijau kemerahan hingga kuning kemerahan.<br />3) Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah.<br />8.2. Cara Panen<br />Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya. Panen dilakukan dua kali seminggu.<br />7.3. Perkiraan Produksi<br />Produktivitas tanaman stroberi tergantung dari varietas dan teknik budidaya:<br />a) Varitas Osogrande: 1,2 kg/tanaman/tahun.<br />b) Varitas Pajero: 0,8 kg/tanaman/tahun.<br />c) Varitas Selva: 0,6-0,7 kg/tanaman/tahun.<br />Teknik budidaya stroberi dengan naungan UV memberikan hasil 1-1,25 kg/tanaman/tahun.<br /><br />9. PASCAPANEN<br />9.1. Pengumpulan<br />Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak memar, simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas terpal/plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak penyimpanan.<br />9.2. Penyortiran dan Penggolongan<br />Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah berdasarkan pada varietas, warna, ukuran dan bentuk buah. Terdapat 3 kelas kualitas buah yaitu :<br />a) Kelas Ekstra: (1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; (2) warna dan kematangan buah seragam.<br />b) Kelas I: (1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies; (2) bentuk dan warna buah bervariasi.<br />c) Kelas II: (1) tidak ada batasan ukuran buah; (2) sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik.<br />9.3. Pengemasan dan Penyimpanan<br />Buah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih kapasitas 0,25-0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0-1 derajat C.<br /><br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />Gambaran Peluang Agribisnis<br />Buah stroberi enak rasanya, harum dan sangat menarik dipandang, jadi pertanaman<br />stroberi bisa atau berpotensi dijadikan kawasan agrowisata dimana pengunjung<br />dapat memetik langsung buah di bawah pengawasan.<br /><br />11. STANDAR PRODUKSI<br />11.1.Ruang Lingkup<br />Standard ini meliputi klasifikasi/penggolongan dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.<br />11.2.Diskripsi<br />…<br />11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu<br />Berdasarkan ukurannya, stroberi diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu:<br />Kelas AA: > 20 gram/buah<br />Kelas A : 11-20 gram/buah<br />Kelas B : 7-12 gram/buah<br />Kelas C1 : 7-8 gram/buah<br />Kualitas stroberi ditentukan oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit dan luka mekanis akibat benturan atau hama-penyakit.<br />11.4.Pengambilan Contoh<br />Satu partai/lot buah stroberi terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot.<br />a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5, contoh pengambilan semua<br />b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100, contoh pengambilan sekurangkurangnya 5<br />c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300, contoh pengambilan sekurangkurangnya 7<br />d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500, contoh pengambilan sekurangkurangnya 9<br />e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000, contoh pengambilan sekurangkurangnya 10<br />Petugas pengambil contoh harus orang yang memenuhi persyaratan yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.<br />11.5.Pengemasan<br />Buah stroberi segar disajikan dalam bentuk lepasan, dibungkus bahan kertas, jaring plastik atau bahan laian yang sesuai, lalu dikemas dengan keranjang bambu atau kotak karton/kayu/bahan lain yang sesuai dengan atau tanpa penyangga, dengan berat bersih maksimum 10 kg.<br />Pada bagian luar kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain :<br />a) Produksi Indonesia.<br />b) Nama barang/kultivar.<br />c) Golongan ukuran.<br />d) Jenis mutu.<br />e) Nama Pprusahaan/eksportir.<br />f) Berat bersih/kotor.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-60220060188349950612010-01-05T18:44:00.000-08:002010-01-05T18:45:43.688-08:00SEMANGKA ORGANIK1. SEJARAH SINGKAT<br />Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti : Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh<br />manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat.<br /><br />2. JENIS TANAMAN<br />Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka hitam dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan Semangka Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri. Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya : benih Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.<br /><br />3. MANFAAT TANAMAN<br />Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur. Semangka yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya, yang memiliki aroma dan rasa tawar, bijinya diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar seperti buah ketimun atau jenis labu-labuan lainnya.<br /><br />4. SENTRA PENANAMAN<br />Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India dan negera-negara sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa Tengah (D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa Barat (Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di Lampung, dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun.<br /><br />5. SYARAT PERTUMBUHAN<br />5.1. Iklim<br />1) Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan.<br />2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen.<br />3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).<br />4) Suhu udara yang ideal bagipertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harian rata-rata yang berkisar 20–30 mm.<br />5) Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal penanaman, berarti udara kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering. Sebaliknya,<br />kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak tanaman.<br />5.2. Media Tanam<br />1) Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan.<br />2) Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut.<br />3) Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.<br />5.3. Ketinggian Tempat<br />Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah dekat pantai yan mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl.<br /><br />6. PEDOMAN BUDIDAYA<br />6.1. Pembibitan<br />1) Persyaratan Benih<br />Pemilihan jenis benih semangka yang disemaikan adalah: Hibrida import, terutama benih jenis Triploid (non biji) yang mempunyai kulit biji yang sangat keras dan jenis Haploid (berbiji).<br />2) Penyiapan Benih<br />Jenis benih Hibrida impor, terutama jenis bibit triploid setelah dipilih disiapkan alat bantu untuk menyayat/merenggangkan sedikit karena tanpa direnggangkan biji tersebut sulit untuk berkecambah, alat bantu tersebut berbentuk gunting kuku yang mempunyai bentuk segitiga panjang berukuran kecil dan disediakan tempat kecil yang mempunyai permukaan lebar. Jenis Haploid dengan mudah disemai karena bijinya tidak keras sehingga mudah membelah pada waktu berkecambah.<br />3) Teknik Penyemaian Benih<br />Teknik penyemaian benih semangka dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :<br />a) Perenggangan bibit biji semangka terlebih dahulu supaya untuk mempermudah dalam proses pertumbuhannya;<br />b) Perendaman biji dalam suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan: 1 liter air hangat suhu 20-25 derajat C; 1cc WT Zpt; 1cc WT Pesti. Setelah direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi dan bibit siap dikecambahkan.<br />4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian<br />Kantong-kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak terbit hingga tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparan serupa rumah kaca mini dan untuk salah satu ujungnya terbuka dengan pinggiran yang terbuka. Pemupukan dilakukan dengan penyemprotan WT Zpt dengan dosis 1cc/lt air untuk memacu perkembangan bibit, dilakukan rutin setiap 3 hari sekali. Pada usia 14 hari, benih-benih dipindahkan ke lapangan yang telah matang dan siap ditanami benih tersebut.<br />5) Pemindahan Bibit<br />Setelah pengecambahan dilakukan penyemaian bibit menggunakan polibag. Satu kantong ditanam satu benih (sudut kantong dipotong secukupnya untuk pengurangan sisa air) dan diisi campuran tanah dengan pupuk kandang yg sdh difermentasi dengan WT Effektif Organism, komposisi: 1 bagian tanah kebun, 1<br />bagian kompos/humus, 1 bagian pupuk kandang yang sudah matang. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.<br />6.2. Pengolahan Media Tanam<br />1) Persiapan<br />Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih tumbuh. Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu mudah dicangkul, kemudian diteliti pH tanahnya.<br />2) Pembukaan Lahan<br />Lahan yang ditanami dilakukan pembalikan tanah untuk menghancurkan tanah hingga menjadi bongkahan-bongkahan yang merata. Tunggul bekas batang/jaringan perakaran tanaman terdahulu dibuang keluar dari areal, dan juga segala jenis batuan yang ada dibuang, sehingga tidak mempengaruhi<br />perkembangan tanaman semangka yang akan ditanam di areal tersebut.<br />3) Pembentukan Bedengan<br />Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung d dalam tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Jumlah bedengan tergantung jumlah baris tanam yang dikehendaki oleh si penanam (bentuk bedengan baris tanaman ganda, bedengan melintang pada areal<br />penanaman). Lebar bedengan 7-8 meter, tergantung tebal tipis dan tinggi bedengan (tinggi bedengan minimum 20 cm).<br />4) Lakukan penyemprotan WT Organik Cair merata keseluruh permukaan bedengan.<br />5) Pengapuran<br />Dilakukan dengan pemberian jenis kapur pertanian yang me-ngandung unsur Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman tanah dan menetralkan racun dari ion logam yang terdapat didalam tanah. Dengan kapur Karbonat/kapur dolomit. Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5<br />diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.<br />5) Pemupukan<br />Pupuk yang dipakai adalah WT Zpt & WT Organik Cair. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism. Pupuk kandang berguna untuk membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur. Caranya, ditaburkan disekeliling baris bedengan secara merata. <br />6) Lain-lain<br />Tahap penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan pada tempat penanaman semangka dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah, sebagai landasan buah pada bedengan, diratakan dan diatas lapisan ini diberi jerami kering untuk perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm dan plastik mulsa dengan lebar plastik 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuh tanaman liar. Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 8-12 bulan pada areal terbuka (2 - 3 kali periode penanaman). Plastik sisa<br />yang berwarna perak yang memantulkan sinar matahari dan secara tidak langsung membantu tanaman banyak mendapat sinar matahari untuk pertumbuhannya.<br />6.3. Teknik Penanaman<br />1) Penentuan Pola Tanaman<br />Tanaman semangka merupakan tanaman semusim dengan pola tanam monokultur.<br />2) Pembuatan Lubang Tanaman<br />Penanaman bibit semangka pada lahan lapangan, setelah persemaian berumur 14 hari dan telah tumbuh daun ± 2-3 lembar. Sambil menunggu bibit cukup besar dilakukan pelubangan pada lahan dengan kedalaman 8-10 cm. Persiapan pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit dipindah<br />ke darat,lakukan penyemprotn WT Organik Cair pada setiap lubang dengan dosis 1cc/lt air. Lubang dibuat dengan jarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 80-100 cm/tergantung tebal tipisnya bedengan. Lahan tertutup dengan plastik mulsa, maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat ukuran 1 kg yang diberi lubang-lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan yang diberi lobang.<br />3) Cara Penanaman<br />Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara massal supaya tanah siap menerima penanaman bibit sampai menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan dibiarkan sampai air meresap. Sebelum batang bibit ditanam dilakukan perendaman, agar mudah pelepasan bibit menggunakan kantong plastik yang ada. Langkah imunisasi dilakukan dengan perendaman selama 5-10 menit disertai campuran larutan WT Zpt dengan dosis 1cc/lt air dan dicampur dengan WT Pesti dosis 1cc/lt air. <br />Urutan penanaman adalah sebagai berikut :<br />a) Kantong plastik diambil hati-hati supaya akar tidak rusak.<br />b) Tanam dengan tanah posisi kantong dan masukkan ke lubang yang sudah disiapkan<br />c) Celah-celah lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkan<br />d) Lubang tanaman yang tersisa ditutup dengan tanah dan disiram sedikit air agar media bibit menyatu dengan tanah disekeliling dapat bersatu tanpa tersisa.<br />6.4. Pemeliharaan Tanaman<br />1) Penjarangan dan Penyulaman<br />Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabila tumbuh terlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti dengan bibit baru yang telah disiapkan dari bibit cadangan. Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu lebat dengan memangkas daun dan batang yang tidak diperlukan, karena<br />menghalangi sinar matahari yang membantu perkembangan tanaman.<br />2) Penyiangan<br />Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah ditebang karena mengganggu pertumbuhan<br />buah. Pengaturan cabang utama dan cabang primer agar semua daun pada tiap cabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian sinar merata, yang mempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya.<br />3) Pembubunan<br />Lahan penanaman semangka dilakukan pembubunan tanah agar akar menyerap makanan secara maksimal dan dilakukan setelah beberapa hari penanaman.<br />4) Perempalan<br />Dilakukan melalui penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang. Perempelan dilakukan untuk mengurangi tanaman yang terlalu lebat akibat banyak tunas-tunas muda yang kurang bermanfaat.<br />5) Pemupukan<br />Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk WT Zpt dengan dosis 2cc/lt air, pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan WT Organik Cair dengan dosis 3cc/lt air untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk daun dicampur dengan WT Insect 1 dengan dosis 1cc/lt air dan WT Pesti dosis 1cc/lt air yang disemprotkan bersamaan secara rutin. Adapun penyemprotan dilakukan sebagai berikut :<br />a) Pupuk WT Zpt diberikan pada saat umur 0 -35 hari setelah tanam, diberikan secara periodik setiap 3 atau 7 hari sekali.<br />b) Pupuk WT Organik Cair diberikan pada saat umur 35 - 55 hari setelah tanam, diberikan 3 – 7 hari sekali.<br />6) Pengairan dan Penyiraman<br />Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantara bedengan, frekuensi pemberian air pada musim kemarau 4-6 hari dengan volume pengairan tidak berlebihan. Bila dengan pompa air sumur (diesel air) penyiraman dilakukan dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehingga lebih cepat. Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak kekurangan air.<br />7) Pemeliharaan Lain<br />Seleksi calon buah merupakan pekerjaan yang penting untuk memperoleh kualitas yang baik (berat buah cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman), calon buah yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena umur tanaman relatif muda (ukuran sebesar telur ayam dalam bentuk yang baik dan<br />tidak cacat). Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Setiap calon buah ± 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidak-merataan terkena sinar matahari, sehingga warna kurang menarik dan menurunkan harga jual buah itu sendiri.<br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Hama<br />Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok: hama yang tahan dan tidak tahan terhadap pestisida. Hama yang tidak tahan terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu), umumnya berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah berkembang biak. Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan WT Insect 1 & WT Pesti yang dicanpur pada saat melakukan pemupukan. Hama kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus, binatang piaraan (kucing, anjing dan ayam). Pengendallian: menjaga pematang selalu bersih, mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga.<br />1) Thrips<br />Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak. <br />2) Ulat perusak daun<br />Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tanda serangan daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang. <br />3) Tungau<br />Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman, membela diri dengan menggigit dan menyengat. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. <br />4) Ulat tanah<br />Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian, selain dilakukan dengan penyemprotan juga dibarengi dengan penanaman secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya.<br />5) Kutu putih dan Lalat buah<br />Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercakbercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar. Pengendalian dilakukan dengan membersihkan lingkungan terutama pada kulit buah, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul). <br />7.2. Penyakit<br />1) Layu Fusarium<br />Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur, lambat laun akan. Pengendalian dilakukan dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang<br />belum ditanami, atau menanam benih yang sudah direndam WT Pesti, dilakukan penyemprotan WT Pesti & WT Insect 1 secara periodik.<br />2) Bercak daun<br />Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala : permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian seperti pada penyakit layu fusarium.<br />3) Antraknosa<br />Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian dilakukan sepertipengendalian penyakit layu fusarium. <br />4) Busuk semai<br />Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian: benih direndam di dalam larutan WT Pesti.<br />5) Busuk buah<br />Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian dilakukan dengan menghindari dan mencegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.<br />6) Karat daun<br />Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium, tanaman yang sudah terlanjur terkena harus dicabut dan dibakar atau dikubur jauh dari lahan tanam.<br />7.3. Gulma<br />Selain gangguan oleh hama dan penyakit, gangguan juga disebabkan kekurangan/kelebihan unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pohon semangka yang kekurangan dan kelebihan unsur hara tersebut, menderita akibat adanya gulma (tanaman pengganggu).<br /><br />8. PANEN<br />8.1. Ciri dan Umur Panen<br />Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis triploid, maupun jenis buah berbiji).<br />8.2. Cara Panen<br />Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.<br />8.3. Periode Panen<br />Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah secara serempak dapat dipanen secara sekaligus, tetapi apabila tidak bisa bersamaan dapat dilakukan 2 kali. Pertama dipetik buah yang sudah tua, ke-dua semuanya sisanya dipetik semuanya sekaligus. Ke-tiga setelah daun-daun sudah mulai kering karena buah sudah tidak dapat berkembang lagi maka buah tersebut harus segera dipetik.<br />8.4. Prakiraan Produksi<br />Hasil produksi dari masing-masing pohon semangka perlu diadakan pembatasan hasil buahnya, sehingga dapat diperkirakan jumlah produksinya. Secara wajar, jumlah buah berkisar antara 2-3 buah setiap pohon (1 buah pada cabang pohon dan 2 buah pada batang utama dari pohon), dengan berat buahnya ± 6-8 kg per pohon.<br /><br />9. PASCAPANEN<br />9.1. Pengumpulan<br />Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yang tepat, karena akan mempengaruhi mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah, dengan kadar air yang sempurna.<br />9.2. Penyortiran dan Penggolongan<br />Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan permintaan pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam beberapa klas antara lain:<br />1) Kelas A: berat = 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.<br />2) Kelas B: berat ± 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.<br />3) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.<br />9.3. Penyimpanan<br />Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:<br />1) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan kelembaban udara antara 80-85%;<br />2) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2 dan kadar CO2 dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses respirasi;<br />3) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.<br />9.4. Pengemasan dan Pengangkutan<br />Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang secara benar dan hati-hati.<br />1).Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah pengangkutan.<br />2).Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat dihindari.<br />3).Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat buah.<br />9.5. Penanganan Lain<br />Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakin cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan (seperti produsen, pengumpul, pengecer).<br /><br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />Gambaran Peluang Agrobisnis<br />Teknik budidaya semangka secara konvensional telah dipahami. Akan lebih sempurna bila diketahui pula nilai ekonominya. Hal ini penting untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan dalam setiap hektarnya. Selain petani dapat memperkirakan luas areal penanaman semangka yang dikehendaki, juga akan diusahakan sesuai modal yang dimiliki.<br />Untuk mendukung perhitungan analisis usaha tani semangka konvensional ada beberapa hal yang perlu dikemukakan antara lain:<br />a) Tanaman semangka dibudidayakan secara monokultur dengan jarak tanam 5.0 m x 0,8 m sehingga populasi tanaman setiap hektar mencapai 3.500 tanaman.<br />b) Varietas tanaman semangka yang dibudidayakan merupakan jenis unggul (F1 hibrid), yakni varietas mindful.<br />c) Di lokasi penanaman terdapat diesel air sebagai sumber air apabila diperlukan.<br />d) Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yakni tenaga kerja pria (HKP) dan tenaga kerja wanita (HKW), dengan ongkos tenaga kerja pria lebih tinggi dari pada tenaga kerja wanita, dengan jam kerja/hari : 8 jam.<br />e) Budidaya semangka dilakukan pada musim kemarau (Maret-September).<br />Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnya sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yang didapatkan.<br /><br />11. STANDAR PRODUKSI<br />11.1.Ruang Lingkup<br />Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petani semangka, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam memilih urutan jenis tanaman pertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapa pedoman sebagai berikut :<br />a) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang bernilai ekonomi tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani semangka, baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri.<br />b) Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi kesempatan tenaga kerja lebih banyak.<br />c) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik.<br />d) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang dapat mempertinggi nilai gizi masyarkat.<br />11.2.Diskripsi<br />Berdasarkan uraian diatas, tanaman semangka merupakan salah satu tanaman prioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah semangka mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau pengusaha pertanian tanaman semangka. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.<br />11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu<br />Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :<br />a) Semangka yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada buah;<br />b) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;<br />c) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi semangka harus dijaga;<br />d) Buah semangka yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk memberikan kepuasan pelanggan.<br />11.4.Pengambilan Contoh<br />Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umur semangka kurang lebih 56–65 HST, buah semangka yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.<br />11.5.Pengemasan<br />Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-64597279899496518162010-01-05T18:39:00.000-08:002010-01-05T18:42:01.294-08:00MELON ORGANIK1.SEJARAHSINGKAT<br />Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebarkeseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.<br />2. JENIS TANAMAN<br />Jenis-jenis melon yang terkenal adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid (1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem, Hacken Sack dan Osage (1881–1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto (1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939). Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para ahli mengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu:<br />1) Tipe Netted-Melon<br />a. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara 75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.<br />b. Varietas: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala dan harum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan harum.<br />2) Tipe Winter-Melon<br />a. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat untuk masak antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untuk disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman hias.<br />b. Varietas: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan diameter 2,5–7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaan buah halus, buah memanjang antar 35–70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain, ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman hias; (4) Cucumis melo var. chito,<br />ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias.<br /><br />3. MANFAAT TANAMAN<br />Buah melon dimanfaatkan sebaga makanan buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi.<br /><br />4. SENTRA PENANAMAN<br />Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama.<br /><br />5. SYARAT TUMBUH<br /><br />5.1. Iklim<br />1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.<br />2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah.<br />3) Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya.<br />4) Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon tidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.<br />5) Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit.<br />5.2. Media Tanam<br />1) Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.<br />2) Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2.<br />3) Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.<br />5.3. Ketinggian Tempat<br />Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan optimal.<br /><br />6. PEDOMAN BUDIDAYA<br /><br />6.1. Pembibitan<br /><br />1) Persyaratan Benih<br />Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan WT Zpt selama 15 menit. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.<br />2) Penyiapan Benih<br />a) Pengadaan benih secara generatif<br />Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaringjaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generative & mencegah tanaman kekurangan unsure boron & kalsium, tanaman disemprot dengan WT Organik Cair dengan konsentrasi 2cc/liter 3 – 7 hari sekali.<br />b) Sumber benih<br />Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).<br />c) Cara penyimpanan benih<br />Benih harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih dapat dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umur benih hanya selama 10–14 hari, karena untuk melindungi benih tanaman yang masih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas koran agar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah.<br />d) Kebutuhan benih<br />Benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk cadangan penyulaman.<br />e) Perlakuan benih<br />Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan benih semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon adalah pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.<br />3) Teknik Penyemaian Benih<br />a) Cara dan Waktu Penyemaian<br />Benih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam larutan WT Zpt selama 2–4 jam. Kemudian benih disemaikan pada polybag, yang telah diisi tanah dan pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan<br />menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.<br />b) Pembuatan Media Semai<br />Melon termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk pembibitannya. Medianya dapat dibuat dengan berbagai variasi, contohnya dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang atau kompos, asal perbandingannya sesuai misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkan hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang tepat terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang yang sdh terfermentasi dengan WT Effektif Organism, dicampur dan disemprot dengan WT Zpt.<br />4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian<br />Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.<br />a) Cara dan Waktu Penyiraman<br />Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari<br />polibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tanaman pada siang hari karena akan menyebabkan air dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering dan layu. <br />b) Penjarangan<br />Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana<br />disingkirkan dan tidak ditanam. <br />c) Pemupukan<br />Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk WT Zpt cukup dilakukan satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1cc/liter. Pupuk akar tidak perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media semai telah mencukupi.<br />d) Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan<br />Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmolisis). Penyomprotan WT Pesti ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari sebelum bibit ditanam dilapangan.<br />5) Pemindahan Bibit<br />Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau<br />tanaman melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan<br />cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara<br />hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi<br />sebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air.<br /><br />6.2. Pengolahan Media Tanam<br /><br />1) Persiapan<br />a) Pengukuran pH Tanah<br />Pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akan di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.<br />b) Analisis Tanah<br />Berdasarkan fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.<br />c) Penetapan Waktu/Jadwal Tanam<br />Penetapan waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatu varietas melon yang ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya waktu tanam melon pada bulan Maret adalah varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tanaman varietas melon yang dikehendaki pelanggan.<br />d) Penetapan Luas Areal Penanaman<br />Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia, musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyur hujan terus-menerus. Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkan<br />dengan sistem hidroponik.<br />e) Pengaturan Volume Produksi<br />Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu. Pengaturan ini lazim dilakukan pada agribisnis melon dengan system hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnya berselang 1-2 minggu.<br /><br />2) Pembukaan Lahan<br />a) Pembajakan<br />Untuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang dibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup dilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.<br />b) Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam <br />Untuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering. Karena kita bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah dan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap air). Dengan tanah tersebut akan menguntungkan tanaman. Selain perakarannya mudah menembus tanah, juga akan mudah bernapas. Cara-cara pencangkulan adalah sebagai berikut:<br />1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.<br />2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan, dengan kedalaman ± 30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan)<br />3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah dikategorikan ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah cukup beremah dan kita dapat mengerjakan pekerjaan yang lain.<br />4.Setelah proses pencangkulan selesai, semprotkan WT Organik cair secara merata keseluruh permukaan lahan. Hal ini dilakukan supaya lahan sudah benar2 siap dan sehat untuk media tanam melon.<br />3) Pembentukan Bedengan<br />a) Cara Pembuatan<br />Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun<br />dan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm.<br />b) Bentuk Bedengan<br />Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga menghilang tuntas.<br />c. Ukuran dan Jarak Bedengan<br />Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan tanaman dan mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan tinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan<br />deras. Dan pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan perawatan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.<br /><br />4) Pengapuran<br />Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3 MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :<br />a) < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha<br />b) 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha<br />c) 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha<br />d) 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha<br />e) 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha<br />f) 6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha<br />5) Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)<br />Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian atas dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang). Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis pemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan menggunakan pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah selesai pemasangan, bedenganbedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan agar pupuk yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman. <br />6.3. Teknik Penanaman<br />1) Penentuan Pola Tanam<br />Tanaman melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan pola monokultur.<br />2) Pembuatan Lubang Tanam<br />Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas atau memanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat atau dia baros berhadap-hadapan membentuk segi tiga. <br />3) Cara Penanaman<br />Bibit yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.<br /><br />6.4. Pemeliharaan Tanaman<br /><br />1) Penjarangan dan Penyulaman<br />Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah tanam bibit tidak menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang perlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus disiram air.<br />2) Penyiangan<br />Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.<br />3) Pembubunan<br />Untuk pembubunan pertama-tama kita lakukan adalah pemupukan awal dan mensterilkan lahan di situ. Tujuannya adalah setelah tanah diolah dan dipupuk, tanah akan menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat melakukan pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang<br />selama 2 minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup lama terkena terik matahari tersebut, cukup sehat untuk ditanami.<br />4) Perempalan<br />Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.<br />5) Pemupukan<br />Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan sejak awal. Pupuk kandang/komposyang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism : pupuk dasar=10–20 ton/ha.<br />Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam); pupuk susulan I : dilakukan penyemprotan larutan WT Zpt 3 – 7 hr sekali dengan dosis 1cc/lt mulai dr umur 1 – 20 hr; pupuk susulan II: dilakukan penyemprotan larutan WT Zpt & WT Organik cair dengan perbandingan 2cc WT Zpt : 3cc WT Organik Cair : 5 liter air, dilakukan penyemprotan 3 – 7 hari sekali pd tanaman berumur 20 = 40 hari, pupuk susulan III : lakukan pemyemprotan secara periodic 3 – 7 hr sekali WT Organik Cair dengan dosis 1cc/lt pd saat tanaman berumur 40 – 60 hari. <br />6) Pengairan dan Penyiraman<br />a) Pengairan<br />Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan. Pengairan dilakukan pada sore atau malam hari.<br />b) Penyiraman<br />Tanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai tanaman akan dipetik buahnya. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah supaya tanaman tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun basah kuyup akan mengundang jamur sangat besar. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari. Oleh karena itu ada pengairan di sekitar kebun besar sekali manfaatnya.<br /><br />7) Waktu Penyemprotan Pestisida<br />a) Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan WT Pesti dengan konsentrasi 1cc/liter dan penyemprotan WT Pesti pada umur 20 HST.<br />b) Penyemprotan WT Pesti dengan konsentrasi 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati ambang ekonomi. <br /> 8) Pemeliharaan Lain<br />a) Pemasangan Ajir<br />Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat di pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau dapat juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg. Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.<br /><br />b) Pemangkasan<br />Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh lalu dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.<br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br /><br />7.1. Hama<br />1) Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )<br />Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan penanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun<br />tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun yang dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma harus selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama; (2) tanaman yang terserang parah harus disemprot secara serempak dengan WT Insect 1 dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter; (3) tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabut dan dibakar (dimusnahkan).<br />2) Thirps (Thirps parvispinus Karny)<br />Ciri: Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa thirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman. Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau. <br />Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thirps. <br />Pengendalian: menyemprot dengan WT Insect 2, 3–4 hari sekali.<br /><br />7.2. Penyakit<br /><br />1) Layu bakteri<br />Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky). <br />Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu<br />per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tanaman layu secara keseluruhan. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang. <br />Pengendalian: (1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan WT Pesti dengan dosis 3cc/lt; (2) benih di rendam dalam WT Pesti dengan dosis 1cc/lt ; (3) penyemprotan WT Pesti ini pada umur 20HST dengan dosis 2cc/lt.<br /><br />2) Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt)<br />Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. <br />Gejala: pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanaman yang terserang akan mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek apabila diterpa angin. <br />Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun-daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu dibuang jauh2 dari areal tanam atau dikubur; (3) pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan WT Pesti dengan konsentrasi 5 m/liter.<br /><br />7.3. Gulma<br />Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.<br /><br />8. PANEN<br /><br />8.1. Ciri dan Umur Panen<br />a) Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen<br />1) Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal<br />2) Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar<br />3) Warna kulit hijau kekuningan.<br />b) Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.<br />c) Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.<br /><br />8.2. Cara Panen<br />1) Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.<br />2) Tangkai dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya agar tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.<br />3) Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benarbenar telah siap dipanen.<br />4) Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga jual terutama di swalayan.<br /><br />8.3. Periode Panen<br />Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon diramalkan jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat menggunakan lahan bekas menanam melon adalah cabai. Karena lahan yang<br />tersedia tidak perlu diubah. Hanya mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan ditambahkan 50%. Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat, maka lahan bekas sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam. Alasannya adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi dari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini<br />disebabkan karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati dengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai, tanaman melon yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama dan penyakit yang lebih rendah.<br /><br />8.4. Prakiraan Produksi<br />Untuk mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harus melakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon diperkirakan akan menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus dilakukan secara bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas 2.000 m2, minggu II menanam seluas 2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akan tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.<br /><br />9. PASCAPANEN<br />Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kwalitas/penampilan buah melon.<br /><br />9.1. Pengumpulan<br />Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.<br /><br />9.2. Penyortiran dan Penggolongan<br />Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.<br />1) Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.<br />2) Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.<br />3) Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.<br /><br />9.3. Penyimpanan<br />Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang<br />mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.<br /> <br />9.4. Pengemasan dan Pengangkutan<br />Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi. Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional). Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar <br />buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.<br /><br />10. STANDAR PRODUKSI<br /><br />10.1.Ruang Lingkup<br />Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petani melon, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam memilih urutan jenis tanaman pertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapa pedoman sebagai berikut:<br />1) Mengutamakan jenis tanaman melon yang bernilai ekonomi tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani melon, baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri.<br />2) Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi kesempatan tenaga kerja lebih banyak.<br />3) Mengutamakan jenis tanaman melon yang mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik.<br />4) Mengutamakan jenis tanaman melon yang dapat mempertinggi nilai gizi masyarkat.<br /><br />10.2.Diskripsi<br />Berdasarkan uraian diatas, tanaman melon merupakan salah satu tanaman prioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah melon mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau pengusaha pertanian tanaman melon. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata<br />perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.<br /> <br />10.3.Klasifikasi dan Standar Mutu<br />Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:<br />1) Melon yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada buah;<br />2) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;<br />3) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi melon harus dijaga;<br />4) Buah melon yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk memberikan kepuasan pelanggan.<br /><br />10.4.Pengambilan Contoh<br />Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umur melon kurang lebih 56–65 HST, buah melon yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.<br /><br />10.5.Pengemasan<br />Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-81612669750006518832010-01-05T18:37:00.000-08:002010-01-05T18:38:53.830-08:00ALPUKAT ORGANIK1. SEJARAH SINGKAT<br />Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.<br />2. JENIS TANAMAN<br />Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut :<br />Divisi : Spermatophyta<br />Anak divisi : Angiospermae<br />Kelas : Dicotyledoneae<br />Bangsa : Ranales<br />Keluarga : Lauraceae<br />Marga : Persea<br />Varietas : Persea americana Mill<br />Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu :<br />1) Ras Meksiko<br />Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek,<br />kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.<br />2) Ras Guatemala<br />Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras,<br />mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.<br />3) Ras Hindia Barat<br />Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.<br /><br />Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :<br />1) Varietas unggul<br />Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain :<br />a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.<br />b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dengan tepi berombak.<br />c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.<br />d. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg<br />e. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).<br />f. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.<br />g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.<br />h. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.<br />i. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).<br />2) Varietas lain<br />Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.<br /><br />3. MANFAAT TANAMAN<br />Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai<br />makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa<br />dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah<br />dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan<br />dasar kosmetik. Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat<br />tradisional (obat batu ginjal, rematik).<br /><br />4. SENTRA PENANAMAN<br />Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum<br />dibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.<br /><br />5. SYARAT PERTUMBUHAN<br />5.1. Iklim<br />1) Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.<br />2) Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.<br />3) Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.<br />4) Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing,<br />antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C.<br />5.2. Media Tanam<br />1) Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung bahan organik.<br />2) Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam).<br />3) Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe,<br />Mg, dan Zn akan berkurang.<br />5.3. Ketinggian Tempat<br />Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.<br /><br />6. PEDOMAN BUDIDAYA<br />6.1. Pembibitan<br />1) Persyaratan Bibit<br />Bibit yang baik antara lain yang berasal dari<br />a) Buah yang sudah cukup tua.<br />b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.<br />c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.<br />2) Penyiapan Bibit<br />Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.<br />3) Teknik Penyemaian Bibit<br />a) Penyambungan pucuk (enten)<br />Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm,<br />kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama<br />tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane. Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan.<br />b) Penyambungan mata (okulasi)<br />Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari<br />kayunya. Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil.Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan.<br />Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.<br />6.2. Pengolahan Media Tanam<br />Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus bersih dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.<br />6.3. Teknik Penanaman<br />1) Pola Penanaman<br />Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietasvarietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.<br />2) Pembuatan Lubang Tanam<br />a) Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.<br />b) Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.<br />c) Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang yang sdh terfermentasi dengan menggunakan WT Effektif Organism sebelum dimasukkan ke dalam lubang.<br />d) Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.<br />3) Cara Penanaman<br />Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun<br />hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut :<br />a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.<br />b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.<br />c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.<br />d) Kocor dengan WT ZPT dengan dosis 1ml WT ZPT : 1 lt air.<br />e) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.<br />6.4. Pemeliharaan Tanaman<br />1) Penyiangan<br />Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi<br />(dicabut) secara rutin.<br />2) Penggemburan Tanah<br />Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.<br />3) Penyiraman<br />Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.<br />4) Pemangkasan Tanaman<br />Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.<br />5) Pemupukan<br />Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk Kandang yg dicampur dengan larutan WT ZPT & WT Organik Cair, maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan pupuk kandang yang sudah terfermentasi 20 kg yang dicampur larutan WT Zpt 15ml & WT Organik Cair 5 ml yang dicampur air 10 ltper pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan pupuk kandang yg sudah terfermentasi sebanyak 55kg dicampur dengan larutan WT Zpt 10 ml & WT Organik cair 30 ml yang dilarutkan kedalam 10 lt air.Pupuk sebaiknya diberikan 2 kali dalam setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.<br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Hama pada Daun<br />1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)<br />Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala. Gejala: Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan. Pengendalian : Menggunakan WT Insect 1 yang berbahan dasar dr ekstrak buah Nimba dengan dosis 3 cc/liter.<br />2) Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)<br />Ciri: Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm dengan warna coklat kemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalam kepompong yang berwarna coklat. Gejala: Sama dengan gejala serangan ulat<br />kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun. Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.<br />3) Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.<br />Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam dan semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin.<br />Pengendalian: Disemprot dengan WT Insect 2 berbahan dasar ekstrak daun tembakau & bawang putih dengan dosis 3cc/liter.<br />4) Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso<br />Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di bagian pantatnya. Gejala : Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai<br />bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan lama kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan WT Pesti yang berbahan dasar ekstrak Nimba, Jeringau, Temulawak dengan dosis 3cc/lt.<br />7.2. Hama pada Buah<br />1) Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)<br />Ciri : Ukuran tubuh 6 - 8 mm dengan bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih dan bagian perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda dan kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk karena dimakan larva. Pengendalian: Memasang perangkap yg telah diberi bahan yang mengandung methyl eugenol dan memusnahkan semua buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar matahari dan mati.<br />2) Codot (Cynopterus sp)<br />Ciri : Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buahbuahan pada malam hari. Gejala: Terdapat bagian buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakan adalah daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga dapat menimbulkan suara.<br />7.3. Hama pada Cabang/Ranting<br />1) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).<br />Ciri : Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua dan berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm. Gejala : Terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan<br />ke daun, kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut mati. Pengendalian : Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga dengan menginjeksi lubang2 serangan dengan WT Insect 1 dengan sisten infuse dan menutup lubangnya dengan tanah liat / lilin, dosis pemberian 3cc/liter.<br />7.4. Penyakit yang disebabkan Jamur<br />1) Antraknosa<br />Penyebab : Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu dan sporanya berwarna jingga. Gejala : Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga,<br />buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur. Pengendalian : Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. <br />2) Bercak daun atau bercak cokelat<br />Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dengan Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat lembab. Gejala: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain. Pengendalian : Penyemprotan WT Pesti dengan dosis 3cc/lt.<br />3) Busuk akar dan kanker batang<br />Penyebab : Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah yang mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dengan drainase jelek. Gejala : Bila tanaman yang terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon. Bila batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air yang menggenang/dengan membongkar tanaman yang terserang kemudian diganti dengan tanaman yang baru.<br />4) Busuk buah<br />Penyebab : Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Pada saat mulai muncul buah, semprotkan secara perioik 3 hari sekali WT Pesti dengan dosis 3cc/lt.<br /><br />8. PANEN<br />8.1. Ciri dan Umur Panen<br />Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah :<br />a) warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;<br />b) bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang nyaring;<br />c) bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.<br />Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contoh tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua dan siap dipanen.<br />8.2. Cara Panen<br />Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong<br />bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.<br />8.3. Periode Panen<br />Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan.<br />8.4. Prakiraan Produksi<br />Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.<br /><br />9. PASCAPANEN<br />9.1. Pencucian<br />Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yang menempel.<br />9.2. Penyortiran<br />Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai berikut :<br />1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.<br />2. Cukup tua tapi belum matang.<br />3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.<br />4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng. Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.<br />9.3. Pemeraman dan Penyimpanan<br />Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk sampai di<br />tempat tujuan.<br />Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari.<br />9.4. Pengemasan dan Pengangkutan<br />Kemasan adalah wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton.<br /><br />10 Gambaran Peluang Agribisnis<br />Walaupun keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum begitu bisa dirasakan karena pengelolaannya tidak intensif, namun karena permintaannya naik maka pertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dengan semakin terbukanya peluang pasar. Tetapi sayangnya masih banyak wilayah yang merupakan sentra produksi belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan oleh para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir. Alpukat merupakan salah satu jenis buah bergizi tinggi yang semakin banyak<br />diminati. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan alpukat di pasaran. Sebagai contoh, seorang grosir membutuhkan alpukat 12-20 ton/minggu untuk pedagang pengecer di Bogor.<br />Selain di pasar lokal, pasar luar negeri pun berhasil ditembusnya. Mula-mula hanya Singapura dan Belanda, kemudian menyusul Saudi Arabia, Perancis, dan Brunei Darussalam. Impor Perancis pada tahun 1989 sebanyak 3.790 kg dengan nilai 379 US$, dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 5.749 kg dengan nilai 10.876 US$. Situasi harga di tingkat petani memang relatif bervariasi dibandingkan dengan di<br />tingkat pengecer. Harga setiap kilogram di tingkat petani di daerah Garut pada tahun 1991 berkisar antara Rp 200,- sampai Rp 600,-. Seangkan di tingkat pengecer biasanya lebih stabil, dan harga bisa mencapai Rp 700,- sampai Rp 1.750,-/kg. Adanya perbedaan harga yang cukup besar tersebut antara lain disebabkan karena di tingkat pengecer risiko kerusakannya lebih tinggi.<br /><br />11. STANDAR PRODUKSI<br />11.1.Ruang Lingkup<br />Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.<br />11.2.Diskripsi<br />Alpukat adaalah buah tanaman apaokat (Persea Americana MILL) dalam keadaan cukup tua, utuh, segar dan bersih.<br />11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu<br />Alpokat digolongkan dalam 3 macam ukuran berdasarkan berat, yaitu:<br />a) Alpokat besar : 451-550 gram/buah<br />b) Alpokat sedang : 351-450 gram/buah<br />c) Alpokat kecil : 250-350 gram/buah<br />Sedangkan syarat mutu adalah sebagai berikut:<br />a) Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara pengujian organoleptik<br />b) Tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi tidak terlalu matang; cara pengijian organoleptik<br />c) Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian organoleptik<br />d) Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptik<br />e) Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam; cara pengujian SP-SMP-309-1981<br />f) Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%; cara pengujian SP-SMP-310-1981<br />g) Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%; cara pengujian SP-SMP-311-1981<br />h) Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik<br />11.4.Pengambilan Contoh<br />Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.<br />a) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5.<br />b) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang diambil 7.<br />c) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang diambil 9.<br />d) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 10.<br />e) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 15.<br />Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.<br />11.5.Pengemasan<br />Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjang bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dengan anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg. Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat bersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-65853915811955392742010-01-05T18:34:00.000-08:002010-01-05T18:36:52.812-08:00BELIMBING ORGANIKBELIMBING ( Averrhoa carambola )<br /><br />1. SEJARAH SINGKAT<br />Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah<br />belimbing dikenal dengan nama /sebutan “star fruits”, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.<br /><br />2. JENIS TANAMAN<br />Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut:<br />1) Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)<br />2) Divisi : Spermatphyta (tumbuhan berbiji)<br />3) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)<br />4) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)<br />5) Ordo : Oxalidales<br />6) Famili : Oxalidaceae<br />7) Genus : Averrhoa<br />8) Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis); A.bilimbi L. (belimbing wuluh)<br />Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak Kapur, Demak Kunir, Demak Jingga, Pasar Minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu : Varietas Kunir dan Kapur.<br /><br />3. MANFAAT TANAMAN<br />Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya sebagai stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor, dll, menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana pendidikan,<br />penanaman belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan dari program pemerintah dalam usaha gerakan menanam sejuta pohon.<br /><br />4. SENTRA PENANAMAN<br />Sentra/pusat penanaman tanaman belimbing sebagai usaha tani secara intensif dan komersial adalah Malaysia. Pada tahun 1993 negara ini mampu mengekspor buah belimbing segar sebanyak 10.220 mt (metrik ton) senilai Rp. 2 miliar yang dipasok ke Hongkong, Singapora, Taiwan, Timur Tengah, dan Eropa Barat.<br /><br />5. SYARAT TUMBUH<br />5.1. Iklim<br />1) Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.<br />2) Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.<br />3) Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung).<br />4) Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.<br />5.2. Media Tanam<br />1) Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik.<br />2) Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5.<br />3) Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah permukaan tanah.<br />5.3. Ketinggian Tempat<br />Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.<br /><br />6. PEDOMAN BUDIDAYA<br />6.1. Pembibitan<br />1) Persyaratan Benih dan Bibit<br />Teknologi produksi bibit unggul belimbing harus selalu menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan secara generatif dengan biji tidak dianjurkan, karena hampir selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya (segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif (biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah (onderstam) yang kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif.<br />2) Penyiapan Benih<br />Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten). Khusus pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi, enten, susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang berasal dari biji (pembiakan generatif). Tata cara penyiapan batang bawah untuk penyiapan biji (benih) belimbing sebagai berikut :<br />a) Pilih buah belimbing yang sudah matang dipohon dan keadaannya sehat serta berasal dari varietas unggul nasional ataupun lokal.<br />b) Ambil (keluarkan) biji dari buah dengan cara membelahnya, kemudian tampung dalam suatu wadah.<br />c) Cuci biji belimbing dengan air bersih hingga bebas dari lendirnya.<br />d) Keringanginkan biji belimbing ditempat teduh dan kering hingga kadar airnya berkisar antara 12–14 %.<br />e) Simpan biji belimbing dalam suatu wadah tertutup rapat dan berwarna, atau langsung disemai di persemaian.<br />3) Teknik Penyemaian Benih<br />Penyiapan lahan persemaian meliputi tahapan sebagai berikut :<br />a) Tentukan (pilih) areal untuk lahan persemaian di tempat yang strategis dan tanahnya subur.<br />b) Olah tanahnya cukup dalam antara 30-40 cm hingga gembur, kemudian dikering-anginkan selama ± 15 hari.<br />c) Buat bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Arah bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan.<br />d) Tambahkan pupuk kandang yang sudah terfermentasi WT Effektif Organism dan halus sebanyak 2 kg/m2 luas bedengan sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, kemudian rapikan bedengan dengan alat bantu papan kayu atau bambu ataupun cangkul.<br />e) Tancapkan tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100-150 cm dan di sisi Barat 75-100 cm, kemudian pasang pula palang-palang dari bilah bambu sambil diikat.<br />f) Pasang atap persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar plastik bening (transparan), sehingga bedengan persemaian lengkap dengan atapnya siap disemai biji belimbing.<br />Tata laksana menyemai biji belimbing adalah sebagai berikut :<br />a) Rendam biji belimbing dalam air dingin atau hangat kuku (55-60 derajat C) selama 30 menit atau lebih.<br />b) Kecambahkan biji belimbing dengan cara disimpan dalam gulungan kain basah di tempat yang lembab selama beberapa waktu.<br />c) Semai biji belimbing yang telah berkecambah pada lahan pesemaian. Caranya adalah biji disebar di sepanjang garitan atau alur-alur dangkal pada jarak antar alur sekitar 10-15 cm, kemudian tutup dengan tanah tipis.<br />d) Biarkan kecambah tumbuh dan berkembang menjadi bibit muda.<br />4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian<br />Pemeliharaan bibit selama di pesemaian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :<br />a) Penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2 kali sehari atau tergantung keadaan cuaca.<br />b) Pemupukan dengan larutan WT Zpt dalam air dengan dosis 1cc/1 liter untuk disiramkan pada media pesemaian setiap 7 hari sekali selama 3 bulan.<br />c) Pengendalian hama atau penyakit dengan cara memotong bagian yang terserang parah, perbaikan drainase tanah dan penyemprotan WT pesti pada konsentrasi rendah antara 30–50 % dari yang dianjurkan.<br />5) Pemindahan Bibit<br />Penyapihan (pendederan bibit pada umur 6–8 bulan dari pesemaian ke dalam polibag atau keranjang atau lahan yang telah diisi media campuran tanah dengan pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan wt Effektif Organism.<br />6.2. Pengolahan Media Tanam<br />1) Persiapan<br />Luasan minimum yang diperlukan untuk operasional pembibitan adalah 2.000 m2, yang dapat menampung bibit sebanyak 5.000-10.000 bibit. Sedangkan lahan untuk pohon induk dapat disediakan tersendiri atau ditanam dalam lahan operasional. Syarat utama dalam pemilihan lahan adalah tersedianya air bagi tanaman, sebagai indikator alami ada atau tidaknya sumber air dapat digunakan pohon enau, karena umumnya pohon enau hidup di daerah yang banyak mengandung air. Ciri lain lahan yang mengandung air adalah daerah tersebut berada di suatu lembah bukit atau pegunungan. Lahan untuk tanaman belimbin di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, dengan kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah pemukaan tanah dan memiliki pH 5,5–7,5. Tanah lahannya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta waktu penanaman yang paling baik di daerah yang mempunyai iklim antara 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.<br />2) Pembukaan Lahan<br />Tentukan areal lahan yang strategis dan subur, cara pengolahan lahan (pembajakan/pengarukan dan pencangkulan) tanah lahan cukup dalam antara 30–40 cm hingga gembur, kemudian dikeringanginkan selama 15 hari. Tambahkan pada tanah lahan yang telah diolah pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism dan halus sebanyak 2 kg/m2 kemudian rapikan bedengan sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, dan dirapikan dengan alat bantu papan kayu atau bambu atau cangkal dan selanjutnya lahan siap ditanami.<br />3) Pembentukan Bedengan<br />Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100–120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan. Pasang (tancapkan) tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100–150 cm, dan di sisi Barat 75–100 cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil diikat. Selanjutnya pasang atap dari dedaunan (jerami) atau plastik bening (transparan) sehingga bedengan siap digunakan.<br />6.3. Teknik Penanaman<br />1) Penentuan Pola Tanam<br />Penetuan jarak tanam dan pola tanam biasanya relatif tergantung pada luas lahan yang ada. Pada umumnya, bila areal lahan cukup luas maka jarak tanam antar tanaman belimbing dibuat sekitar 6 x 6 meter. Atau dapat pula digunakan dalan jarak tanam 5 x 5 m dengan pola tanam dalam bentuk kultur perkebunan secara permanen dan dipelihara intensif.<br />2) Pembuatan Lubang Tanam<br />Sebelum bibit ditanam, terlebih dulu dibuat lubang tanam. Lubang tanam berukuran 50 x 50 x 50 cm. Lubang digali sedalam 50 cm, separuh tanah galian bagian atas dipisahkan, lubang diangin-anginkan selama 2-4 minggu. Setelah cukup dianginkan, tanah dibagian atas dicampur dengan pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism dengan perbandingan 1:1. Kemudian campuran tanah dan pupuk itu dimasukkan kembali ke dalam lubang.<br />3) Cara Penanaman<br />Lubang yang sudah dipersiapkan untuk ditanami seperti diatas, setelah diberi pupuk tidak langsung ditanami, tetapi dibiarkan selama 1 minggu setelah itu baru ditanami. <br />6.4. Pemeliharaan Tanaman<br />1) Penjarangan dan Penyulaman<br />Penjarangan dan penyulaman dimaksudkan agar buah lebih leluasa berkembang dan distribusi makanan hanya untuk buah yang dipelihara. Dalam penjarangan ini diusahakan tidak ada buah yang bergerombol atau berdempetan. Satu pohon diperkirakan hanya ada 100 buah belimbing yang dipelihara sampai besar.<br />Penjarangan dilakukan saat buah sebesar 2,5–5 cm, atau 5–10 hari setelah bunga bermekaran.<br />2) Penyiangan, Pembubunan dan Perempalan<br />Penyiangan, pembubunan dan perempalan dilakukan agar tanaman belimbing menghasilkan buah secara produktif, dan mendapatkan hasil yang maksimal. Penyiangan dilakukan dengan melakukan pemangkasan untuk membentuk tajuk tanaman agar tanaman tidak saling berhimpitan. Hal ini untuk mendorong produksi<br />buah dan memudahkan pemanenan.<br />3) Pemupukan<br />Pemupukan untuk 3 bulan setelah tanam adalah 25 kg pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism/pohon, lakukan penyemprotan pupuk WT Zpt dosis 1cc/lt air setiap 7 hr sekali. Umur setahun 25 kg pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism/pohon, Lakukan penyemprotan dengan larutan WT Organik Cair dosis 3cc/lt air 2 minggu sekali. Umur 2 tahun diberikan 50 kg pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism/pohon,lakukan penyemprotan WT Organik Cair dosis 3cc/lt air 2 minggu sekali, dan umur 3 tahun keatas diberikan 75 kg pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism/pohon, Lakukan penyemprotan larutan WT Organik Cair dosis 3cc/lt air setiap 2minggu sekali. Pemberian pupuk kandang yang sudah terfermentasi dilakukan setahun sekali pada saat masa2 menjelang musim penghujan.<br />2. Untuk media tanam berupa pot atau tanaman buah dalam pot (tabulampot) pemupukan diberikan pada waktu umur tanaman 1 bulan diberi pupuk dasar berupa pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism dengan perbandingan 1 : 1 yang dicampur dengan tanah yang poreus.Setiap seminggu sekali diberikan larutan WT Zpt dosis 3cc/lt air, larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam pot hingga tampak cukup basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai berbunga dan berbuah diberi larutan WT Organik Cair dosis 3cc/lt air. Waktu pemberian pupuk sebaiknya sebelum tanaman berbunga, setelah berbuah, dan seusai panen, sehingga tiap tahun minimal dilakukan pemupukan 3 kali masing-masing 1/3 dosis.<br />4) Pengairan dan Penyiraman<br />Tanaman belimbing banyak membutuhkan air sepanjang hidupnya. Di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan air tentu tidak masalah, namun di daerah yang kering tanaman perlu diberi pengairan dan disiram. Sebagai indikasi bila tanaman perlu disiram yaitu bila rumput-rumput yang tumbuh dibawah pohon<br />sudah mulai layu. Penyiraman dapat dilakukan dengan cara penggenangan (dileb) atau disiram sampai daerah sekitar tajuk tanaman basah. Meskipun selalu butuh air, tanaman ini kurang menyukai air tergenang, perlu diberi sarana drainase dan air segera dialirkan ke luar kebun agar tidak menggenang.<br />5) Waktu Penyemprotan Pestisida<br />Sebagai pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan WT Pesti. Waktu penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali dengan dosis 2cc/lt air.<br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Hama<br />1) Lalat buah (Dacus pedestris)<br />Lalat ini berwarna coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, pinggangnya ramping, bersayap seperti baju tidur yang strukturnya tipis dan transparan. Lalat betina meletakkan telur pada kulit buah, kemudian menetas menjadi larva. Larva inilah yang kemudian merusak daging buah belimbing hingga menyebabkan bususk dan berguguran. Pengendalian: dilakukan dengan cara pembungkusan buah pada stadium pentil (umur 1 bulan dari bunga mekar), mengumpulkan dan membakar sisa-sisa tanaman yang berserakan di bawah pohon, memasang sex pheromone seperti Methyl eugenol dalam botol aqua bekas.<br />2) Hama lain: kutu daun, semut ngangrang (Oecophylla smaragdina) dan kelelawar. Pengendalian : kutu daun dan semut dapat disemprot dengan WT Insect 1 dengan dosis 3cc/lt air, sedangkan kelelawar harus dengan cara dihalau.<br />7.2. Penyakit<br />1) Bercak daun<br />Penyebab: cendawan Cercospora averrhoae Fres. Gejala: terjadi bercak-becak klorotik berbentuk bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat menjadi kuning dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda atau stadium bibit. Pengendalian: dengan cara memotong (amputasi) bagian tanaman yang sakit dan disemprot WT Pesti dengan dosis 3cc/lt air.<br />2) Penyakit kapang jelaga<br />Penyakit ini hidup sebagai saprofit pada madu yang dihasilkan oleh kutu-kutu putih. Gejala: permukaan daun tertutup oleh warna hitam, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Pengendalian : disemprot dengan WT Insect 1 dosis 3cc/lt air.<br /><br />8. PANEN<br />8.1. Ciri dan Umur Panen<br />Umur panen (petik) buah belimbing sangat dipengaruhi oleh letak geografi penanaman, yaitu faktor lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang tipe iklimnya basah, umur petik buah belimbing sekitar 35–60 hari setelah pembungkusan buah atau 65–90 hari setelah bunga mekar. Ciri buah belimbing yang sudah saatnya dipanen adalah ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah atau variasi warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas belimbing.<br />8.2. Cara Panen<br />Cara panen buah belimbing dilakukan dengan cara memotong tangkainya. Pemetikan buah berlangsung secara kontinyu dengan memilih buah yang telah matang. Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu panas (terik). Buah belimbing yang baru dipetik segera<br />dimasukkan (ditampung) dalam suatu wadah secara hati-hati agar tidak memar atau rusak.<br />8.3. Periode Panen<br />Periode panen buah belimbing, umumnya penen perdana pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan pembuahan belimbing dapat terus menerus sepanjang tahun, masa panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun.<br />8.4. Prakiraan Produksi<br />Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat mencapai antara 150 - 300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5 m dengan populasi per hektar antara 250 - 400 pohon dengan produktivitas 150–300 buah/pohon dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6 - 19 ton.<br /><br />9. PASCAPANEN<br />Seusai panen belimbing perlu penanganan pascapanen lebih lanjut, terutama bila jumlahnya melimpah (banyak). Tahapan penangan pascapanen buah belimbing adalah sebagai berikut :<br />9.1. Pengumpulan<br />Kumpulkan buah belimbing di suatu tempat atau ruangan yang teduh.<br />9.2. Penyortiran dan Penggolongan<br />Pilih buah bedasarkan tingkat kematangan dan ukuran yang seragam. Pisahkan (buang) buah yang rusak, cacat atau diserang hama dan penyakit. Bersihkan buah dari kotoran yang mungkin menempel dengan alat bantu kuat lembut (halus).<br />9.3. Penyimpanan<br />Simpan buah belimbing dalam wadah dan ruangan (tempat) yang dingin untuk persediaan keluarga, atau simpan kotak karton berisi buah belimbing di ruangan pendingin bersuhu antara 5-20 derajat C.<br />9.4. Pengemasan dan Pengangkutan<br />1) Bungkus tiap buah atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue atau polysterene net.<br />2) Masukkan buah belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton yang bagian dasar dan dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton berisi maksimal 3 lapis buah belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya berada di bawah. Buah belimbing yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat<br />penjualan/penampungan.<br /><br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />10.1.Analisis Usaha Budidaya<br />Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250–400 pohon dengan potensi produktivitas 150–300 buah/pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton buah belimbing. Pada panen raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 750,- sampai Rp. 5.000,- per kg. Maka kita dapat menghitung berapa Rupiah besar penghasilan yang didapat dalam 1 hektar per tahun. Tentunya setelah dikurangi biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, seperti: pembibitan, pemeliharaan, pemupukan, panen/pascapanen, dll.<br />10.2.Gambaran Peluang Agribisnis<br />Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan. Pada tahun 1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010 - 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot.<br /><br />11. STANDAR PRODUKSI<br />11.1.Ruang Lingkup<br />Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.<br />11.2.Diskripsi<br />…<br />11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu<br />…<br />11.4 Pengambilan Contoh<br />Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.<br />1. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.<br />2. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.<br />3. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.<br />4. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.<br />5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).<br />Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.<br />11.5.Pengemasan<br />Buah belimbing dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain : nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-38617510288897451912010-01-05T18:31:00.000-08:002010-01-05T18:33:51.829-08:00PISANG ORGANIK1. Sejarah<br />Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan Gedhang.<br /><br />2. JENIS TANAMAN<br />Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:<br />Divisi : Spermatophyta<br />Sub divisi : Angiospermae<br />Kelas : Monocotyledonae<br />Keluarga : Musaceae<br />Genus : Musa<br />Spesies : Musa spp.<br />Jenis pisang dibagi menjadi tiga:<br />1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang Ambon, Susu, Raja, Cavendish, Barangan dan Mas.<br />2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.<br />3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk.<br />4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).<br /><br />3. MANFAAT TANAMAN<br />Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.<br /><br />4. SENTRA PENANAMAN<br />Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina.<br /><br />5. SYARAT TUMBUH<br />5.1. Iklim<br />1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan.<br />2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.<br />3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.<br />5.2. Media Tanam<br />1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.<br />2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.<br />5.3. Ketinggian Tempat<br />Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl<br /><br />6. PEDOMAN BUDIDAYA<br />6.1. Pembibitan<br />Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).<br />1) Persyaratan Bibit<br />Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik<br />digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.<br />2) Penyiapan Bibit<br />Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.<br />3) Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam<br />Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut :<br />a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.<br />b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.<br />c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam larutan WT Pesti dosis1cc/lt air selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.<br />d) Jika tidak ada, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.<br />e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.<br />6.2. Pengolahan Media Tanam<br />1) Pembukaan Lahan<br />Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.<br />2) Pembentukan Sengkedan<br />Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.<br />3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air<br />Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.<br />6.3. Teknik Penanaman<br />1) Penentuan Pola Tanaman<br />Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.<br />2) Pembuatan Lubang Tanam<br />Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.<br />3) Cara Penanaman<br />Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15-20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.<br />6.4. Pemeliharaan Tanaman<br />1) Penjarangan<br />Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.<br />2) Penyiangan<br />Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.<br />3) Perempalan<br />Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.<br />4) Pemupukan. Pupuk kandang fermentasi diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah.Karena kebutuhan hara yg sangat tinggi, perlu dilakukan penyiraman larutan WT Zpt dosis 1cc/lt air & WT Organik Cair dosis 3cc/lt air secara berkala 1 bulan sekali.<br />5) Pengairan dan Penyiraman<br />Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.<br />6) Pemberian Mulsa<br />Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh<br />dipasang terus menerus.<br />7) Pemeliharaan Buah<br />Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan<br />sedalam 30 cm ke dalam tanah.<br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Hama<br />1) Ulat daun (Erienota thrax.)<br />Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan larutan WT Insect 1 dosis 3cc/lt air. 2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)<br />Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala : lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian : sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.<br />3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).<br />Bagian yang diserang adalah akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.<br />4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)<br />Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala : pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan menggunakan lautan WT Insect dosis 3cc/ lt air.<br />7.2. Penyakit<br />1) Penyakit darah<br />Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.<br />2) Panama<br />Penyebab : jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala : daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.<br />3) Bintik daun<br />Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan menggunakan larutan WT Pesti dosis 3cc/lt air.<br />4) Layu<br />Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.<br />5) Daun pucuk<br />Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit.<br />7.3. Gulma<br />Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan :<br />1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.<br />2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.<br />3) Menutup tanah dengan plastik polietilen.<br /><br />8. PANEN<br />8.1. Ciri dan Umur Panen<br />Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.<br />8.2. Cara Panen<br />Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.<br />8.3. Periode Panen<br />Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.<br />8.4. Perkiraan Produksi<br />Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.<br /><br />9. PASCAPANEN<br />Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan<br />dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.<br /><br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />Gambaran Peluang Agribisnis<br />Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia. Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%. Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan.<br /><br />11. STANDAR PRODUKSI<br />11.1.Ruang Lingkup<br />Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.<br />11.2.Diskripsi<br />Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.<br />11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu<br />a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80<br />b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam<br />c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam<br />d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0<br />e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0<br />f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus<br />g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas<br />h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas<br />Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:<br />a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0<br />b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5<br />c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5<br />Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang meliputi :<br />a) Penentuan Keseragaman Kultivar.<br />Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.<br />b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.<br />Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.<br />c) Penentuan Tingkat Ketuaan.<br />Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.<br />d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis<br />Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalh keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.<br />e) Penentuan Kadar Kotoran<br />Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah, batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.<br />11.4.Pengambilan Contoh<br />Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.<br />a) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 1–5 : contoh semua<br />b) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 6–100 : contoh : sekurangkurangnya 5<br />c) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 101–300 : contoh sekurangkurangnya 7<br />d) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 301–500 : contoh sekurangkurangnya 9<br />e) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 501–1000 : contoh sekurangkurangnya 10<br />11.5.Pengemasan<br />Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg. Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang. Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton. Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:<br />a) Produksi Indonesia<br />b) Nama kultivar pisang<br />c) Nama perusahaan/ekspotir<br />d) Berat bersih<br />e) Berat kotor<br />f) Identitas pembeli<br />g) Tanggal panen<br />h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutanWARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-12719310427781110552010-01-05T18:28:00.000-08:002010-01-05T18:30:51.275-08:00APEL ORGANIK1. SEJARAH SINGKAT<br />Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.<br /><br />2. JENIS TANAMAN<br />Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:<br />1) Divisio : Spermatophyta<br />2) Subdivisio : Angiospermae<br />3) Klas : Dicotyledonae<br />4) Ordo : Rosales<br />5) Famili : Rosaceae<br />6) Genus : Malus<br />7) Spesies : Malus sylvestris Mill<br />Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.<br /><br />3. MANFAAT TANAMAN<br />Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.<br /><br />4. SENTRA PENANAMAN<br />Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang<br />banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.<br /><br />5. SYARAT TUMBUH<br />5.1. Iklim<br />1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.<br />2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.<br />3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.<br />4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.<br />5.2. Media Tanam<br />1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.<br />2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.<br />3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.<br />4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.<br />5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.<br />5.3. Ketinggian Tempat<br />Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.<br /><br />6. PEDOMAN BUDIDAYA<br />6.1. Pembibitan<br />Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan<br />(grafting) dan stek.<br />1) Persyaratan Benih<br />Syarat batang bawah : merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat dan memilki sifat-sifat unggul.<br />2) Penyiapan Benih<br />Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai beriku t:<br />a) Anakan / siwilan<br />1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang kecoklatan.<br />2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan dan hati-hati.<br />3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.<br />b) Rundukan (layering)<br />1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:<br />- Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkan melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat<br />dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.<br />- Perundukan tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.<br />2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.<br />c) Stek<br />Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan WT Zpt dosis 1cc/lt air untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1<br />cm dan perakaran cukup cukup kuat.<br />3) Teknik Pembiitan<br />a) Penempelan<br />1. Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan, diameter batang ± 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.<br />2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon apel varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya tidak rusak<br />3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.<br />4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.<br />5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres dengan WT ZPT dosis 1cc/lt air. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar dan melekat.<br />6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang.<br />Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.<br />b) Penyambungan<br />1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).<br />2. Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 cm dari leher akar.<br />3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang 2-5 cm.<br />4. Cabang entres dippotong sepanjang ± 15 cm (± 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.<br />5. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambium keduanya bisa bertemu.<br />6. Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.<br />7. Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.<br />4) Pemeliharaan pembibitan<br />Pemeliharaan batang bawah meliputi<br />a) Pemupukan: Selain pemberian pupuk kandang fermentasi, dilakukan penyemprotan larutan WT Zpt & WT Organik Cair yang dilakukan secara berkala 2 minggu sekali.<br />b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.<br />c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)<br />d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan WT Pesti & WT Insect 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan gejala serangan. Bersama dengan ini dapat pula diberikan larutan WT Zpt Dosis 1cc/lt air & WT Organik Cair dosis 3cc/lt air.<br />5) Pemindahan Bibit<br />Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.<br />6.2. Pengolahan Media Tanam<br />1) Persiapan<br />Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.<br />2) Pembukaan Lahan<br />Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal.<br />3) Pembentukan Bedengan<br />Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alu penanaman.<br />4) Pengapuran<br />Pengapuran bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.<br />5) Pemupukan<br />Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang fermentasi sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.<br />6.3. Teknik Penanaman<br />1) Penentuan Pola Tanam<br />Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat<br />rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi<br />udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.<br />2. Pembuatan Lubang Tanam<br />Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang fermentasi sekurang kurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.<br />3. Cara Penanaman<br />Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.<br />Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:<br />a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.<br />b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.<br />c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.<br />d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.<br />6.4. Pemeliharaan Tanaman<br />1) Penjarangan dan penyulaman<br />Penjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.<br />2) Penyiangan<br />Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidak dapat tumbuh.<br />3) Pembubunan<br />Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.<br />4) Perempalan/Pemangkasan<br />Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).<br />5) Pemupukan<br />a) Pada musim hujan/tanah sawah<br />1. Bersamaan rompes daun (< 3 minggu). Dilakukan penyemprotan larutan WT Zpt dosis 3cc/lt air.<br />2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes, diberikan larutan WT Zpt dosis 1cc/lt air & WT Organik Cair dosis 3cc/lt air.<br />b) Musim kemarau/tanah tegal<br />1. Bersamaan rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).<br />2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). Penyemprotan WT Zpt dosis 2cc/lt air & WT Organik Cair dosis 3cc/lt air. Cara penyemprotan dilakukan secara merata di permukaan daun dan media tanam disekitar pohon. Untuk pupuk kandang fermentasi cukup diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim kemarau setelah panen. Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan larutan WT Zpt dosis 1cc/lt air & WT Organik Cair dosis3cc/lt air secara periodic 7 hari sekali. <br />6) Pengairan dan Penyiraman<br />Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Karena itu perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air<br />harus diatasi dengan cara menyirami tanaman sekurang-kurangnya 2 minggu sekali dengan cara dikocor.<br />7) Penyemprotan Pestisida Organik<br />Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Jenis dan dosis pestisida organik yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama dan penyakit.<br />8) Pemeliharaan Lain<br />a) Perompesan<br />Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di darah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerah iklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah panen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel 5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).<br />b) Pelengkungan cabang<br />Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu terbentuknya buah.<br />c) Penjarangan buah<br />Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam, kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.<br />d) Pembelongsongan buah<br />Dilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya berlubang. Tujuan buah terhindar dari serangan burung dan kelelawar dan menjaga warna buah mulus.<br />e) Perbaikan kualitas warna buah<br />Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel, Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.<br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Hama<br />1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)<br />Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan selsel<br />daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek. Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan WT Insect 2 dosis 3cc/lt air, cara penyemprotan dari atas ke bawah. Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah<br />bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.<br />2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)<br />Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1) dengan musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Insect 1 dosis 3cc/lt air.<br />3) Trips<br />Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuningkuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintikbintik<br />putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk<br />terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan WT Pesti dosis 3cc/lt air pada saat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.<br />4) Ulat daun (Spodoptera litura)<br />Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda. Gejala: menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan WT Insect 1 dosis 3cc/lt air.<br />5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)<br />Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum. Gejala : menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda, tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel; daun yang terserang menjadi coklat dan perkembanganya tidak simetris; tunas yang terserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah<br />menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian : (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan WT Insect 1 dosis 3cc/lt air, yang dilakukan pada sore atau pagi hari.<br />6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)<br />Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm. Gejala : menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daundaunnya dengan kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balik daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan WT Insect 1 dosis 3cc/lt air.<br />7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)<br />Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan WT Insect 1 dosis 3cc/lt air; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.<br />7.2. Penyakit<br />1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)<br />Penyebab : Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp. Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Pengendalian: (1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotkan WT Pesti dosis 3cc/lt air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.<br />2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)<br />Gejala : pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian: (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar; (2) disemprot WT Pesti dosis 3cc/lt air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.<br />3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)<br />Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit.<br />4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)<br />Gejala : menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat. Pengendalian : (1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi laruta WT Pesti dosis 5cc/tl air.<br />5) Busuk buah (Gloeosporium Sp.)<br />Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian : tidak memetik buah terlalu masak.<br />6) Busuk akar (Armilliaria Melea)<br />Gejala : menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.<br />8. PANEN<br />8.1. Ciri dan Umur Panen<br />Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres.<br />8.2. Cara Panen<br />Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.<br />8.3. Periode Panen<br />Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.<br />8.4. Prakiraan Produksi<br />Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.<br /><br />9. PASCAPANEN<br />9.1. Pengumpulan<br />Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yang tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.<br />9.2. Penyortiran dan Penggolongan<br />Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah yang dipanen yang dapat menurunkan mutu produk. Penggolongan dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah.<br />9.3. Penyimpanan<br />Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127- 141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling 2,2 derajat C.<br />9.4. Pengemasan dan Transportasi<br />Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.<br /><br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />Gambaran Peluang Agribisnis<br />Dari segi agribisnis, apel tergolong tanaman yang sangat komersial. Hal ini didukung oleh beberapa alasan yaitu:<br />1) Iklim: Apel merupakan tanaman yang selektif. Artinya apel merupakan tanaman yang hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah-daerah tertentu yang iklimnya menunjang. Di dunia tanaman apel banyak diproduksi oleh negara-negara empat musim, sedangkan didaerah tropis hanya beberapa daerah yang berhasil misalnya Malang.<br />2) Pasar apel Indonesia; selama ini pasar apel Indonesia dipenuhi melalui impor dari negara-negara Eropa dan Australia. Sejak bekembangnya apel di Indonesia pasar ini sedikit demi sedikit diambil alih oleh produksi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat data BPS yang menunjukkan peningkatan produksi apel nasional 7.303.372 ton (1984) menjadi 9.046.276 ton (1988) atau meningkat 17,5%. Target akhir adalah pemenuhan konsumsi nasional dan ekspor.<br />3) Faktor lain; yaitu pengembangan apel sebagai komoditi agrowisata dan pengembangan makanan olahan dari apel seperti jenang apel dan jelli apel.<br /><br />11. STANDAR PRODUKSI<br />11.1.Ruang Lingkup<br />Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.<br />11.2.Diskripsi<br />…<br />11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu<br />Standar mutu yang selama ini berlaku:<br />a) Grade A = 15,9% (31-4 buah/kg)<br />b) Grade B = 45,2% (5-7 buah/kg)<br />c) Grade C = 29,6% (8-10 buah/kg)<br />d) Grade D = 7,0% (11-15 buah/kg)<br />11.4.Pengambilan Contoh<br />Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.<br />a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.<br />b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.<br />c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.<br />d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.<br />e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).<br />Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.<br />11.5.Pengemasan<br />Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain : nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-41321697717995960842010-01-05T18:18:00.000-08:002010-01-05T18:28:28.297-08:00ANGGUR ORGANIKA N G G U R ( Vitis )<br /> <br />1. SEJARAH SINGKAT<br />Anggur merupakan tanaman buah berupa perrdu yang merambat. Anggur berasal dari Armenia, tetapi budidaya anggur sudah dikembangkan di Timur Tengah sejak 4000 SM. Sedangkan teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali dikembangkan orang Mesir pada 2500 SM. Dari Mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai Spanyol, Jerman, Prancis dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus anggur dari asalnya ini mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika selatan, Asia termasuk Indonesia dan Australia. Penyebaran ini juga menjadikan Anggur punya beberapa sebutan seperti Grape di Eropa dan Amerika, orang China menyebut Pu tao dan di Indonesia disebut anggur.<br /><br />2. JENIS TANAMAN<br />Anggur termasuk tanaman marga Vitis. Tidak semua jenis dari marga ini dapat dimakan, yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca. <br />Tanaman anggur jenis Vitis vinifera mempunyai ciri :<br />a) Kulit tipis, rasa manis dan segar.<br />b) Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m dari permukaan laut beriklim kering.<br />c) Termasuk jenis ini adalah Gros Colman, Probolinggo Biru dan Putih, Situbondo Kuning, Alphonso Lavalle dan Golden Champion.<br />Tanaman anggur jenis Vitis labrusca mempunya ciri :<br />a) Kulit tebal, rasa masam dan kurang segar.<br />b) Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 900 m dpl.<br />c) Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware, Carman, Beacon dan Isabella.<br />Dari kedua jenis ini yang banyak dikembangkan di Indonesia dan direkomendasi oleh Departemen Pertanian sebagai jenis unggul adalah jenis Vitis vinifera dari varietas Anggur Probolinggo Biru dan Alphonso Lavalle. Namun ada juga yang dianjurkan ditanam antara lain Gross Collman, Probolinggo Putih, Isabella, Delaware, Chifung dan Australia.<br /><br />3. MANFAAT TANAMAN<br />Anggur dimanfaatkan sebagai buah segar maupun untuk diolah sebagai jadi produk lain seperti minuman fermentasi hasil perasan anggur yang mengandung alkohol biasa disebut Wine, dikeringkan menjadi kismis dan untuk keperluan industri selai dan jeli.<br /><br />4. SENTRA PENANAMAN<br />Di Indonesia sentra anggur terdapat di Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan, Situbondo), Bali dan Kupang (NTT).<br /><br />5. SYARAT TUMBUH<br />5.1. Iklim<br />1) Tanaman anggur dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah, terutama di tepi tepi pantai, dengan musim kemarau panjang berkisar 4-7 bulan.<br />2) Angin yang terlalu kencang kurang baik bagi anggur.<br />3) Curah hujan rata-rata 800 mm per tahun. Dan keadaan hujan yang terus menerus dapat merusak premordia/ bakal perbungaan yaitu tengah berlangsung serta dapat menimbulkan serangan hama dan penyakit.<br />4) Sebaiknya sinar matahari yang banyak/udara kering sangat baik bagi pertumbuhan vegetatif dan pembuahannya.<br />5) Suhu rata-rata maksimal siang hari 31 derajat C dan suhu rata-rata minimal malam hari 23 derajat C dengan kelembaban udara 75-80 %.<br />5.2. Media Tanam<br />1) Tanah yang baik untuk tanaman anggur adalah mengandung pasir, lempung berpasir, subur dan gembur, banyak mengandung humus dan hara yang dibutuhkan.<br />2) Derajat keasaman tanah yang cocok untuk budidaya anggur adalah 7 (netral).<br />5.3. Ketinggian Tempat<br />Anggur akan tumbuh baik bila ditanam antara 5-1000 m dpl atau di daerah dataran rendah. Perbedaan ketinggian akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Jenis Vitis vinifera menghendaki ketinggian 1-300 m dpl. Jenis Vitis labrusca menghendaki ketinggian 1-800 m dpl.<br /><br />6. PEDOMAN BUDIDAYA<br />6.1. Pembibitan<br />1) Pengadaan Benih<br />Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (cangkok, stek cabang, stek mata, penyambungan). Perbanyakan tanaman yang paling efektif anggur adalah dengan menggunakan stek. Bibit stek yang baik adalah :<br />a) Panjang stek sekitar 25 cm terdiri atas 2-3 ruas dan diambil dari pohon induk yang sudah berumur di atas satu tahun.<br />b) Bentuknya bulat berukuran sekitar 1 cm.<br />c) Kulitnya berwarna coklat muda dan cerah dengan bagian bawah kulit telah hijau, berair dan bebas dari noda-noda hitam.<br />d) Mata tunas sehat berukuran besar dan tampak padat. Mata tunas yang tidak sehat ukurannya kecil dan ujungnya tampak memutih seperti kapuk.<br />2) Teknik Penyemaian Benih<br />Cara generatif bibit disemai di tempat yang telah disediakan. Cara vegetatif (stek) yaitu :<br />a) Pembibitan dikerjakan dengan menyemaikan lebih dulu dalam pot /keranjang sempai kira-kira selama 5 hari.<br />b) Setelah itu dipindah ke media semai berupa campuran tanah, pupuk kandang fermentasi dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Media semai ini berupa polybag/keranjang yang lebih besar dari tempat awal.<br />3) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian<br />a) Selama di persemaian selalu disiram dan jangan sampai tergenang.<br />b) Penyemaian bibit di tempat teduh dan lembab selama sekitar 2 bulan.<br />4) Pemindahan Bibit<br />a) Sekitar 2 bulan tersebut bibit sudah tumbuh dan berakar banyak siap untuk dipindah ke lapangan dengan memilih yang segar dan sehat kondisinya.<br />b) Penanaman dilakukan di awal musim kemarau/saat panas tertinggi.<br />6.2. Pengolahan Media Tanam<br />1) Persiapan<br />Persiapan yang perlu dilakukan adalah:<br />a) Menentukan lokasi penanaman.<br />b) Menentukan luas areal tanam.<br />c) Mengatur jarak tanam.<br />d) Membuat lubang tanam.<br />e) Menentukan dosis pupuk kandang yang diperlukan.<br />2) Pembukaan Lahan<br />Lahan yang digunakan dibersihkan dan tidak terlindung dari sinar matahari. Pencangkulan untuk pembuatan lubang tanam dilakukan setelah ada pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Lubang dibiarkan terkena sinar matahari selama 2-4 minggu.<br />3) Pengapuran<br />Pengapuran hanya dilakukan bila pH tanah rendah/terlalu asam.<br />4) Pemupukan<br />Setelah 2-4 minggu lubang tanam diisi pupuk kandang fermentasi, pasir dan tanah dengan perbandingan 2:1:1.<br />6.3. Teknik Penanaman<br />1) Penentuan Pola Tanam<br />Tanaman anggur merupakan tanaman monokultur. Pengaturan jarak tanam penting diperhatikan dan juga sesuai dengan larikan karena arah datangnya angin sangat besar pengaruhnya. Jarak tanam bisa diatur dengan pola: 3 x 3 m, 4 x 4 m, 3 x 5 m, 3 x 4 m, 4 x 5 m, 4 x 5 m, 3 x 5 m dan 4 x 6 m<br />Jarak tanam mempengaruhi jumlah tanaman persatuan luas :<br />a) 3 x 3 m untuk 1 Ha = 1.111 pohon<br />b) 3 x 4 m untuk 1 Ha = 833 pohon<br />c) 3 x 5 m untuk 1 Ha = 666 pohon<br />d) 4 x 4 m untuk 1 Ha = 625 pohon<br />e) 4 x 5 m untuk 1 Ha = 500 pohon<br />f) 4 x 6 m untuk 1 Ha = 416 pohon<br />2) Pembuatan Lubang Tanam<br />Lubang tanam yang diperlukan berukuran 60 x 60 x 60 cm yang disesuaikan dengan jarak tanam, isi lubang berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang fermentasi dengan perbandingan 1:1:1 atau 1:1:2.<br />3) Cara Penanaman<br />Penanaman bibit anggur terbaik pada saat musim kemarau, sekitar Juni dan Juli. Setiap tanaman perlu lahan 20 m² termasuk para-paranya yang harus dipersiapkan sebelum tanamannya tumbuh. Para-para ini berguna untuk merayapkan batang dan cabangnya secara mendatar pada ketinggian 2 m. Setiap<br />tanaman juga diberi ajir bambu untuk titian setelah bibit ditanam, agar pertumbuhannya dapat menjalar ke atas menuju para-para.<br />6.4. Pemeliharaan Tanaman<br />1) Penyulaman dan Penjarangan<br />Penyulaman hanya dilakukan bila terdapat tanaman yang tidak sehat/mati. Pengontrolan dilakukan rutin bersamaan saat penyiraman karena anggur perlu perhatian kontinyu. Penjarangan buah sangat penting karena buah yang terlalu rapat justru merusak perkembangan buah dan menurunkan kualitas buah. Dalam penjarangan buahbuah yang perlu dibuang adalah: (1) yang bertangkai panjang; (2) tidak sempurna<br />bentuknya; (3) buah yang ada di sebelah dalam; (4) buah yang terbentuk tanpa adanya persarian.<br />Penjarangan dilakukan dalam dua tahap, tahap satu saat umur satu bulan setelah pembungaan dan buah masih pentil, tahap dua dilakukan dua minggu setelah tahap satu dan buah sebesar biji jagung. Untuk menjaga kualitas buah, juga perlu dilakukan pembrongsongan (pembungkusan) buah. Pembungkusan dilakukan bila dalam satu dompol buah sudah ada dua atau tiga buah yang masak. Bahan yang umum dipakai bungkus adal kertas semen dan kertas koran.<br />2) Penyiangan<br />Penyiangan dilakukan bila terdapat tanaman pengganggu sekitar tanaman anggur.<br />3) Perempalan<br />a) Perempalan bentuk pada anggur dilakukan mulai tanam sampai umur 1 tahun, bertujuan untuk mendapat pertumbuhan yang baik, dengan cara membuang tunas yang tidak perlu dan membiarkan satu tunas yang baik sebagai batang pokok.<br />b) Perempalan untuk pembuahan dilakukan setelah anggur berumur 1 tahun.<br />Sebelum perempalan diperiksa dahulu dengan memotong ujung salah satu cabang, bila meneteskan air perempalan dilaksanakan, tetapi bila tidak harus ditunda. Perempalan dilakukan dengan memotong ranting-ranting, dengan meninggalkan 2-4 mata tunas dan semua daun dibuang sehingga tanaman jadi<br />gundul. Dalam 1 tahun dilakukan 3 kali perempalan:<br />1. Tahap I : Maret-April, 90-110 hari<br />2. Tahap II : Juli-Agustus, 90-110 hari<br />3. Tahap III : Nov-Des, tahap ini sering gagal<br />Perempalan antara bulan November-Desember, tidak memperoleh hasil. Tujuannya hanya untuk memelihara tingkat kesuburan tanaman sampai musim hujan berakhir dan tanaman tidak rusak.<br />4) Pemupukan<br />Ada dua masa pemupukan:<br />a) Pemupukan tanaman muda (0-1 tahun)<br />1. Umur 0-3 bulan, WT Zpt dosis 3cc/lt air, interval 7 hari<br />2. Umur 3-6 bulan, WT Zpt dosis 3cc/lt air, interval 15 hari<br />3. Umur 6-12 bulan, WT Zpt dosis 1cc/lt air & WT Organik Cair dosis 3cc/lt air, interval 7 hari.<br />Cara pemberian dengan menyiramkan larutan melingkar kesekeliling tanaman diameter 10-20 cm.<br />b) Pemupukan tanaman dewasa (1-seterusnya)<br />1. Umur 21 hari sebelum perempalan, 5 kaleng pupuk kandang<br />2. Umur 11 hari sebelum perempalan, menyiramkan larutan WT Organik Cair dosis 3cc/lt air.<br />3. Umur 7 hari sebelum perempalan, menyiramkan WT Zpt dosis 3cc/lt air.<br />Pupuk kandang diberikan sekali setahun, tahun kedua dosis dinaikkan jadi 10 kaleng. <br />5) Pengairan dan Penyiraman<br />Yang perlu diperhatikan adalah:<br />a) Anggur tidak tahan pada air yang tergenang.<br />b) Anggur butuh pengairan yang harus dilakukan mulai tanam sampai pemangkasan.<br />c) Menjelang pemangkasan, 3-4 minggu sebelumnya pemberian air harus dihentikan.<br />d) Setelah masa pemangkasan, 2-3 hari sebelumnya diberi air kembali sampai ujung ranting mengeluarkan air.<br />e) Pemberian dilakukan sampai buahnya hampir masak, setelah mulai tua pemberian air dihentikan supaya buah tidak pecah dan busuk.<br />6) Waktu Penyemprotan Pestisida Organik.<br />Penyemprotan WT Insect & WT Pesti dilakukan sebagai pencegahan terhadap hama yang mengganggu pada anggur. Penyemprotan harus dihentikan 15 hari sebelum panen. Khusus untuk hama Phyiloxera Vitifolia digunakan WT Insect 1.<br />7) Pengaturan Bunga<br />Setelah dua minggu pemangkasan pembuahan, cabang tersier yang baru tumbuh mengeluarkan sulur-sulur pembentukan bunga yang keluar dari mata ke 3, 4 dan 5. Bila ada cabang tersier yang tidak mengeluarkan sulur dapat diadakan pemotongan dengan meninggalkan 3 mata bertujuan untuk merangsang pertumbuhan sulur. Cabang tersier yang baru muncul disisakan satu sulur saja, agar menghasilkan dompol bunga yang besar dan buahnya bisa bermutu tinggi.<br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Hama<br />1) Phylloxera Vitifolia<br />Menyerang tanaman anggur baik muda maupun tua berakibat anggur jadi kering dan mati. Yang diserang adalah daun dan akar tanaman secara langsung. Gejala umum pada daun terbentuk bisul-bisul kecil dan akar membengkak seperti kutil. Hama ini menetap di bawah kulit batang yang terkelupas dan dalam jaringan akar.<br />2) Kumbang Apogonia destructor<br />Bentuk kumbang kecil dan warna hitam mengkilat. Menyerang daun anggur pada malam hari dan kumbang ini mudah tertarik oleh sinar lampu.<br />3) Wereng daun<br />Serangan wereng ini menyebabkan daun anggur berbintik putih, kemudian menjadi kuning coklat dan gugur.<br />4) Kutu putih<br />Dapat menyebabkan pucuk/tunas menjadi kerdil.<br />5) Ulat daun<br />Menyerang daun untuk dijadikan makanannya.<br />6) Rayap<br />Serangan yang paling parah bila menggerogoti akar tanaman yang masih muda sehingga membuat jadi layu dan akhirnya mati.<br />7) Burung, kalong, bajing dan musang<br />Menyerang buah yang mulai masak untuk dijadikan makanannya. Cara untuk memberantas hama anggur dilakukan dengan menyemprotkan WT Insect dosis 3cc/lt air pada bagian yang terkena serangan. Penyemprotan dilakukan secara rutin dan dihentikan menjelang masa petik. Khusus hama Phyloxera vitifolia dilakukan dengan menyiramkan WT Insect 1 dosis 1cc/lt air di sekeliling tanaman. Penyiraman bisa dilakukan sebelum tanam, setelah tanam/setelah panen. Sedangkan untuk menanggulangi hama dari hewan besar dapat memakai jebakan.<br />7.2. Penyakit<br />1) Downy Mildew (jamur)<br />Gejalanya daun nampak kuning bagian bawah terlihat ada tepung warna putihkuning. Daun, bunga maupun tandan muda bisa mati bila terkena penyakit ini terutama saat musim penghujan atau kelembaban yang tinggi.<br />2) Powdery Mildew<br />Pada permukaan daun terdapat bedak tipis putih kelabu. Menyerang pucuk, bunga dan buah muda bahkan dapat merusak ranting sehingga jadi kerdil dan rusak.<br />3) Penyakit busuk hitam<br />Menyebabkan buah jadi keriput, busuk dan gugur.<br />4) Phakospora Vitis<br />Daun sebelah bawah tertutup tepung berwarna orange (massa sporanya).<br />5) Peronospora<br />Bila udara terlalu lembab jamur ini menyerang daun anggur dan dapat dikenali karena spora berwarna kuning di bawah daun. Untuk memberantas penyakit anggur dilakukan dengan menyemprotkan larutan WT Pesti dosis 3cc/lt air dengan waktu sebelum masa berbunga, setelah berbunga dan 8-12 hari sesudah penyemprotan kedua setelah berbunga. Sedang untuk penyakit busuk hitam penyemprotan dilakukan sebelum masa berbunga, saat berbunga dan 2 minggu sebelum masa petik.<br /><br />8. PANEN<br />8.1. Ciri dan Umur Panen<br />Umur panen anggur tergantung jenis yang ditanam, iklim dan tinggi tempat. Untuk daerah rendah umur buah 90-100 hari setelah pangkas, daerah dataran tinggi umur buah antara 105–110 hari. Tingkat kemasakan buah yang baik untuk dipanen adalah warna dalam satu tandan telah rata, butir buah mudah lepas dari tandan dan keadaan buah kenyal serta lunak.<br />8.2. Cara Panen<br />Cara panen dilakukan dalam cuaca yang cerah dan di pagi hari dengan pemetikan yang hati-hati (jangan sampai bedak hilang). Hasil pemetikan dimasukkan keranjang/dos karton diusahakan penempatannya tidak menumpuk, agar buah yang terletak di bawah tidak rusak dan pecah.<br />8.3. Periode Panen<br />Tanaman anggur dalam satu tahun mengalami dua kali panen.<br />8.4. Prakiraan Produksi<br />Dari areal tanaman anggur 1 ha dengan rasio jarak tanam 4 x 5, jumlah tanaman 500 batang dengan hasil panen per tahun rata-rata 7.500 kg anggur.<br /><br />9. PASCAPANEN<br />9.1. Pengumpulan<br />Pengumpulan anggur tidak boleh ditumpuk karena dapat merusak buah dibawahnya. Hal yang penting bedak yang terdapat pada anggur dijaga agar tidak hilang.<br />9.2. Penyortiran dan Penggolongan<br />Penyortiran dilakukan dengan menyingkirkan buah yang rusak dan buah yang masih terlalu muda dalam satu dompolan. Kemudian anggur digolongkan menurut ukuran dompolan dan keseragaman besar buah.<br />9.3. Penyimpanan<br />Cara terbaik dalam penyimpanan adalah dengan memasukkan dalam ruang pendingin untuk mengurangi penguapan, tetapi cara yang mudah, ringkas dan kapasitas penyimpanan besar adalah dengan menggantung anggur untuk dianginanginkan dalam ruang yang sejuk.<br />9.4. Pengemasan dan Pengangkutan<br />Cara menggunakan keranjang bambu dilapisi kertas koran. cara ini kurang baik karena banyak buah yang rusak. Cara terbaik dengan menggunakan kotak kayu yang diisi dengan serbuk gergaji sehingga kerusakan buah dapat ditekan saat pengangkutan.<br /><br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />- Dalam kenyataan produksi 1 pohon dapat mencapai 20–30 kg dan dalam 1 tahun bisa 3 kali panen.<br />- Umur tanaman anggur semakin lama semakin produktif dan dapat mencapai 25 - 30 tahun.<br />Gambaran Peluang Agribisnis<br />Indonesia telah mengeksport buah-buahan, namun untuk beberapa jenis tertentu masih mengimpor. Dalam tahun 1991-1995, Indonesia mengimport lima jenis buahbuahan, meliputi apel, jeruk, pir, kurma dan anggur. Import buah tersebut sebesar 17.418.325 kg senilai US $ 13.973.604 (1991), 40.746.029 kg senilai US $<br />33.032.612 (1992), 68.525.578 kg senilai US $ 50.846.270. (1993), 77.797.878 kg senilai US $ 60.374.141 (1994), dan 116.557.231 kg senilai US $ 81.937.365 (1995).<br />Jenis buah import yang telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia antara lain anggur. Produk anggur dalam negeri belum mengimbangi permintaan pasar (konsumen) domestik, sehingga tiap tahun masih mengimpor. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Impor anggur Indonesia tahun 1991-1995 mencapai 26.501.977 kg senilai US $ 36.527.300 atau rata-rata pertahun sebesar 5.300.395,4<br />kg senilai US $ 7.305.406.<br />Dengan kondisi tersebut maka pada masa kini dan yang akan datang budidaya anggur sangat menjanjikan bagi para produsen. Sehingga saat ini telah mulai dikembangkan budidaya anggur dengan skala besar dan pengolahan yang intensif.<br /><br />11. STANDAR PRODUKSI<br />11.1.Ruang Lingkup<br />Standar mutu anggur di Indonesia masih belum, namun ditingkat petani sudah ada standar mutu berdasar dompolan, ukuran buah dan rasa.<br />11.2.Diskripsi<br />Banyaknya buah dalam dompolan menjadi ukuran mutu yang menunjukkan tingginya produksi. Sedang ukuran buah yang seragam dan rasa akan menaikkan nilai jual dalam pemasaran.<br />11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu<br />Standar mutu yang berlaku di petani:<br />1) Mutu A: dompolan rapat, buah besar dan seragam, rasa manis.<br />2) Mutu B: dompolan renggang, buah kecil, rasa manis.<br />3) Mutu C: di luar ketentuan mutu A dan B.<br />11.4.Pengambilan Contoh<br />Pengambilan contoh yang berfungsi untuk penanganan berikutnya diambil saat dilakukan pemanenan. Anggur yang diambil sebelum umur panen mempunyai mutu rendah.<br />11.5.Pengemasan<br />Standar pengemasan anggur adalah buah dalam baik saat pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengemasan terbaik dengan menggunakan kotak kayu yang diisi serbuk gergaji sehingga anggur tetap terjaga keutuhannya.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-83542141469368973212010-01-04T18:26:00.000-08:002010-01-04T18:30:34.781-08:00KANDUNGAN MIMBA, AKAR TUBA,& TEMBAKAUMIMBA (Azadirachta indica)<br />Mengandung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin. Berbentuk tepung dari daun atau cairan minyak dari biji/buah. Efektif mencegah makan (antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat sistemik. Mimba dapat membuat serangga mandul, karena dapat mengganggu produksi hormone dan pertumbuhan serangga. <br />Mimba mempunyai spectrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lainL belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun dan bercak daun. Dan mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan serangga, disemprotkan pada dun, disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah. <br />AKAR TUBA (Deris eliptica)<br />Senyawa yang telah ditemukan antara lain adalah retenon. Retenon dapat diekstrak menggunakan eter/aseton menghasilkan 2 – 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air. Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik) berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida (tungau). <br />TEMBAKAU<br />Senyawa yang dikandung adalah nikotin. Ternyata nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk racun serangga Daun tembakau kering mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida).WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-22451305091269244382010-01-04T18:20:00.000-08:002010-01-04T18:25:27.610-08:00HAMA & PESTISIDA ALAMI1. Kutu Putih pada daun atau batang. <br />Dapat digunakan siung bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.<br /><br />2. Tikus. <br />Buah jengkol dapat ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum berisi akan menekan serangan walang sangit.<br /><br />3. Berbagai serangga. <br />Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir berbagai jenis serangga perusak tanaman.<br /><br />4. Aphids. <br />Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.<br /><br />5. Berbagai serangga. <br />Air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar, dapat disemprotkan ke tanaman untuk mengendalikan berbagai jenis serangga.<br /><br />6. Nematoda akar. <br />Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tahi Kotok) yang direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan media yang digunakan mudah dilalui oleh air.<br /><br />7. Mengendalikan serangga, nematoda dan jamur.<br /> Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada tanaman sayuran.<br /><br />Banyak resep yang dapat ditemukan dari pengalaman. Selain itu, perhatikan teknis saat memberikan pestisida alami. Perhatikan curah hujan dan saat penyemprotannya. Usahakan menyemprot setelah hujan agar tidak luntur oleh air hujan.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-52642785310159092842010-01-04T18:10:00.001-08:002010-01-04T18:19:43.762-08:00MOL & PESTISIDA1.MOL rempah2 Bahan : <br />1. Nasi busuk (nasi yang sudah dibusukkan selama 3 hari) 0,5 kg<br />2. Laos 0,5 kg<br />3. Daun serai 0,5 kg<br />4. Daun sawi hijau 0,5 kg<br />5. Gula merah 0,5 kg<br />6. Air 10 liter<br />Cara pembuatan :<br />1. Laos, daun serai dan daun sawi hijau dirajang dengan ukuran 3 – 5 cm. Kemudian tumbuk hingga hancur. Bahan dicampur (diaduk, diuleni) hingga rata.<br />2. Masukkan nasi busuk dan gula merah yang telah dihancurkan. Semua bahan diaduk (diuleni) sampai rata.<br />3. Siapkan ember (tempat lain) yang bisa ditutup rapat. Masukkan semua bahan dan tambahkan 10 liter air dan lakukan pengadukan ulang hingga merata.<br />4. Tutup ember tersebut (pastikan ember tertutup rapat). Simpan ditempat yang teduh selama 10 hari.<br />5. Setelah 10 hari bukalah tutup ember dan lakukan penyaringan. Bahan tersebut sudah untuk digunakan dan sudah menjadi mol.<br />Penggunaan dan manfaat :<br />1. Sebagai bahan mempercepat pembuatan kompos<br />2. Sebagai pupuk cair<br />3. Sebagai pupuk daun<br />4. Sebagai pestisida alami<br />Cara penggunaan :<br />Sebelum digunakan perlu diencerkan dengan air murni. Untuk setiap 1 liter EM lestari dicampur dengan 200 liter air murni.<br />2. MOL - buah <br />Bahan :<br />1. Berbagai jenis buah-buahan yang sudah masak 5 kg<br />2. Tetes tebu, atau gula pasir atau gula merah ¼ kg <br />Cara membuat :<br />1 Bahan ditumbuk atau diparut<br />2 Ambil sari buahnya dengan cara diparut atau diperas<br />3 Larutkan tetes tebu atau gula pasir atau gula merah<br />4 Campurkan air perasan sari buah-buahan dengan larutan gula<br />5 Disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari selama 2 minggu.<br />6 Bahan siap digunakan untuk membuat kompos Bahan :<br />1 Air cucian beras 1 liter<br />2 EM- 1 sebanyak 10 sendok makan<br />3 Alkohol 40 % atau air tape sebanyak 10 sendok makan<br />4 Cuka 10 sendok makan<br />5 Gula pasir 1 ons<br />Cara membuat :<br />1 Semua bahan dicampur menjadi satu.<br />2 Disimpan di dalam botol yang tertutup selama 2 minggu dan tidak terkena sinar matahari.<br />3 Bahan siap digunakan.<br />Kegunaan :<br />1 Sebagai pupuk cair dan sekaligus mengendalikan hama tanaman.<br />2 Bahan pembuat kompos<br />Pembuatan EM (Efektif Mikroorganisme)<br />1. E M dari nasi bahan :<br />• . Nasi/ketela pohon 1 kg<br />• . Gula pasir 1 kg<br />Cara membuat :<br />• . 1 kg nasi dimasukkan ke dalam bumbung (bambu dipotong diantara dua rasnya kemudian dibelah menjadi dua). Bumbung kemudian ditutup dengan kertas yang bersih lalu diikat. Tutup dengan plastik agar tidak dimakan rayap. Masukkan dalam lubang di daerah yang masih alami. Bisa di bawah pohon bambu.<br />• . Tutup kembali dengan daun-daunan. Biarkan selama 3 sampai 4 hari. Ambil dan bukalah tutup kertasnya. Akan terlihat ada warna kehijauan. Tambahkan 1 kg gula dan kemudian aduklah. Maukkan adonan tersebut ke dalam botol yang bersih dan tutup. Simpan selama 21 hari. Bila bahan sudah jadi bisa digunakan.<br />Kegunaan :<br />• . Membantu proses peruraian sisa pertanian sehingga bisa diserap oleh tanaman bila disemprotkan sesudah panen. Setiap 200 cc EM dicampur 100 liter air<br />• . Mempercepat pengomposan. Cara menggunakan adalah dengan mencampurkan 1 liter EM dengan 100 liter air dan dipercikkan pada saat pembuatan kompos.<br />• . Mempercepat peruraian dan penyerapan nutrisi makanan. Dimunumkan pada hewan. Setiap 2 sendok dicampurkan dengan 100 liter air.<br />2. E M Batang Pisang Bahan :<br />• . Batang pisang ½ kg<br />• . Gula pasir 100 gram<br />• . Air kelapa 2 liter<br />• . Air tawar 3 liter<br />Cara membuat :<br />• ½ kg batang pisang dicacah. Tambahkan 100 gram gula pasir. Campur kedua bahan hingga merata. Masukkan adonan tersebut dalam kantong plastik. Tutup dengan daun pisang dan kemudian ikatlah kantong plastik. Diamkan selama 7 hari.<br />• Buka kantong plastik setelah 7 hari dan tambahkan air kelapa sebanyak 2 liter dan air 3 liter. Aduk hingga merata dan diamkan selama 1 jam. Setelah 1 jam aduk kembali. Jika adonan berbuih, pertanda bahan sudah jadi. Diatas adonan terlihat garis-garis putih dan itu menandakan adanya mikrooorganisme. Bahan dapat disimpan selama 2 bulan.<br />Kegunaan :<br />Untuk memperbanyak mikroorganisme di lahan pertanian sehingga mempercepat proses peruraian bahan organik. Gunakan dengan mencampur bahan tersebut dengan air dengan perbandingan 1 : 1<br />3 MOL kotoran hewan Kotoran hewan memamah biak 5 kg<br />• Urine hewab 3 liter<br />• Susu sapi 2 liter<br />• Bungkil kelapa 1 kg<br />Cara membuat :<br />Semua bahan dicampur jadi satu dan aduk hingga merata. Tutup dan diamkan selama 10 hari.<br />Kegunaan :<br />Mempercepat pembuatan kompos. Caranya 1 liter bahan dicampur dengan 20 liter air.<br />4. MOL pisang<br />• 1 kg pisang matang<br />• 1 kg pepaya matang<br />• 1 kg nanas matang<br />• Air 10 liter<br />• 2 butir telur<br />Cara membuat :<br />• Pisang, pepaya dan nanas dicacah hingga hacur.<br />• Tambahkan 10 liter air dan 2 butir telur. Aduk hingga merata. Masukkan dalam wadah.<br />• Taruh pada tempat yang bersih dan tutup. Diamkan selama 45 hari.<br />Kegunaan :<br />Mempercepat pembuatan kompos. Caranya setiap 2 liter bahan tersebut dicampur dengan 20 liter air dan digunakan untuk memerciki bahan kompos.<br />5 MOL nasi<br />• Laos ½ kg<br />• Nasi basi ½ kg<br />• Serei ½ kg<br />• Sawi ½ kg<br />• Gula jawa ½ kg<br />• Air 10 liter<br />Cara membuat :<br />. Laos, serei, sawi dirajang hingga halus dan ditumbuk hingga halus. Masukkan dalam wadah<br />. Tambahkan gula jawa dan remaslah hingga halus dan tercampur rata.<br />. Masukkan nasi basi dan campurlah hingga merata. Tambahkan 10 liter air.<br />. Tutuplah wadah. Diamkan selama 1 minggu.<br />Kegunaan :<br />Menghancurkan sisa hasil pertanian. Caranya setiap 1 liter bahan dicampur dengan 200 liter air dan disemprotkan dilahan. Minumkan hewan dengan dosis setiap 1 cc bahan dicampur dengan 1 liter air.<br />6. Pemacu kompos dari batang pisang klutuk Bahan :<br />1 Gula tebu/tetes tebu 1 kg<br />2 Batang pisang klutuk segar dengan daunnya 1 kg<br />3 Batang kangkung 1 kg<br />Cara membuat :<br />1 Irislah batang pisang dan kangkung hingga lembut secara hati-hati agar tidak rusak dan banyak air yang keluar.<br />2 Tambahkan ½ kg tetes tebu/gula. Masukkan dalam wadah yang ukan terbuat dari alumunium (sebaiknya terbuat dari tanah liat) dan aturlah hingga padat.<br />3 Masukkan sisa tetes tebu atau gula. Tutup rapat dan simpan di tempat yang sejuk, jauh dari sinar matahari selama 2 minggu.<br />Kegunaan:<br />1 Sebagai pupuk daun. Cara penggunaan: encerkan larutan dengan air dengan perbandingan 1 : 1000 (1 sendok makan dengan 10 liter). Semprotkan pada daun di pagi hari.<br />2. Sebagi pemacu kompos<br />. Nasi dimasukkan dalam wadah bukan logam.<br />. Biarkan hingga muncul jamur berwarna kuning.<br />. Ambillah nasi yang sudah berjamur tadi dan tambahkan air hingga nasi menjadi berair.<br />. Taruhlah nasi yang sudah diberi air di atas bahan kompos. Tutuplah dengan tanah dan biarkan hingga menjadi kompos.<br />. Kompos dari daun yang difermentasi dengan sistem ini mempunyai nilai nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan kompos yang dibuat secara kompensional<br />7. Bakteri fermentasi untuk meningkatkan bahan organik tanah, meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara makro dan mikro serta membantu peningkatan proses asimilasi dan fotosintesis tanaman.<br />Bahan :<br />1 Em 10 ml<br />2 Gula merah 1 kg<br />3 Terasi 5 butir<br />4 Telur 5 butir<br />5 Air sumur 10 liter<br />6 Ekstrak beras/kedelai 10 liter<br />Cara membuat :<br />1 Cairkan gula merah dengan air hangat, setelah gula mencai tunggu cairan dingin lalu masukkan EM tunggu kira-kira 30 menit<br />2 Masukkan semua bahan menjadi satu, masukkan dalam wadah plastik tertutup beri lubang sebesar jarum. Hindari sinar matahari secara langsung selama proses fermentasi. Setelah 1 x 24 jam cairan dapat langsung digunakan.<br />Cara penggunaan :<br />1 Dosis 5 cc ditambah dengan air 1 liter untuk disemprotkan pada tanaman<br />2 Dosis 10 cc ditambah dengan air 1 liter untuk disiramkan ke lahan pertanian.<br />8 Insektisida alami yang menggandung bakteri menguntungkan bagi tanaman dan mengurangi kekebalan/resistensi organisme pengganggu tanaman terhadap insektisida.<br />Bahan :<br />1 EM 10 ml<br />2 Gula merah 1 kg<br />3 Terasi 1 ons<br />4 Telur 5 butir<br />5 Ekstrak daun/tanaman paitan (gadung, jenu, nimba, mindi, sirsak)<br />Cara membuat :<br />1 Buatlah ekstrak tumbuhan dengan cara menumbuk semua bahan lalu diperas airnya sampai cukup<br />2 Masukkan semua bahan jadi satu dalam wadah tertutup, beri lubang sebesar jarum. Hindarkan dari sinar matahri secara langsung selama proses fermentasi<br />3 Setelah proses fermentasi selama kira-kira 30 hari (1 bulan) bahan dapat digunakan.<br />Cara penggunaan :<br />1 Dosis penggunaan 5 cc ditambahkan air 1 liter kemudian disemprotkan pada tanaman.<br />2 Pada gejala serangan hama meningkatkan, gunakan beberapa kali<br />3 Jangan dicampur pestisida kimia.<br />9. POC yang mengandung mikroorganisme menguntungkan bagi tanaman karena dapat meningkatkan proses fotosintesis tanaman. Bahan :<br />1 EM 10 ml<br />2 Gula merah 1 kg<br />3 Terasi 1 ons<br />4 Ekstrak tumbuhan daun (turi, gamal, lamtoro, orok-orok/crotalaria)<br />Cara membuat :<br />1 Buatlah ekstrak tumbuhan dengan cara menumbuk semua bahan lalu diperas airnya sampai cukup<br />2 Masukkan semua bahan jadi satu dalam wadah tertutup, beri lubang sebesar jarum. Hindarkan sinar matahari langsung selama proses fermentasi<br />3 Setelah proses fermentasi selama kira-kira 14 hari bahan dapat digunakan.<br />Cara penggunaan :<br />1 Dosis 3 cc dicampur 1 liter air kemudian disemprotkan pada tanaman setiap 2 minggu sekali.<br />2 Jangan dicampur pestisida kimiaWARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-70453092595540690542010-01-04T18:05:00.000-08:002010-01-04T18:09:30.015-08:00EKSTRAK UNTUK ATASI SERANGAN HAMAEkstrak Tanaman Untuk Atasi Hama <br /><br />Indonesia punya kekayaan keragaman hayati yang luar biasa. Jika digunakan secara optimal, hal itu akan memberikan lebih banyak manfaat bagi manusia dan lingkungan.<br />Dari 37.000 spesies flora Indonesia yang telah diidentifikasi, baru sekitar satu persen yang dimanfaatkan untuk biopesti-sida..<br />Biopestisida yang diciptakan memiliki kegunaan mematikan, menghalau, serta menghambat perkembangan ulat dan serangga yang menjadi hama pada tanaman dan tempat penyimpanan makanan. Selain itu, juga meng-hambat penetasan telur pada keong mas yang kerap menjadi hama padi.<br />Sebagian tanaman yang diolah menjadi biopestisida merupakan tanaman yang banyak ditemukan dan dipelihara masyarakat. Khasiat ekstrak jahe dan temu putih untuk menghambat serangan ulat kubis (Plutella xylostella Linn). Daun kubis yang diberi ekstrak itu akan menjadi toksin atau racun yang mematikan ulat.<br />Ekstrak tanaman dari temu putih, biji nimba, daun kenanga, biji selasih, serta daun avokat yang masing-masing berfungsi mencegah serangan kutu pada tempat penyimpanan beras dan kacang-kacangan. Beberapa jenis kacang-kacangan, seperti kacang hijau, kedelai, kacang merah, dan kacang tanah, yang dilumuri ekstrak tersebut akan awet disimpan sampai enam bulan.<br />Khasiat serupa ditemukan pada tanaman bawang putih, bunga kemuning, kulit jeruk, lengkuas, kunyit, temu hitam, cabai merah, tembakau, dan kulit duku. Cairan ekstrak bunga kemuning bahkan efektif mematikan kumbang kacang hanya dengan kadar 1,12 persen.<br />Beberap ekstrak yang dihasilkan juga memiliki kegunaan lebih. Ekstrak bunga kenanga, lengkuas, jahe, kunyit, umbi bawang putih, dan daun nimba tidak menghambat perkecambahan benih kacang hijau sehingga aman untuk ditanam meskipun disimpan dalam waktu lama.<br />Pembuatan ekstrak tanaman dilakukan secara sederhana, meliputi metode tepung, rendam, pasta, dan campuran air. Pada ekstraksi jahe yang menggunakan metode tepung, rimpang jahe dibersihkan, dikupas, dan di-haluskan menjadi tepung. Kemudian, serbuk jahe dicampur dengan beras atau kacang-kacangan guna mempertahankan masa penyimpanan makanan tersebut.<br />Jahe juga bisa diolah melalui metode pasta. Jahe yang sudah dihaluskan dicampur air agar membentuk adonan, lalu dimasukkan ke kantong dan diperas. Ke dalam cairan perasan dicelupkan beras dan kacang-kacangan.<br />Campuran ekstrak serai wangi, biji nimba, dan lengkuas yang disemprotkan pada belalang kembara (Locusta migratoria) muda akan mematikan hama itu hanya dalam waktu sekitar 30 menit. Cairan ekstrak dari tiga tanaman tersebut meracuni jaringan sel serangga .<br />Ekstrak biji nimba yang memiliki daya untuk mematikan 70 persen telur keong mas yang banyak terdapat di daun padi dan tunggul-tunggul sawah. Ekstrak yang disemprot ke kumpulan telur keong mas merusak sel-sel telur dan memutus per-kembangbiakkan hewan yang kerap merusak tanaman padi itu.<br />Pencegahan hama kutu daun pada tanaman kacang pea, sejenis kacang kapri yang tumbuh di Jerman. Untuk keperluan itu, dapat memanfaatkan cairan ekstrak lengkuas.<br />“Ekstrak lengkuas bersiaft sistemik, diserap akar tanaman, dan dibawa ke jaringan daun. Ekstrak racun yang terkandung dalam daun akan mencegah serangan kutu daun.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-83308658723441849252010-01-04T18:01:00.000-08:002010-01-04T18:10:00.895-08:00TUMBUHAN UNTUK BAHAN PESTISIDADAUN brotowali bisa mengatasi lalat buah, bila ditambah kecubung wulung dapat mengendalikan ulat grayak atau hama penggerek batang.<br /><br />Nimba pembasmi ulat tanah Agrotis sp, belalang, aphids, dan ulat grayak<br /><br />Daun mimba dan sirih mengatasi antraknosa pada cabe merah<br /><br />Larutan/parutan jahe, cengkeh untuk mengusir serangga, mengatasi Plutella xylostella pada kubis<br /><br />Umbi bawang putih dan bawang merah bisa mengendalikan serangan ngengat dan kupu-kupu, Alternaria porii, dan layu fusarium.<br /><br />Daun mindi mengatasi ulat grayak Spodoptera sp. dan ulat daun Plutella xylostella<br /><br />Daun cocor bebek menanggulangi larva ulat daun Plutella xylostella<br /><br />Daun dan biji suren bisa membasmi walangsangit, hama daun Eurema sp<br /><br />Akar dan daun serai wangi ampuh terhadap aphids dan tungau<br /><br />Daun babadotan membasmi ulat<br /><br />Daun cengkih sebagai fungisida<br /><br />Umbi gadung memberantas aphids, tikus<br /><br />Buah maja untuk mengusir walangsangit<br /><br />Buah mengkudu sebagai larvasida<br /><br />Kulit batang pasak bumi musuhnya lalat buah<br /><br />Daun tembakau ampuh terhadap aphids<br /><br />Teh basi untuk mengusir semut. DAUN brotowali bisa mengatasi lalat buah, bila ditambah kecubung wulung dapat mengendalikan ulat grayak atau hama penggerek batang.<br /><br />Nimba pembasmi ulat tanah Agrotis sp, belalang, aphids, dan ulat grayak<br /><br />Daun mimba dan sirih mengatasi antraknosa pada cabe merah<br /><br />Larutan/parutan jahe, cengkeh untuk mengusir serangga, mengatasi Plutella xylostella pada kubis<br /><br />Umbi bawang putih dan bawang merah bisa mengendalikan serangan ngengat dan kupu-kupu, Alternaria porii, dan layu fusarium.<br /><br />Daun mindi mengatasi ulat grayak Spodoptera sp. dan ulat daun Plutella xylostella<br /><br />Daun cocor bebek menanggulangi larva ulat daun Plutella xylostella<br /><br />Daun dan biji suren bisa membasmi walangsangit, hama daun Eurema sp<br /><br />Akar dan daun serai wangi ampuh terhadap aphids dan tungau<br /><br />Daun babadotan membasmi ulat<br /><br />Daun cengkih sebagai fungisida<br /><br />Umbi gadung memberantas aphids, tikus<br /><br />Buah maja untuk mengusir walangsangit<br /><br />Buah mengkudu sebagai larvasida<br /><br />Kulit batang pasak bumi musuhnya lalat buah<br /><br />Daun tembakau ampuh terhadap aphids<br /><br />Teh basi untuk mengusir semut.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-90228083823755443722010-01-04T17:53:00.000-08:002010-01-04T17:54:59.447-08:00KETIKA LAHAN MULAI TANDUSTeknologi Pemupukan <br />Lampu kuning ketahanan pangan di negeri ini mulai menyala. Tanda itu terlihat pada tanah pertanian yang mengering hingga tandus dan mulai banyak ditinggalkan petani.<br />Itu belum termasuk ancaman lain, seperti gagal panen karena hama dan anomali cuaca serta aspek non-teknis yang melemahkan daya saing petani.<br />Terpuruknya sektor pertanian sebagai lumbung pangan ratusan penduduk berarti pula mengancam ekonomi dan kedaulatan negeri yang berslogan “Gemah ripah loh jinawi” ini. Lalu, adakah cara membenahinya ?<br />Bicara pangan pokok, perhatian kita umumnya masih mengarah kepada padi atau beras. Itulah yang membuat Indonesia menggenjot produksi padi hingga dapat berswasembada beras pada tahun 1984.<br />Langkah Indonesia dan negara Asia lainnya dalam mengembangkan teknologi persawahan modern populer dengan sebutan Revolusi Hijau. Revolusi ini pada abad lalu berhasil menyelamatkan bangsa di Asia, termasuk Indonesia, dari bencana kurang pangan dalam hal ini beras.<br />Ada tiga faktor kunci dalam melaksanakan revolusi itu, yaitu varietas padi unggul, irigasi, dan pupuk. Teknologi pembuatan pupuk difokuskan pada nitrogen (N) sebagai unsur hara penting bagi kehidupan tanaman, yamg mulai diproduksi tahun 1913.<br />Ironisnya, Indonesia kini kembali di ambang krisis beras dan mulai bergantung pada beras impor yang kini ketersediaannya di pasar dunia terus berkurang. Kondisi ini jelas mengancam Indonesia yang jumlah penduduknya terus membengkak dan belum mampu mengurangi ketergantungan dari produk pertanian tersebut. <br />Lalu, para pakar teknologi pertanian kembali menilik teknologi yang diterapkan selama Revolusi Hijau. Adakah yang salah? Menurut para pakar petanian, termasuk Widjang Herry Sisworo, pakar ilmu tanah dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), teknologi yang di alihkan negara maju ke negara berkambang itu kurang sesuai karena bersifat boros energi dan menguras sumber daya alam.<br />“Introduksi varietas baru padi hanya berhasil jika didukung penggunaan pupuk yang tinggi,” ujarnya. Kondisi ini memberatkan petani karena harga pupuk amonia yang dihasilkan dari industri petrokimia melonjak, sejalan dengan kenaikan harga minyak bumi. Sementara itu, produksi padi mengalami pelandaian sejak awal tahun 1990-an, yang naik hanya 0,2 persen hingga tahun 2004.<br />Tanah sawah beririgasi selama tiga dekade lebih terus dipacu untuk berproduksi tinggi melalui pemberian pupuk buatan, terutama N, dengan takaran yang terus meningkat. Laporan riset KG Cassman dan PL Pingali pada tahun 1995 bahkan mengungkapkan penggunaan pupuk N di sawah irigasi teknis telah melampaui batas.<br />Karena itu. Menurut mereka, harus dilakukan efisiensi penggunaan pupuk buatan sebab bahan baku produksinya terbatas dan mahal. Produksi pupuk buatan mengharuskan pembakaran 500 juta ton batu bara per tahaun. Artinya, akan teremisi gas karbon dan nitrogen oksida serta polusi nitrat dalam air tanah.<br /><br /><br />Azolla penambat Nitrogen (N)<br />Intensifikasi pertanian, karena itu, harus di arahkan untuk penyediaan N alamiah yang murah dan hemat enegi. Proses alamiah yang di maksud adalah fiksasi atau penambahan N ke dalam tanah secara biologis, yang secara global bisa mencapai sekitar 170 juta ton per tahun. Jumlah ini kira – kira tiga kali jumlah pupuk N yang digunakan di lahan pertanian. <br />Penambatan N dari udara pada tanah secara alamiah dihasilkan oleh tanaman paku air, yaitu Azolla. Hingga kini diketahui ada enam spesies Azolla yang tersebar di dunia, antara lain Azolla pinata dan Azolla caroliniana. Tumbuhan yang berasosiasi simbiotik dengan ganggang hijau biru (Anabaena azollae), misalnya, mampu menimbun 25 kg -30 kg N per hektar dalam 30 hari.<br />Penelitian yang dilakukan enam negara, yaitu Brazil, China, Indonesia, Filipina, Sri Lanka, dan Thailand, menunjukkan Azolla mampu menyediakan N bagi padi sama baiknya dengan urea. Azolla juga dapat menurunkan kemasaman tanah. Di Sri Lanka, Azolla di persawahan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan pupuk hingga 56 persen dan meningkatkan hasil padi 35 persen di Thailand.<br /><br />Fungsi bahan organik<br />Intensifikasi padi selama ini disertai pemberian bahan organik yang sangat minim. “Keadaan ini mengakibatkan tanah menjadi ‘sakit’ dan ‘lapar’ ,” Padahal, bahan organik diperlukan sebagai sumber karbon yang merupakan “pakan” dan energi bagi metabolisme dan perkembangbiakan jasad renik penghuni tanah. “Karen itu, dapat dikatakan pupuk buatan adalah pakan bagi tanaman, sedangkan bahan organik makanan untuk tanah,” Berdasarkan pemahaman itu, intensifikasi harus dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber hara secara optimal. Peningkatan unsur N saja tidak akan menghasilkan produktivitas yang tinggi tanpa diikuti penggunaan fosfor (P), kalium (K), belerang (S), dan sing (Zn) dalam kadar yang memadai.<br />Pengoptimalan sumber hara juga dapat dikembangkan di lahan kering atau terdegradasi kesuburannya. Tanah itu kadar nitrogen dan airnya tak memadai bagi kehidupan tanaman.<br />Penambatan N biologis juga dapat mengoreksi minimnya kadar bahan organik sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah “memegang” air. Selain itu, bertambahnya kandungan bahan organik tanah juga meningkatkan aktivitas biologis jasad renik, proses pendauran, dan transformaasi unsur hara dalam tanah.<br />Sebaliknya, rendahnya kandungan bahan organik membuat struktur tanah buruk sehingga tanah mudah tergenang air, peka terhadap erosi dan kekeringan. Pengembangan lahan kering menjadi lahan pertanian yang produktif juga memerlukan reduksi keasaman tanah yang menyebabkan terjadinya keracunan aluminium dan mangan.<br /><br />Gerakan pengomposan<br />Unsur hara terus berkurang karena terbawa tanaman yang dipanen hingga membuat tanah tandus, daur unsur hara terputus. “Sampah organik sebagai hasil sisa pemanfaatan produk pertanian yang berasal dari desa ditumpuk di tempat pembuangan sampah di perkotaan. Harusnya dikembalikan desa, menjadi pupuk kompos. Karena sampah organik adalah sumber hara bagi tanaman.<br />Pemberian pupuk buatan membuat tanah mengeras. Sebaliknya, dengan pupuk kompos dapat mengembalikan kegemburan tanah. Karena itu, perlu digalang gerakan pengomposan sampah untuk memperbaiki lahan tandus sekaligus mengatasi kelangkaan pupuk di pedesaan dan mengurangi subsidi pupuk buatan yang masih diimpor.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-43209999548193018472010-01-04T17:42:00.000-08:002010-01-04T17:50:48.815-08:00MANFAAT TANAMAN AZOLLAAzolla microphylla di kolam dipanen dengan serok. Azolla basah dan kering. Azolla basah disukai oleh ikan, itik, maupun ternak besar seperti kambing, sapi, dll. Azolla kering bisa dicampurkan dalam pembuatan pakan ternak untuk menambah nilai gizi, terutama protein.<br /> Dengan Azolla kesuburan sawah dapat ditingkatkan, petani tidak perlu lagi mendatangkan pupuk Urea dan lainnya, ikan yang ada di sawah juga akan berkembang biak dan tumbuh pesat, serta itik yang dilepas di sawah men-dapatkan sumber makanannya yang melimpah, yaitu Azolla microphylla. <br /><br /> Menurut hitungan kolam Azolla seluas 1 hektar jika produksinya optimal dapat memberi pakan pada sekitar 2000 ekor itik setiap hari.<br /><br />Meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an Azolla, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman Azolla (pinnata) untuk usaha taninya. Padahal manfaat tanaman air ini cukup banyak. Selain bisa untuk pupuk dan media tanaman hias, Azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan.<br />Di Bali, Azolla biasa dan sering dijumpai terapung di perairan sawah dan kolam ikan. Karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk dan dibuang begitu saja. Padahal, bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, Azolla ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 Kg/ha.<br /><br />Pengganti Urea<br />Pemanfaatan Azolla sebagai pupuk ini memang memung-kinkan. Pasalnya, bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos (Azolla kering) mengandung unsur Nitrogen (N) 3 - 5 persen, Phosphor (P) 0,5 - 0,9 persen dan Kalium (K) 2 - 4,5 persen. Sedangkan hara mikronya berupa Calsium (Ca) 0,4 - 1 persen, Magnesium (Mg) 0,5 - 0,6 persen, Ferum (Fe) 0,06 - 0,26 persen dan Mangaan (Mn) 0,11 - 0,16 persen.<br />Berdasarkan komposisi kimia tersebut, bila digunakan untuk pupuk mempertahankan kesuburan tanah, setiap hektar areal memerlukan Azolla sejumlah 20 ton dalam bentuk segar, atau 6-7 ton berupa kompos (kadar air 15 persen) atau sekitar 1 ton dalam keadaan kering. Bila Azolla diberikan secara rutin setiap musim tanam, maka suatu saat tanah itu tidak memerlukan pupuk buatan lagi.<br />Hal itu dimungkinkan, karena pada penebaran pertama 1/4 bagian unsur yang dikandung Azolla langsung dimanfaatkan oleh tanah. Seperempat bagian ini, setara dengan 65 Kg pupuk Urea. Pada musim tanam ke-2 dan ke-3, Azolla mensubstitusi-kan 1/4 - 1/3 dosis pemupukan.<br />Dibanding pupuk buatan, Azolla memang lebih ramah ling-kungan. Cara kerjanya juga istimewa, karena Azolla mampu mengikat Nitrogen langsung dari udara.<br /><br />Untuk media tanam<br />Penggunaan azolla sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar, bisa juga dalam bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, Azolla juga baik untuk media tanam aneka jenis tanaman hias mulai dari bonsai, suplir, kaktus sampai mawar. Untuk media tanaman hias, selain digunakan secara langsung, kompos Azolla ini juga bisa dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3 : 1 : 1.<br />Untuk membuat kompos Azolla, caranya cukup mudah. Buat saja lubang ukuran (P x L x D) 3 x 2 x 2 meter. Kemudian Azolla segar dimasukkan ke dalam lubang. Seminggu kemudian Azolla dibongkar. Untuk mengurangi kadar air menjadi 15 per-sen, Azolla yang sudah terfermentasi tersebut lantas dijemur. Setelah agak kering, baru dikemas dalam kantong plastik atau langsung digunakan sebagai media tanam.<br /><br />Pakan ternak dan ikan<br />Selain untuk pupuk dan media tanam, Azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, khususnya itik dan beragam jenis ikan omnivora dan herbivora. Sebagai pakan ternak, kan-dungan gizi Azolla cukup menjanjikan. Kandungan protein misalnya, mencapai 31,25 persen, lemak 7,5 persen, karbo-hidrat 6,5 persen, gula terlarut 3,5 persen dan serat kasar 13 persen.<br />Bila digunakan untuk pakan itik, penggunaan Azolla segar yang masih muda (umur 2 - 3 minggu) dicampur dengan ransum pakan itik. Berdasarkan hasil penelitian, campuran Azolla 15 persen ke dalam ransum ini, terbukti tidak berpengaruh buruk pada itik. Maksudnya, itik tetap menyantap pakan campuran Azolla ini dengan lahapnya. Produksi telur, berat telur dan konversi pakan juga tetap normal. Ini berarti penggunaan Azolla bisa menekan 15 persen biaya pembelian pakan itik. Tentu saja hal ini cukup me-nguntungkan peternak karena bisa mengurangi biaya pembelian pakan itik.<br />Sama seperti untuk itik, bila akan dimanfaatkan untuk pakan ikan, Azolla bisa diberikan secara langsung dalam keadaan segar. Boleh juga dengan mengolahnya terlebih dulu menjadi tepung. Tepung Azolla ini, selanjutnya digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat pakan buatan (pelet) untuk ikan.Berdasarkan kaji terap di lapangan, dalam keadaan segar Azolla bisa diberikan untuk pakan ikan gurami, tawes, nila dan karper. Dengan pemberian pakan berupa Azolla, terbukti ikan tetap bisa tumbuh pesat. Tak kalah dengan ikan lainnya yang diberi pakan buatan berupa pelet. Di saat harga pupuk, pakan ternak dan ikan mahal seperti belakangan ini, tak ada salahnya bila Azolla ini menjadi salah satu alternatif pilihan yang secara finansial cukup menguntungkan. Baik digunakan sendiri secara langsung atau untuk dibisniskan.WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-79996806063287324732010-01-04T07:46:00.000-08:002010-01-04T17:41:58.596-08:00LHN PERCONTOHAN KEC TODANAN KAB BLORA<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX3ufuKfoeYugSSvnEVEywVyTQtQ366oaGZZ4P0P0yyKGvMb81bmWULWHKNdvVoF0x9Gk5PCD5Hdeq8iQlgKs7LSzd9IBgW8XLU8NVlm9O1rKTa_XtjdSrNyoSGiiiZiM3P_ezLrEvQvo/s1600-h/TOD5.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX3ufuKfoeYugSSvnEVEywVyTQtQ366oaGZZ4P0P0yyKGvMb81bmWULWHKNdvVoF0x9Gk5PCD5Hdeq8iQlgKs7LSzd9IBgW8XLU8NVlm9O1rKTa_XtjdSrNyoSGiiiZiM3P_ezLrEvQvo/s200/TOD5.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422912019271351426" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaZMcyqw4a9_Mh4FO_UjLao_0buFrVPaeyQ_mEZfV8JVd57pjDaiUh53cgthL9fAi_Nqawlx_gubIfjRI_hDnzbbBnxL8M4BBDKiemX58GE8vClkTztxOzAb9XQ6SijcngyyWK-em3M4I/s1600-h/TOD4.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaZMcyqw4a9_Mh4FO_UjLao_0buFrVPaeyQ_mEZfV8JVd57pjDaiUh53cgthL9fAi_Nqawlx_gubIfjRI_hDnzbbBnxL8M4BBDKiemX58GE8vClkTztxOzAb9XQ6SijcngyyWK-em3M4I/s200/TOD4.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422912013014853058" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaZyF_sO35HNAH5ioOgp4ZXJ6B5wKjbHQ1OTVcE4woNBcMC-oQO2eRkRizcJrtRf4OLrHC26hcwe3o2z57rTy6-eht9DtwN_CnrorJAdF9pgZL_cwS1khqokkHaMuJTUst9i3lk0EOATw/s1600-h/TOD3.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaZyF_sO35HNAH5ioOgp4ZXJ6B5wKjbHQ1OTVcE4woNBcMC-oQO2eRkRizcJrtRf4OLrHC26hcwe3o2z57rTy6-eht9DtwN_CnrorJAdF9pgZL_cwS1khqokkHaMuJTUst9i3lk0EOATw/s200/TOD3.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422912007233076354" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJxAevzY6yjSMBOiOBfSmK5k8qzavyxJWT1E3BHos7QGSoTrJCgnoEjKyT-Vi6GRXeD8kMiHKyvGV1YJIQbJ3_phYrorkcul2Ax4N4_dffQC5aueA8-bwIcZTbe5JV8JodRFf2vQsfv2o/s1600-h/TOD2.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJxAevzY6yjSMBOiOBfSmK5k8qzavyxJWT1E3BHos7QGSoTrJCgnoEjKyT-Vi6GRXeD8kMiHKyvGV1YJIQbJ3_phYrorkcul2Ax4N4_dffQC5aueA8-bwIcZTbe5JV8JodRFf2vQsfv2o/s200/TOD2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422912004123225714" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUqVdKJ4FP5QK1cdaAyyNu0alIFHVs5cp_PXoIJQwB9Wn1_BcBGSwTYdErsHZ9CeP41NPasBERtO3v3KnLzyrLyztgMwyz0cxVfFfJ3Ikh07xOCtZfB0-jcpvbxjhErd5Nq-8-OIeQh7c/s1600-h/TOD1.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUqVdKJ4FP5QK1cdaAyyNu0alIFHVs5cp_PXoIJQwB9Wn1_BcBGSwTYdErsHZ9CeP41NPasBERtO3v3KnLzyrLyztgMwyz0cxVfFfJ3Ikh07xOCtZfB0-jcpvbxjhErd5Nq-8-OIeQh7c/s200/TOD1.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422911998203699858" /></a>WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8387376407137231520.post-51777756823823429382010-01-04T07:43:00.000-08:002010-01-04T07:46:19.120-08:00LHN PERCONTOHAN KEC SAMBONG KAB BLORA<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL6c2Fe1eu9GL5w6qkGrB2lFOsFwXUAO2Em-V31ibFyjhVAYKbLHEOgIRDZzChHjzSiHJfBKlwn2SHh27CWulhvvCNjP9RMsxuVgnnfEtUDjFOvHBUXU1lZzZGwE_fmKM0r_xgT_tZYoA/s1600-h/SAM4.JPG"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 199px; height: 118px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL6c2Fe1eu9GL5w6qkGrB2lFOsFwXUAO2Em-V31ibFyjhVAYKbLHEOgIRDZzChHjzSiHJfBKlwn2SHh27CWulhvvCNjP9RMsxuVgnnfEtUDjFOvHBUXU1lZzZGwE_fmKM0r_xgT_tZYoA/s200/SAM4.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422911223332533922" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkgHQC7HO22HyiX1-OP3IP5Eon7dHsTX5AUKZesqUFAed8ElAn9dWpxeHmits1prX51V8gGI1ZA2zh7iHhtDALl3A16BoVrFjbzZYS2lJbTPcCDmg19pYEjRVsLjb04r-NWuXITof5P5c/s1600-h/SAM3.JPG"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 199px; height: 112px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkgHQC7HO22HyiX1-OP3IP5Eon7dHsTX5AUKZesqUFAed8ElAn9dWpxeHmits1prX51V8gGI1ZA2zh7iHhtDALl3A16BoVrFjbzZYS2lJbTPcCDmg19pYEjRVsLjb04r-NWuXITof5P5c/s200/SAM3.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422911219391642370" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm9CyDAU5nI7nbsedQ9FptM_qjRQwl0_tc6dIK-q1L_4-xFXSMwX8rhtGZ8Hj0LcKAc5bgYYSeir4IyJJbCVip3FrRLlNVrJm0Opwx-bA_h_EJXnfaDQW9SOhDOZGGmJZJtcJ4Zz_cfnc/s1600-h/SAM2.JPG"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 143px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm9CyDAU5nI7nbsedQ9FptM_qjRQwl0_tc6dIK-q1L_4-xFXSMwX8rhtGZ8Hj0LcKAc5bgYYSeir4IyJJbCVip3FrRLlNVrJm0Opwx-bA_h_EJXnfaDQW9SOhDOZGGmJZJtcJ4Zz_cfnc/s200/SAM2.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422911215441429170" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPaM8pZLA-mjmgeXXjdqrabOOVC1VHM3gweZiD3qwEPTu4kqwHSI7XMG2YJxcM_8c8joxwPdNjlP8MsZDEE75t6MEaY6asUZDRRynodx2ug3z2f0IWcDsb6zI9HxEAKs0TUpaa7covZu0/s1600-h/SAM1.JPG"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPaM8pZLA-mjmgeXXjdqrabOOVC1VHM3gweZiD3qwEPTu4kqwHSI7XMG2YJxcM_8c8joxwPdNjlP8MsZDEE75t6MEaY6asUZDRRynodx2ug3z2f0IWcDsb6zI9HxEAKs0TUpaa7covZu0/s200/SAM1.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422911210056768498" /></a>WARUNG TANI MANDIRIhttp://www.blogger.com/profile/02706890372035343236noreply@blogger.com0